Chapter 40

4.6K 250 2
                                        

Setelah kepergian Rama, ketiga sahabat Rama tetap asik bermain play station. Kali ini Raka dengan Pandu sedang bertanding. Sedangkan Reyhan, ia berbaring di atas ranjang sambil membuka akun sosial medianya.

“Dia balik.” Ucap Reyhan sambil menatap layar handphone nya.

Tanpa menoleh, Panda menyahuti ucapan Reyhan. “Siapa?” tanyanya.

“Ular berbisa itu.” ucapnya singkat.

Pandu langsung mempause permainan itu, dan menoleh menatap Reyhan minta penjelasan. “Si ular itu? Lo dapat info dari siapa?” tanya Pandu meminta penjelasan.

Reyhan menyerahkan handphone miliknya untuk ditunjukan ke Pandu. Pandu menerimanya dan melihat, salah satu story instagram temannya yang berfoto dengan ‘ular berbisa’.

“Anjing, mau apa dia balik lagi!?”

Reyhan mengangkat bahunya, ia mengambil handphonenya dari tangan Pandu.

“Itu orang mau apa sih?! Gak puas apa, dulu buat ke salah pahaman antara kita dengan Rama. Ini mau buat apalagi?”

“Dan sampai sekarang Rama itu gak pernah tau alasannya. Apalagi saat kita suruh buat jauhin itu ular. Najis, sumpah.”

“Si Rama juga terlalu percaya sama dia, setiap ucapan yang di omongin dia pasti selalu diturutin.”

Raka dan Reyhan hanya diam mendengarkan ucapan Pandu yang memang kenyataannya seperti itu.

“Tapi sekarang Rama udah bucin banget sama Sinta.” bantah Reyhan.

Pandu tertawa padahal tidak ada yang lucu. “Lo yakin?! Alena aja yang Rama sayang banget itu, dia ngomong tentang kejelekan tuh ular, Rama gak percaya cuma gara-gara si ular itu pernah nolongin Rama waktu itu.” Pandu mengusap wajah nya kasar. “Mau apa lagi dia di sini.”

o0o

“Loh, temen kamu mana?”

Sinta yang sedang duduk santai di sofa mendongak menatap Ibunya yang membawa keranjang belanjaan. “Pulang, Bu.”

“Pulang?” Ibu mengulang kembali ucapan Sinta. “Tadi Ibu pergi belum ada sejam loh ini.”

“Ada Rama, Sinta gak fokus belajarnya. Ganggu.” ucap Sinta, cemberut.

Ibu terkekeh, beliau berjalan ke arah dapur untuk menaruhbarang belanjaannya. Di belakangnya, Sinta mengikuti Ibu menuju dapur.

“Rama cemburu itu. Ibu heran loh,” Ibu menata sayur beserta ikan dan ayam mentah ke dalam lemari es. “Kalian itu gak ada hubungan apa-apa, tapi kelakuannya kayak orang pacaran.”

Sinta diam, tidak menjawab perkataan Ibu. Sinta mengambil apel yang ada di meja makan lalu memakannya.

“Bella,” Ibu menoleh saat tidak ada jawaban dari Sinta. Ibu menggeleng melihat Sinta yang terus memakan apel.

“Ibu liat, Rama itu baik, ganteng lagi. Kenapa kamu ga pacaran aja sama dia?”

Sinta yang sedang mengunyah apel, buru-buru untuk menelan apel itu. “Apa sih bu. Lagian juga siapa yang mau sama Rama coba.”

Ibu menutup pintu lemari es, beliau berbalik badan dan menatap Sinta dengan senyuman menggoda. “Bener nih? Nanti kalo ada yang deketin Rama, kamu marah-marah lagi.”

“Enggak, bu.” ujar Sinta sambil beranjak dari duduknya. “Udahlah ngomong sama Ibu bikin males, bahasnya Rama terus.”

Sinta masih dapat mendengarkan tawaan Ibu yang seakan mengejeknya, padahal Sinta sudah lumayan jauh dari dapur.

Bersambung..

Ini masih lanjutan chapter sebelumnya, jadi sedikit.

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang