Hari minggu adalah hari kebebasan bagi para pelajar. Seperti hal-nya dengan Sinta yang merasakan kebebasan pada hari minggu. Kini Sinta berada di tengah-tengah kerumunan orang yang ada di mall. Sinta bersama Adrian yang sedari tadi pagi berada dirumahnya.
Mungkin banyak orang yang beranggapan bahwa tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Itu memang ada, karena perempuan selalu dibawa perasaan atau bahasa anak remaja sekarang baper. Namun, itu bukan salahnya perempuan. Perempuan diciptakan dengan hati yang lembut, dengan hati yang mudah rapuh. Jadi, jangan pernah mengatakan bahwa perempuan itu gampang baperan, karena itu memang sudah menjadi kodratnya seorang perempuan.
Berbeda dengan persahabatan Sinta dan Adrian. Mereka bersahabat dengan arti yang sebenarnya tanpa melibatkan sebuah perasaan.
Sinta berada disebuah cafe yang ada di Mall ini. Mereka duduk dan menikmati menu yang tersedia di cafe itu.
“Lo kalo ngajak gue ke mall selalu beliin gue gelang sama jam tangan. Ganti napa jangan itu mulu, dirumah banyak tuh ga dipake dan itu pemberian lo semua.” gerutu Sinta.
“Ini orang, udah dikasih bukannya terima kasih malah nawar.” cibir Adrian.
Sinta memutar bola matanya malas. “Terima kasih, Adrian yang ganteng banget.” dari nada bicaranya, sangat ketara sekali jika Sinta mengatakannya tidak ikhlas.
“By the way, pawang lo gak ngikut sampe sini kan?” tanya Adrian sambil memakan makanannya.
“Siapa?”
“Pacar lo itu, siapa namanya?”
“Rama.”
“Lo gak mau cerita, kenapa lo bisa jadian sama dia?”
Sinta memberhentikan makannya, ia menatap Adrian. Sinta minum terlebih dahulu sebelum bercerita, “Singkat cerita, Rama ngepost foto gue waktu gue lagi sama dia dipantai. Gue samperin Rama dan nyuruh dia buat hapus foto itu karena gak mau jadi bahan gosip. Eh, malah gue dipaksa buat jadi pacarnya.”
“Jadi, lo sama Rama jadian karena paksaan dari Rama?”
“Ya, gitu deh.”
“Tapi kenapa lo pergi ke pantai Rama?”
sama
“Itu karena Rian yang minta. Udah deh, gak usah nanya lagi. Kalo gue ceritain dari awal bakal lama nanti.”Adrian pun menurut, mereka melanjutkan makan makanan mereka yang tinggal setengah.
o0o
“Gimana hubungan lo dengan Sinta?” tanya Reyhan.
Mereka berkumpul yang sekarang sangat jarang dilakukan karena Rama lebih memilih menghabiskan waktunya dengan Sinta. Sikap yang Rama ambil itu adalah salah. Seharusnya Rama tetap berkumpul dengan sahabatnya sebagaimana mestinya, dan Sinta pasti akan memaklumi itu.
“Seperti yang lo liat,” jawab Rama.
“Lo gak lupa kan sama taruhan itu?”
Rama meminum minuman yang dia pesan. “Soal taruhan itu, kita hentikan cukup sampai di sini aja.”
Pandu menatap Rama tidak percaya. “Are you seriously? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran, apa karena lo udah jatuh cinta sama Sinta?”
Rama mengedikkan bahunya. “Entahlah, rasanya gue gak mau nerusin ini. Dari awal, gue udah gak mikirin soal taruhan ini.”
Raka hanya diam mendengarkan obrolan para sahabatnya. Raka mengedarkan pandangannya diseluruh penjuru cafe. Pandangannya berhenti pada seseorang. Ia menajamkan penglihatan untuk membuktikan bahwa dia tidak salah melihatnya.
“Sinta,” gumamnya pelan.
Samar-samar Rama mendengarnya dikarenakan Rama yang duduk tepat disamping Raka. Untuk memastikan apa yang didengarnya, Rama melirik Raka dan melihat apa yang dipandangnya. Rama mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras.
“Keras kepala!” ucap Rama.
“Huh?”
Reyhan dan Pandu tidak mengerti maksud ucapan Rama. Mereka melihat arah pandang Rama dan mengerti maksud dari ucapan Rama.
Pandu melihat Adrian membersihkan sisa makanan yang ada dimulut Sinta. Pandu tersenyum jahil. “Ugh.. Siapa tuh? Romantis banget. Mereka cocok banget, coba aja kalo mereka pacaran. Gue dukung deh,” ucap Pandu hiperbola.
Rama menatap Pandu tajam. Rama berdiri dan berjalan ke arah meja dimana Sinta duduk. Ketiga sahabatnya hanya memperhatikan apa yang dilakukan Rama.
“Menurut kalian, apa yang akan dilakukan Rama?” tanya Pandu tapi ditanggapi oleh kedua sahabatnya.
o0o
“Mau pulang atau pergi ke suatu tempat?”
“Jangan pulang dulu, gue bosen tau kalo dirumah terus. Lo sih, diluar negeri lama banget. Gak ada yang ngajak gue pergi ke luar.” ucap Sinta.
“Bilang aja lo gak ada yang bayarin, secara kan kalo sama gue lo gak bayar sepeser pun.” cibir Adrian.
Sinta tertawa, “Lo kenal baik siapa gue.”
Rama mempercepat langkahnya saat mendengar mereka akan pergi ke suatu tempat. Ada perasaan iri saat Sinta bisa tertawa dengan Adrian.
Rama langsung duduk disamping Sinta dan menatapnya tajam.
Adrian saling pandang dengan Sinta. “Tuh kan gue bilang juga apa, pawang lo itu dimana-mana.”
Sinta melototkan matanya.
“Gue udah berulang kali ngomong ke lo, jangan pergi sama dia apalagi cuma berdua.” Rama mencekal tangan Sinta. Rama menunjuk Adrian. “Dan lo gak usah ngajakin dia pergi kemana pun itu.”
Rama membawa Sinta keluar dari cafe itu. Rama masih mencekal tangan Sinta erat. Rama membawanya hingga diparkiran.
Sinta melepaskan cekalan tangan Rama. “Lo kenapa sih?! Selalu ada dimana pun gue berada. Dan selalu larang gue buat deket sama Adrian.”
Rama menatap tepat dimanik mata Sinta. “Gue punya alasan, Sin.”
“Apa alasan lo?”
“Lo gak bakal percaya sama gue.”
“Apa?”
Rama menghembuskan nafasnya. “Intinya diaa gak baik buat lo, dia bukan laki-laki baik. Dia brengsek!”
Sinta menatap Rama tidak percaya. Sinta melipat tangannya di depan dada. “Gue kenal Adrian, dan Adrian bukan laki-laki brengsek.”
“DIA BRENGSEK, SINTA.” bentak Rama.
Sinta menatap Rama datar, dia tidak terima jika sahabatnya dibilang laki-laki brengsek. “Apa alasan lo, sampe lo bilang kalo Adrian itu brengsek? Apa?”
Rama bungkam, tidak menjawab satu kata pun. Pandangan kosong saat mengingat apa yang dibuat Adrian pada kehidupannya.
Sinta tersenyum miring. “Lo gak bisa jawab kan? Jangan pernah lo muncul dihadapan gue kalo lo gak bisa buktiin omongan lo itu.”
“Percuma gue ngomong, lo gak bakal percaya.”
Sinta berjalan ke arah jalan raya dan menyetop sebuah taksi. Siapa yang tidak marah, jika sahabat kita dihina dan dituduh sama pacar kita sendiri? Tentu kita akan marah, terlebih lagi ketika kita sudah bersahabat yang jauh lebih lama daripada kita bertemu sang pacar. Itulah yang dialami Sinta sekarang.
Bersambung...
160520
231220

KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Fiksi RemajaSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...