Chapter 24

5.1K 354 13
                                    

“Sinta!”

Sinta mempercepat langkahnya. Sinta tahu siapa yang memanggilnya, ia paham betul siapa pemilik suara itu. Namun, Sinta enggan untuk berhenti dan membalas sapaan orang.

“Sinta, berhenti! Dengerin gue dulu.”

Ucapan yang orang itu katakan membuat penghuni  sekolah saling berbisik kepada temannya.

“Sinta, lo marah cuma gara-gara gue bilang Adrian brengsek? Bahkan lo selalu belain dia. Padahal di sini, pacar lo itu gue bukan Adrian.” ucapan Rama membuat koridor yang telah ramai semakin ramai. Banyak yang menjelek-jelekkan Sinta.

“Adrian? Siapa dia?”

“Murid baru itu.”

“Sinta selingkuh?”

“Cih, padahal mukanya biasa aja tapi selingkuh.”

“Sumpah, kalo gue jadi dia sih udah bersyukur banget punya Rama gak bakal deh cari yang lain.”

“Emang gak punya malu dia!”

“Sok kecantikan!”

Cukup!

Sinta berhenti dan membalikkan badannya menghadap Rama. Sinta menatap Rama lurus. “Puas lo?! Lo udah permaluin gue didepan semuanya. Harusnya dari awal gue gak ketemu lo. Tapi, kenapa lo selalu muncul didepan gue?”

Sinta menelan ludahnya. “Gue nyadar diri. gue cuma orang biasa. Gue gak cantik, gue jelek. Gue juga gak mau jadi pacar lo, tapi lo yang maksa gue. Gue tau alasan lo kenapa jadiin gue pacar. Gue tau, sangat tau itu.”

Rama menegang ditempatnya. Rama menunggu cemas ucapan Sinta selanjutnya.

Sinta menatap sekelilingnya. “Mungkin orang mengira gue cewek beruntung yang bisa jadi pacar Rama sampe satu bulan. Tapi nyatanya tidak.” Sinta menatap Rama datar. “Gue cuma jadi bahan taruhan dia.”

Rama tercekat, tidak percaya dengan ucapan Sinta yang sangat tepat.

Sinta tersenyum sinis. “Kenapa Rama? Betul kan apa yang gue bilang? Oh, ya, gimana dengan mobil kesayangan Pandu itu? Cafenya Reyhan, lancar? Eh, gue lupa. Maksud gue mobil dan cafe lo.”

“Sinta.”

“Jangan pernah gangguin gue lagi.”

o0o

Sinta memasuki kelasnya. Berjalan dengan menundukkan kepalanya. Sinta tidak mau melihat orang-orang yang melihatnya dengan berbagai pandangan.

Sinta duduk dibangkunya. Sinta melipat kedua tangannya diatas meja dan menenggelamkan kepalanya pada lipatan itu.

“Sinta.” panggil Amel.

Sinta tahu siapa yang memanggilnya, tetapi ia masih tetap menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangannya. Sinta tahu, hari ini akan terjadi. Tapi, Sinta sendiri bingung dengan dirinya yang bersikap aneh. Sinta merasa ada sedikit kesedihan di dalam dirinya.

Amel menghela nafasnya. Ia duduk di samping Sinta. “Sinta, udahlah. Gak usah sedih gitu.”

Sinta mengangkat kepalanya. Sinta menoleh ke samping dan menatap Amel. “Gue gak tau dengan diri gue sendiri. Marah, kecewa, sedih, semuanya menjadi satu.”

“Emm... Kenapa lo ribut sama Rama?”

“Gue gak terima, Rama ngatain Adrian brengsek. Dia sahabat gue, gue kenal dia udah dari kecil. Dia bukan cowok brengsek.”

Amel menatap Sinta, ragu. “Tapi Sin, Rama itu gak bakal ngatain orang kalo bukan emang kenyataannya.” jelasnya.

“Lo belain Rama?”

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang