Chapter 16

5.8K 446 7
                                    

Beberapa hari ini, Rama semakin gencar mendekati Sinta. Seluruh murid SMA Bina Bangsa dibuat gempar dengan berita Rama yang sedang berusaha mendekati Sinta. Sebagian murid Binangsa (Bina Bangsa) berpikir Rama hanya mempermainkan Sinta. Sebagian murid lainnya, berpikir Rama sudah taubat dan menemukan cintanya yaitu Sinta.

Sinta menenggelamkan wajahnya dilipatan tangannya. Ia lelah. Semunya membicarakan dirinya dan Rama. Ia memang tidak peduli, tapi... Rasanya mendengarkan orang bercerita tentang dirinya terus menerus sangat tidak mengenakan.

Sinta benar-benar lelah. Ia mengangkat kepalanya dan memandang lurus. Ini semua gara-gara Rama. Sinta mengepalkan tangannya.

“Sinta.”

Sinta menoleh, melihat siapa yang memanggilnya. Bukan hanya Sinta yang menoleh, semua yang ada dikelas ikut melihat siapa yang memanggil Sinta.

Di sana Rama berjalan dengan santai, dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Rama bahkan tidak peduli, jika semua orang terus menatapnya.

Rama menghampiri meja Sinta. Ia menjulurkan tanganmu ke Sinta.

Sinta menatap Rama bingung. Murid dikelasnya sedang sibuk memfoto dirinya dan Rama untuk bahan gosip sekolah. “Apa?”

“Bekal gue.”

Sinta menepuk keningnya, ia lupa. Seharusnya Sinta menaruhnya di meja Rama tadi pagi, jadi dia tidak mungkin menjadi bahan gosip seperti sekarang ini.

Sinta membuka tasnya, dan mengeluarkan satu bekal yang memang untuk Rama. Sinta menyerahkannya kepada Rama.

Rama menerima kotak bekal itu. “Makasih,” Rama membuka buku Sinta yang ada diatas meja. Rama membuka dibagian terakhir buku tulis itu. “Bolpoin.”

Sinta mengangkat alisnya, “Buat apa?”

Rama tidak menjawab. Sinta memberikan bolpoinnya. Rama menerimanya dan langsung menuliskan sesuatu di sana.

“Jangan lupa!” ucap Rama. Rama langsung pergi setelah mengatakan itu.

Sinta menatap sekelilingnya setelah kepergian Rama. Semuanya bermain handphone mungkin mereka sedang membagikan gosip tentang dirinya dan Rama. Sekarang Sinta dan Rama telah menjadi trending topik disekolah Binangsa ini.

Sinta membaca tulisan yang ditulis oleh Rama dihalaman belakang bukunya.

Temui gue ditaman belakang sekolah. Gue mau ngomong sesuatu. Dan lo harus datang! Kalo ga mau, gue samperin lo dan buat hal-hal yang tidak lo inginkan.

o0o

Suara bel istirahat sudah berbunyi. Seluruh murid Binangsa berbondong-bondong pergi ke kantin.

Sinta memasukkan bukunya ke dalam tas. Ia harus menemui Rama sekarang. Sinta berdiri dari duduknya dan melihat Amel yang berjalan ke arahnya.

“Lo mau kemana?”

“Rama,”

“Ngapain?”

Amel tahu, setiap harinya Sinta memberikan Rama bekal. Ia tahu itu. Tapi Amel tidak tahu alasan dibaliknya. Sinta tidak bercerita kepadanya. Sinta memang tidak mau orang-orang mengetahui masalahnya atau bisa dibilang Sinta termasuk orang yang tertutup.

“Mau ngomong sesuatu.”

“Oh yaudah, gue ke kantin dulu.” Amel pergi dari kelas menuju kantin.

Sinta berjalan disepanjang koridor. Semua orang menatapnya, membuat Sinta berpikir apakah ada yang aneh dari dirinya. Menurut Sinta, tidak ada yang aneh dari dirinya. Ah, ya? Sinta lupa. Pasti semua orang sudah melihat postingan yang dibagikan oleh salah satu murid dikelasnya.

Sinta mempercepat jalannya. Ia tidak mau menjadi pusat perhatian.

Sesampainya di taman belakang sekolah. Di sana, Sinta melihat Rama yang sedang duduk di kursi yang ada di taman belakang sekolah.

“Mau ngomong apa?” ucap Sinta to the point.

“Santai. Kita ngobrol dulu, sini duduk.” Rama menggeser tubuhnya memberi celah agar Sinta dapat duduk di sampingnya.

“Cepetan! Gue ga ada waktu.” Sinta menghentakkan kakinya, tapi ia tetep duduk disamping Rama.

“Emm.... Gue mau lo jadi pacar gue.”

“LO GILA!!” teriak Sinta.

Rama menutup telinganya rapat-rapat. Ia mengusap telinganya sebentar. “Ngomongnya biasa aja dong, ga usah ngegas.”

Sinta mengabaikan omongan Rama. “Gue ga mau jadi pacar lo.”

“Kenapa? Bahkan semua cewek di sekolah ini pada ngantri jadi pacar gue.”

“Ya.. Karena gue beda dari mereka. Dan satu lagi, gue cape Ram. Gue udah cape dengerin omongan orang-orang yang setiap hari selalu ngomongin gue.”

Sinta berdiri dari duduknya. “Gue rasa, lo harus jauhin gue. Jangan cari gue lagi. Gue mohon sama lo, jangan nyari gue lagi, ya.” Sinta melenggang pergi, tidak peduli dengan Rama yang terus menatap punggungnya.

“Gue bakal dapetin lo. Lo udah meremehkan pesen gue. Selama ini ga ada perempuan yang menolak pesona gue. Gue bakal buktiin kalo ga ada orang yang bisa nolak pesona gue termasuk lo. Persetan dengan taruhan itu!” ucap Rama setelah Sinta tidak terlihat lagi. Tujuan Rama berbeda dari tujuan awal. Rama tidak peduli lagi dengan taruna itu, Rama hanya ingin membuktikan bahwa tidak ada orang yang berani menolak pesona Rama termasuk Sinta.

Bersambung....

170320
231220

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang