Chapter 51

4.1K 222 4
                                    

“Langsung tidur ya!”

Sinta hanya mengangguk dan segera memasuki rumahnya. Sedangkan Rama masih duduk di atas motornya dan terus tersenyum melihat Sinta. Hingga suara dering ponsel miliknya terdengar nyaring, membuat ia yang akan menjalankan motornya mendadak berhenti.

Rama melihat nama orang yang menghubunginya, “Valerine,” ucapnya sebelum mengangkat telepon tersebut.

“Halo Vale, ada apa?”

“Maaf, mas.” Rama mengernyit ketika suara laki-laki asing yang terdengar bukan suara Valerine. “Yang punya ponsel ini udah mabuk banget, saya gak tau harus ngehubungin ke siapa. Nama mas yang ada riwayat telepon paling atas, saya pikir mas nya kenal deket sama mbak ini.”

“Valerine mabuk? Dimana?”

“Di night club deket jalan melati, mas.”

“Oke, lo liatin dia ya. Jangan sampe berbuat macem-macem.”

“Siap, mas,”

Setelah panggilan telepon itu mati, Rama bergegas menaiki motornya dan mengendarainya dengan cepat.

o0o

Suara dentuman musik dan cahaya yang minim membuat Rama kesusahan mencari keberadaan Valerine. Orang yang asik berjoget dalam keadaan mabuk itu juga membuat Rama kesusahan berjalan karena saking banyaknya pengunjung yang datang malam ini.

Rama menghampiri seorang bertander dan menanyai keberadaan Valerine. Bertander itu menunjuk seorang gadis yang menempelkan kepalanya di atas meja bar dengan bergumam tidak jelas.

“Vale,” panggil Rama.

Valerine mengangkat kepalanya, ia memincingkan matanya agar dapat melihat dengan jelas sosok yang ada di depannya. “Rama?” tanya Valerine, tapi setitik kemudian dia tertawa. “Pasti cuma halusinasi gue aja. Rama kan lagi sibuk sama Sinta.”

Valerine kembali menempelkan pipinya di meja bar, ia menghadap Rama. “Setelah dia punya pacar, dia jadi lupain gue. Padahal gue sama Rama udah kenal jauh lebih dulu daripada pacarnya, eh malah dia lebih milih orang baru.” Ia terkekeh kecil. “Gue dilupain, dari dulu gue selalu sendiri. Orang tua gue selalu sibuk ngurusin pekerjaan. Setelah gue kenal Rama, gue jadi ga kesepian tapi sekarang apa? Bahkan Rama gak peduli lagi sama gue.” Valerine terisak.

Rama terdiam mendengar curhatan Valerine. Apa dirinya salah lebih mementingkan Sinta daripada Valerine?

“Maaf,” hanya satu kata yang bisa Rama ucapkan setelah terdiam dengan cukup lama.

Valerine meraih botol yang berisi wine dan menuangkannya ke gelas kecil. Ia menenggak minuman tersebut sebelum membalas ucapan Rama. “Ngapain lo minta maaf, lagian lo bukan Rama.” Ia kembali menuangkan wine nya dan menenggaknya hingga berkali-kali yang membuat kepalanya menjadi pusing.

“Vale, udah! Jangan minum terus, lo udah mabuk itu!”

Larangan Rama tidak didengar sama sekali oleh Valerine. Ia terus meminumnya hingga kesadarannya menipis.

Rama menggapai tangan Valerine dan menuntunnya untuk keluar dari tempat ini. Rama tidak lupa membawa tas Valerine yang ada di atas meja.

“Lo mau bawa gue ke mana hehe?” Valerine melepaskan tangannya yang dipegang Rama, jari Valerine menunjuk Rama. “Lo jangan macem-macem ya sama gue?”

“Apaan sih, gue Rama.”

“Rama? Hehe.” Valerine terkekeh. “Pasti gue lagi mimpi kan? Tapi kalo ini mimpi berarti gue boleh ngelakuin ini dong...”

“Ngelakuin ap—”

Sebelum Rama melanjutkan ucapannya, Valerine langsung berjinjit dan menempelkan bibirnya diatas bibir Rama. Sedangkan Rama terdiam, ia tidak tahu harus melakukan apa.

Valerine menjauhkan bibirnya setelah cukup lama. “Kalo ini nyata pasti Rama bakal marah dan semakin jauhin gue. Untungnya ini hanya mimpi hehe.” setelah mengatakan itu Valerine jatuh tidak sadarkan diri.

Rama langsung menangkap tubuh Valerine agar tidak jatuh ke tanah. Ia juga mencari letak kunci mobil yang ada di dalam tas Valerine. Ia akan mengantarkan Valerine dulu.

Bersambung...

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang