Chapter 45

4.3K 265 7
                                        

“Sinta, berhenti!”

Sinta melihat ke belakang untuk mengetahui siapa yang memanggilnya. Saat mengetahui jika itu Rama, Sinta mempercepat jalannya tanpa mempedulikan Rama yang terus memanggilnya untuk berhenti berjalan.

Tidak kehabisan akal, Rama pun mengejarnya dan menarik tangan Sinta saat sudah dekat dengannya. Rama terus menarik tangan Sinta agar mengikuti setiap langkahnya.

Sinta tersentak saat tangannya ditarik. “Rama!” protes Sinta sambil berusaha melepaskan cengkraman Rama. “Lepasin ga?!”

“Gak,” jawab Rama singkat. Ia membawa Sinta menuju atap sekolah. Setelah sampai di sana barulah dia melepaskan cengkraman tangannya pada tangan Sinta.

Sinta menatap Rama tepat di matanya membuat Rama menjadi salah tingkah. Rama menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Apa?” tanya Rama tanpa merasa bersalah.

Sinta menghembuskan nafasnya dengan pelan. Memaklumi dengan sifat Rama yang suka seenaknya sendiri. Sinta membalikkan badan dan akan pergi meninggalkan Rama sendiri.

Namun sebelum itu terjadi, Rama menahan tangan Sinta agar tidak pergi dari sana. Rama menarik Sinta hingga menabrak dadanya. Rama memeluk Sinta erat.

“Lo kenapa sih? Gue punya salah sama lo? Gue gak suka lo deket sama cowok lain selain gue, gue gak suka lo ngejauh dari gue, gue gak suka lo abaiin, Sinta. Ngerti ga sih? Gue ga suka.” ujar Rama dengan nada lirih. Rama memperat dekapannya.

Sinta menegang, Rama dapat merasakan itu. Sinta mendongak menatap Rama yang sedikit lebih tinggi darinya.

Otak Sinta masih memproses apa yang terjadi. Setelah sadar dari lamunannya, Sinta memukul dada bidang Rama dengan tangan yang terkepal. “Lepas!”

Rama menggeleng, “Gak mau, nanti lo pergi.”

“Astaga. Ini lepasin dulu.”

Namun jawaban Rama tetaplah sama.

“Lepasin atau gue ga bakal nemuin lo selamanya.”

Rama menggeleng panik, dirinya langsung melepaskan tangannya yang memeluk Sinta. Ia menatap Sinta lekat-lekat, terus memperhatikan Sinta.

Sinta merasa dirinya sedang diperhatikan pun menoleh. “Kenapa?”

Rama menggeleng. “Jangan deket sama cowok lain lagi ya?” pintanya.

Tidak mau berdebat dengan Rama lagi, Sinta mengiyakan ucapan Rama. Hal itu membuat Rama tersenyum lebar. “Bener ya? Awas aja kalo sampe ketahuan, apalagi sama itu penunggu perpustakaan itu.” Rama menunjuk Sinta dengan tatapan mata seperti orang yang sedang mengancam.

“Iya,” ujar Sinta malas.

Tidak tahu setan mana yang merasuki Rama, membuat tingkahnya menjadi seperti ini. Sangat aneh. Benar-benar aneh.

Rama tersenyum lebar, merasa puas. Lalu, ia menggenggam tangan Sinta dan mengajaknya pergi dari atap sekolah. Awalnya emang Sinta yang menolak, tapi bukan Rama namanya jika tidak ada unsur ancaman dan pemaksaan.

Di tengah jalan menuju kelas Sinta, Alvaro menghampiri mereka yang membuat Rama menatap Alvaro dengan tidak suka. Terlebih lagi melihat respon Sinta yang sangat lembut dengan Alvaro. Padahal tadi udah janji ga bakal deket sama cowok lain, cibir Rama dalam hati.

But wait! Pernahkah Sinta berjanji seperti itu?

“Kenapa Al?” tanya Sinta.

Alvaro tidak memperhatikan orang yang ada di samping Sinta. “Di panggil sama kepala sekolah.” Alvaro mengambil tangan Sinta yang satunya. “Ayo,”

Tangan Rama yang masih menggenggam tangan Sinta digunakan untuk menahan Sinta. Alvaro yang merasa Sinta tidak bergerak menoleh ke belakang dan melihat Rama yang sedang menahan Sinta.

Dan sekarang Sinta seperti sedang diperebutkan oleh dua cowok sekaligus.

“Lepas!” perintah Rama menatap tidak suka pada Alvaro.

Alvaro tanpa banyak berkata, melepaskan tangan Sinta. “Cepet ya, Sin, kepala sekolah udah nunggu dari tadi.” Alvaro langsung pergi dari hadapan mereka berdua. Alvaro merasa tidak nyaman jika terus-terusan di tatap oleh Rama.

Sinta menoleh dan langsung melepaskan tangannya dengan pelan. “Gue pergi dulu.” Sinta mengejar Alvaro yang belum jauh dari sana, membuat Rama yang melihatnya tersulut emosi.

“Bangsat!” umpat Rama. Ia menendang angin kosong guna melampiaskan kekesalannya.

Bersambung...

Cape...

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang