Chapter 6

8K 544 9
                                    

Pelajaran hari ini dikelas Sinta adalah olahraga. Olahraga kali ini tentang basket. Setiap anak harus bisa memasukkan bola ke dalam keranjang. Jika tidak dapat memasukkan bola ke dalam ranjang, siswa atau siswi tersebut harus mengulang minggu depan. Jika minggu depan tidak bisa, nilai olahraga bab basket dianggap tidak tuntas.

Sebenarnya pelajaran olahraga adalah pelajaran yang tidak disukai oleh sebagian siswi. Apalagi basket, mereka tidak menyukai basket. Bukannya benci dengan basket, tapi mereka memang tidak bisa bermain basket.

“Sinta Bella Puspita.”

Kini saatnya Sinta yang akan mencoba memasukkan bola ke dalam ranjang. Sama halnya dengan siswi lainnya, Sinta juga tidak menyukai olahraga. Sinta memiliki poster tubuh tinggi, seharusnya dengan tubuh yang tinggi Sinta dapat dengan mudah memasukkan bola ke dalam keranjang. Tapi sayangnya, ia tidak menyukai olahraga. Percayalah nilai olahraga Sinta hanya menyukupi rata-rata.

Sinta memantulkan bola dengan malas-malasan. Guru olahraga yang memperhatikannya hanya bisa menghela nafasnya. Sinta tidak akan tuntas dalam penilaian kali ini, guru juga sudah tahu itu. Jadi, Sinta akan di suruh menulis materi bab basket untuk memenuhi nilai yang tidak tuntas. Tapi, Sinta malah bersyukur tentang hal itu. Merangkum lebih baik, katanya.

Saat akan memasukkan bola, Sinta salah melemparkan bola. Bukannya ke arah keranjang, Sinta malah melemparkan bola ke arah Rama yang sedang berjalan sehabis dari toilet.

Bola yang dilempar Sinta mengenai Rama, tangan Rama mengepal. Ia mengambil bola dengan kasar dan menghampiri Sinta yang berada di tengah lapangan. Rama menebak, Sintalah yang melempar bola ke arahnya. Hanya Sinta yang berada ditengah lapangan.

Rama melemparkan bola ke guru olahraga Sinta dan ditangkap dengan baik. Rama mencengkram pergelangan tangan Sinta dengan kuat dan menyeret Sinta untuk ikut dengannya.

Rama melupakan tata krama terhadap seorang guru. Ia tidak peduli! Memangnya siapa yang mau marah di sini. Rama adalah anak dari salah satu orang yang sangat penting di sekolah ini.

“Oke, kita lanjutkan.” ucap guru itu, ketika Rama dan Sinta sudah tidak terlihat.

***

Rama membawa Sinta ke rooftop sekolah, ia melepaskan cengkraman pada tangan Sinta dengan kasar.

Sinta memegang pergelangan tangannya, yang agak membiru karena cengkraman Rama. “Maaf,”

“Maaf? Lo bilang maaf?!” Rama melihat Sinta, dan menunjuk Sinta, “Maksud lo apa? Ngelempar bola itu ke gue?!”

Sinta diam tidak berkutik.

“Jawab! Mulut lo masih berfungsi kan?!” Rama mengusap wajahnya dengan kasar. “Atau lo mau bales dendam dengan gue! Lo gak ikhlas gue suruh nyuci baju gue kan?! Makanya pas lo liat gue, lo ngelempar bola itu ke gue, iya gitu?!”

Rama suka sekali membesarkan masalah. Jika kalian bertemu Rama, dianjurkan untuk menghindari Rama jika tidak ingin punya masalah dengannya.

Sama halnya dengan Sinta, ia sudah berusaha untuk menghindari Rama. Tapi, entah itu takdir atau apa. Ia akan dipertemukan dengan Rama.

“Bu—bukan kayak gitu,” ucap Sinta dengan terbata-bata, ia benar-benar takut sekarang.

“Kalau bukan kayak gitu, terus apa?!”

“Tadi gue mau masukin bola ke ranjang tapi salah arah.” Sinta memberanikan diri untuk menatap manik mata Rama.

“Banyak alasan! Gue gak mau tau, intinya lo harus mau jadi babu gue selama satu minggu. Jika gue manggil lo, lo harus selalu ada.”

Sinta ingin menolak. Jika Sinta ada urusan penting, terus Rama manggil, apa harus Sinta untuk segera menemui Rama. Sinta bukan siapa-siapa! Teman, sahabat, saudara, pacar atau istri Rama, Sinta tidak masuk dalam kategori apapun.

“Gue gak nerima penolakkan! Jika gue telpon, lo harus angkat! Dan itu wajib! Satu lagi, jangan pernah sekali-kali lo berani nolak perintah gue!”

“Tapi...”

“Ingat! Gue gak nerima penolakkan. Ingat baik disini.” Rama menunjuk otak Sinta.

Setelah mengatakan itu, Rama pergi meninggalkan Sinta sendirian.

“Dasar pemaksa!”

Bersambung...

Ig: @belllaa.08_

Dibuat 231219
Pindah 220920

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang