Chapter 12

6.7K 482 3
                                    

Seperti ucapan Rama kemarin, ia datang ke rumah Sinta pagi hari dengan membawa baju sekolah Rian. Rama juga sudah siap dengan baju seragam sekolahnya. Rama mengetuk pintu.

Rama menunggu seseorang yang akan membukakan pintu. Ia berbalik, memperhatikan halaman rumah Sinta yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga. Hingga terdengar suara pintu yang dibuka. Rama menoleh, melihat siapa yang membuka pintu. Di depan pintu Sinta berdiri, yang memperjelas jika Sinta ‘lah orang yang telah membuka pintu.

“Rama?”

Sinta mempersilakan Rama untuk memasuki rumahnya.

“Rian udah bangun?” tanya Rama, ketika mereka sudah sampai diruang tamu.

“Udah,”

Rama menyerahkan paper bag kepada Sinta. “Ini,”

“Seragam Rian.”

Sinta menerima paper bag. “Lo duduk dulu, gue mau nganterin seragam Rian dulu.”

Setelah kepergian Sinta, Rama membuka handphone nya dan bermain game online.

Tidak lama kemudian, Ibu datang dari arah dapur. “Loh, Rama?”

Rama menoleh dan melihat Ibu yang sedang berjalan ke arahnya. Sontak Rama beranjak dari duduknya dan mencium tangan Ibu.

“Baru datang?”

Rama mengangguk.

“Sinta nya mana?”

“Ngasih seragam Rian.”

“Kamu ikut Ibu aja ke meja makan. Ayah Sinta, juga udah nunggu.”

o0o

Seperti apa yang dikatakan Ibu. Ayah duduk dikursi paling ujung, menunggu untuk sarapan bersama. Ayah membaca sebuah koran.

“Yah,”

Ayah menoleh dan tersenyum kepada Ibu. Ayah melihat seorang pemuda yang menggunakan seragam sekolah yang sama seperti anaknya. Ayah menatap Ibu, “Siapa?”

Ibu tidak langsung menjawabnya. Ibu malah menyuruh Rama untuk duduk. Hal itu yang membuat ayah kesal.

Rama duduk di samping Ayah, itu kemauan Ayah sendiri. Sebab Ayah tidak rela jika Ibu duduk dekat dengan seorang pria. Siapapun itu.

“Siapa?” tanya Ayah sekali lagi, dengan sabar. Ayah tidak ingin membuat kesalahan dan berdampak dengan dirinya yang tidur di luar.

Ibu menatap Ayah, kesal. “Ish, tanya terus. Ini Rama, kakaknya Rian.”

Ayah berusaha sabar. “Gimana nggak nanya terus, pertanyaan aku aja gak dijawab.” gumamnya pelan.

“Apa?”

Ayah menggeleng. Ia mengalihkan perhatiannya ke Rama. “kamu kakaknya Rian?”

“Iya, Om.”

“Panggil Ayah aja.”

Mereka menoleh ketika mendengar langkah kaki yang mendekat. Sinta dan Rian ‘lah pemilik langkah kaki itu. Mereka sudah siap dengan menggunakan seragam sekolahnya.

“Pagi,” sapa keduanya.

“Pagi juga.”

Mereka memakan sarapannya di isi dengan candaan yang didominasi oleh Rian.

Sarapan mereka telah selesai. “Ayah, Ibu, kita berangkat dulu ya.” Rama mencium tangan Ibu dan Ayah, begitu juga Sinta dan Rian.

“Hati-hati.”

o0o

Rama dan Rian sudah memasuki mobil. Tapi, Sinta masih diluar. Ia tidak mau berangkat bersama dengan Rama.

Rama terus memaksanya, bukan tanpa alasan Rama melakukan itu. Rama hanya menuruti keinginan Rian yang teringin berangkat bersama Sinta.

“Masuk, jelek!”

“Nggak mau! Gue nggak mau bareng sama lo.”

“Masuk, gak?!”

“Iya, kak, masuk aja. Kita berangkat bersama aja. Nanti kakak bisa telat loh, kalo harus nunggu angkutan umum.” Rian juga ikut membujuk.

Ayah dari kejauhan melihat perdebatan itu, Ayah pun menghampiri mereka.

“Ada apa ini?” tanya Ayah.

“Ini, Yah. Sinta gak mau berangkat bareng.” jawab Rama.

Ayah menatap Sinta. “Kamu sama Rama aja, ini juga udah siang nanti kamu terlambat.”

“Tapi, yah....”

“Sudahlah, sana masuk.”

Sinta dengan terpaksa membuka pintu mobil Rama dan memasuki mobil itu.

“Kita pergi dulu, Yah.”

“Hati-hati, jangan ngebut!”

Bersambung...

120220
231120

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang