Chapter 52

4.2K 244 13
                                    

Valerine mengerjapkan matanya saat sinar matahari menerpa wajahnya melalui sela-sela gorden jendela kamar. Velerine melihat sekelilingnya, ia tidak berada dikamar miliknya tetapi di salah satu kamar yang ada di apartemen Rama. Valerine ingat, ia pernah ke sini sebelumnya.

Bibir Valerine melengkung membentuk senyuman. Ia beranjak dari atas kasur, mencari handphone miliknya. Setelah ketemu, Valerine keluar dari kamar dengan membawa handphone.

Ia melangkahkan kakinya ke arah kamar yang berada di samping kamar yang digunakan Valerine untuk tidur tadi malam. Valerine membuka pintu nya dengan pelan, takut membangunkan cowok yang sedang tertidur dikamar itu.

Membuka kamera handphone dan mencari posisi yang pas untuk mengambil gambar. Dengan satu kali percobaan, potret cowok yang ada diatas kasur dengan posisi tengkurap nampak terlihat bagus.

Valerine tersenyum puas sebelum dirinya mengambil handphone milik Rama. Ia membuka handphone Rama yang memang tidak di kunci. Mencari nomor yang akan Valerine hubungi. Setelah menyalin nomor itu ke dalam handphone miliknya, tanpa menunggu lama, Valerine langsung mengirim pesan kepada nomor itu.

 Setelah menyalin nomor itu ke dalam handphone miliknya, tanpa menunggu lama, Valerine langsung mengirim pesan kepada nomor itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dibangunin susah banget😣
Malah asik tidur😟
Btw, lo ga marah kan? Gue pinjem bentar ya?
Nanti gue balikin cowok lo.

Valerine menatap layar ponselnya dengan lengkungan bibir yang terus terbentuk. Ia menatap punggung Rama sebentar. Valerine melangkahkan kaki nya dengan pelan dan menutup pintu kamar Rama dengan sangat pelan.

Ia kembali masuk ke dalam kamar yang ditempatinya. Sesekali menunggu balasan dari orang yang ia kirimi gambar yang Valerine ambil tadi.

Lama menunggu membuat Valerine kesal sendiri. Ia beberapa kali mengecek handphone nya. Tapi tetap saja, orang yang ia tunggu tidak membalas pesan yang ia kirim.

“Valerine, lo udah bangun?” suara Rama terdengar di depan pintu kamarnya disusul dengan suara ketukan pintu.

Valerine menyahutinya dengan suara yang sengaja ia buat agar terdengar seperti orang yang baru bangun tidur. “Iya, ini udah bangun.”

“Lo mandi dulu gih sambil nunggu makanan yang gue order sampe.” suruh Rama.

“Oke,”

Suara langkah kaki yang semakin terdengar lirih menandakan Rama yang menjauh dari kamar yang ditempati Valerine.

Kembali mengecek handphone miliknya, ternyata orang yang Valerine tunggu sudah membalas pesannya. Ia dengan segera melihat balasan dari orang itu. Namun, bukan balasan itu yang diharapkan oleh Valerine.

Lo mau? Ambil aja.

Hanya itu. Valerine benar-benar kesal dibuatnya. Bukan itu respon yang Valerine inginkan. Ia ingin agar terjadi kesalah pahaman dan berujung jadi saling melemparkan kebencian.

Emang tidak sesuai ekspetasi!

Ada pesan lagi dari orang yang Valerine kenal. Walaupun tidak dekat tapi ia mengenalnya. Ia membaca setiap kata yang orang itu kirimkan sebelum menggerakan jarinya untuk membalas pesan itu.

Gue sih kasian sama lo ya, miris banget ngeliat nya. Kek udah ga ada harga dirinya lagi.

Tulis orang itu dari pesan yang kembali diterima Valerine. Pesan itu membuat Valerine kesal sendiri, ia melemparkan handphone nya di atas kasur. Setelah itu, perempuan itu pergi memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

o0o

“Nanti ijinin gue ya? Udah terlambat kalo berangkat jam segini.” ujar Rama kepada si penelpon sambil melihat jam yang tertempel di tembok.

Oke,” sahut Raka. Orang yang sedang dihubungi Rama, sahabatnya yang paling dapat dipercaya. “Lo sama Valerine?”

Rama menautkan alisnya, “Lo tau dari mana? Gue belum cerita loh, kenapa bisa tau.”

“....”

“Tadi malem tiba-tiba aja gue ditelfon sama orang, dia bilang Valerine mabuk. Yaudah gue langsung ke sana, terus gue bawa apartemen. Gak mungkin juga gue anter dia balik, yang ada dia di marahin bokap nya. Lo tau itu juga kan?”

Hanya gumaman yang menjadi respon Raka selanjutnya. Tidak habis pikir dengan sahabat yang satu ini. Rama yang terlalu baik atau Rama memang bego. “Bego,” celetuk Raka.

“Malah ngatain gue,” suara bel apartemen berbunyi menandakan jika ada orang yang datang. Rama beranjak dari duduknya tadi, sebelum itu ia segera mengakhiri teleponnya dengan Raka. “Yaudahlah, gue cuma mau nitip absen. Inget ya, bilang aja gue lagi ada urusan keluarga atau terserah lu aja deh.” dan setelah itu, sambungan telepon pun di akhiri.

Rama membuka pintu apartemen yang ternyata adalah pengantar makanan. Rama menerimanya dan segera masuk kembali ke dalam apartemen untuk memakan sarapannya dengan Valerine.

Setelah sarapan, Rama berniat ingin mengantarkan Valerine kembali ke rumah. Namun Valerine memberi alasan agar dia dapat berkeliling bersama Rama. Dan Rama hanya mengikuti kemauan Valerine karena ia juga merasa bersalah karena telah mengabaikan Valerine.

Bersambung...

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang