Chapter 28

5.5K 389 6
                                    

Rama masih nyaman bergelung dengan selimutnya. Hari minggu kali ini membuat Rama malas untuk beraktivitas. Terlebih lagi saat postingan Sinta tempo hari belum dihapus seakan-akan sedang menunjukkan kepada semua orang tentang hubungan spesial mereka. Sedangkan Rama sendiri memposting foto Sinta yang bahkan wajahnya saja tidak terlihat, Sinta memaksakan untuk segera dihapus.

Itu juga yang selalu membuat Rama menggerutu. Seberapa gantengnya cowok itu sampai Sinta mempostingnya di instagram, pikirnya.

Rama benar-benar penasaran dengan muka cowok itu. Ia yakin, cowok itu tidak tampan sepertinya.

Rama bangun dari posisi berbaringnya. Rama bersandar pada kepala ranjang. Rama membuka insta story milik Sinta.

“Apa-apaan sih? Cuma kayak gini, pakai di post segala. Gue aja yang pacaran terus, gak pernah tuh sealay ini. Keliatan banget bucinnya.” gerutu Rama, melihat insta story milik Sinta yang berisi foto tangan yang saling menggenggam di dalam mobil.

“Kak Rama udah bangun? Aku masuk, ya?” ucap Rian dari luar kamar dengan mengetuk pintu.

Rama menoleh ke arah pintu. “Iya,” Rama menaruh ponselnya saat Rian masuk. “Kenapa?” tanyanya.

Rian nampak ragu untuk mengatakannya. “Kak Rama bisa suruh kak Sinta ke sini? Rian mau main sama Sinta, udah lama Rian gak main sama Kak Sinta.”

“Kak Sinta lagi pergi.” ucap Rama, singkat.

Rian memberengut. “Bilang kak Sinta, kalo Rian yang mau datang ke sini. Mungkin aja kak Sinta mau.”

“Gak bisa Rian.”

“Yaudah deh.” Rian keluar dari kamar Rama.

Rama mengusap wajahnya. Ia membaringkan badannya dan menyelimuti dirinya. Seharian ini Rama akan tertidur saja, malas untuk keluar rumah.

o0o

Rian berjalan menuju ruang keluarga dengan wajah cemberut. Rian duduk ditengah-tengah kedua orang tuanya yang sedang menonton televisi.

Mama menoleh memperhatikan raut wajah anaknya. “Kenapa cemberut gitu?”

“Rian mau main sama Kak Sinta, tapi Kak Rama bilang Kak Sinta nya pergi. Padahal kalo kak Rama bilang, Rian yang mau pasti Kak Sinta datang.” adunya.

“Mungkin kak Sinta nya beneran lagi pergi.” jelas Papa.

“Ish, Papa! Rian yakin banget ini tuh cuma akal-akalannya kak Rama aja.”

“Udah, jangan ribut terus. Gimana kalo Rian ikut Mama aja, nanti Mama beliin Rian es krim. Mau?” tanya Mama kepada Rian.

***

Selesai belanja dengan sang Mama, akhirnya Rian akan segera pulang juga. Oh, jangan lupakan tentang es krim sebagai bahan sogokan. Rian membeli berbagai macam es krim.

Pandangan Rian berhenti pada seorang perempuan yang akan memasuki mobil. Rian berlari meneriaki nama orang itu. Rian bahkan mengabaikan Mama nya yang terus memanggil nama Rian.

“Kak Sinta!”

Sinta yang merasa namanya terpanggil menoleh. Dan melihat siapa yang memanggilnya. Sinta membulatkan matanya melihat Rian yang terus berlari ke arahnya.

“Jangan lari-lari, ntar jatuh.” ucap Sinta.

Rian sampai di depan Sinta. Ia mengambil nafasnya dalam-dalam. Cepat-cepat Sinta mengasih minum yang tadi di belinya.

“Kenapa hm? Sampe lari-lari segala.”

Dengan nafas yang masih ngos-ngosan Rian berucap. “Kata kak Rama, kakak lagi pergi. Kebetulan Rian ketemu di sini. Kak Sinta mau ya, main ke rumah Rian.”

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang