Chapter 49

4.1K 274 5
                                        

“Sinta, tungguin gue!” di lorong koridor sekolah, Rama mengejar Sinta yang sudah berada jauh di depannya.

Sinta hanya memperhatikan cowok itu dengan malas. Hari demi hari kelakuan Rama tambah membuat Sinta mengelus dadanya dengan sabar.

Setelah berada tepat dihadapan Sinta, Rama tersenyum lebar. Sedangkan Sinta melihat Rama seperti orang gila.

“Kenapa senyum-senyum?”

Rama menggelengkan kepalanya.

“Ah, gue lupa. Pasti seneng kan, gara-gara tadi malem ngobrol sama Valerine.” kembali mengungkit masalah kemarin malam. Bukannya panik atau langsung mengelak, Rama malah tetap dengan senyumannya yang tidak luntur.

Perkataan sahabatnya tadi malam sepertinya benar. Sinta cemburu dengan Valerine! Ah, betapa senangnya Rama hari ini.

Dengan senyuman jahil milik Rama, ia menggoda Sinta. “Kenapa sih bahasnya selalu Valerine? Lo cemburu ya?” Rama terkekeh kecil. “Denger ya, sayangku, cintaku. Gue itu gak ada perasaan sama Valerine sama sekali. Hanya satu orang yang udah bikin gue jatuh, sejatuh-jatuhnya sampe bikin gue jadi bucin. Dan dia termasuk cinta pertama gue.”

Sinta membuang muka ke arah samping, tidak mau untuk menatap manik mata Rama. “Terus kenapa lo minta ke gue buat kasih kesempatan?”

Dahi Rama mengkerut, tidak mengerti dengan perkataan Sinta. Tetapi setelah mengerti, Rama pun tidak bisa untuk tidak tersenyum.

Sepertinya gadis kesayangannya salah paham. Rama terkekeh geli melihat sikap gadis didepannya. Ia memegang dagu Sinta, dan mengarahkan wajah Sinta agar menatap mata Rama.

Rama mengelus pipi Sinta, kemudian Rama mengambil tangan Sinta dan di genggamannya. “Berapa kali harus gue bilang, Sinta? Gue itu cinta sama lo. Lo itu cinta pertama gue dan juga orang yang buat gue jatuh Cinta.” jelasnya. “Jadi, sekarang gak perlu cemburu lagi, apalagi ke Valerine. Okey?”

Bibir Sinta mengulum senyumannya, sebelum mengangguk.

“Pulang sekolah sama gue ya?”

o0o

Sinta membuka pintu rumahnya dan menyuruh Rama untuk masuk. Tetapi diruang tamu, sudah ada seorang laki-laki yang duduk dengan memegang handphone miliknya.

“Bang Gaga,” Sinta langsung menerjang badan Ganendra, memeluknya dengan erat. “Anjir, gue kangen sama lo.”

“Astaga, Sinta!” Ganendra terkejut karena Sinta langsung menerjang badannya. Ia mengelus pelan kepala Sinta sebelum melepaskan pelukannya.

Pandangan mata Ganendra tertuju pada Rama yang tersenyum canggung ke Ganendra. Karena mengingat kejadian terakhir pertemuan dirinya dengan Ganendra.

Ganendra yang melihat kecanggungan pun lantas langsung menyuruh duduk disamping dirinya.

“Sinta kamu ganti baju dulu sana!” titah Ganendra yang langsung dilakukan oleh Sinta.

Setelah kepergian Sinta, Ganendra berbasa-basi terlebih dahulu.

“Udah lama kita gak ketemu ya? Gimana dengan hubungan lo sama Sinta?”

Rama tersenyum menanggapi, “Seperti yang lo ketahui, bang.” jawabnya.

“Masih suka cemburu sama cowok lain? Gue masih inget banget loh, waktu lo cemburu sama gue sampe lo cium Sinta di depan gue.” Ganendra tertawa keras tidak menyadari jika Rama benar-benar malu dengan kejadian waktu itu. “Atau sekarang malah suka nyosor Sinta?”

Pertanyaan dari Ganendra sangat membuat Rama ingin menenggelamkan dirinya di rawa-rawa. Rama menggaruk tengkuknya, “Kalo soal suka cemburu itu masih sih,” jawab Rama dengan jujur.

“Tapi kalo nyosor Sinta, itu cuma waktu itu. Kagak berani gue, takut bang. Ancamannya putus mulu.” jawab Rama yang mulai santai dengan Ganendra.

Ganendra tertawa pelan, ia menenggak teh nya yang ada diatas meja. “Jangan sering cemburu, Sinta itu gak biasa deket sama cowok, gak terbiasa juga skinship sama lawan jenis. Percaya aja sama Sinta.”

Rama mengangguk, mendengar nasihat dari Ganendra yang berstatus sebagai om nya Sinta. Yang lebih mengenal Sinta lebih darinya.

“Oh, ya, bang, habis ini gue mau ngajakin Sinta pergi jalan-jalan. Boleh?”

“Boleh, pulangnya jangan sampe larut.” Ganendra memberikan izin.

Bersambung...

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang