Setelah kepergian Raka, Reyhan, dan Pandu, Adrian mengikuti Rama dan Sinta secara diam-diam. Adrian bersembunyi, dia mendengarkan percakapan Rama dan Sinta.
Adrian dapat melihat raut wajah kecewa pada wajah Sinta. Seharusnya Adrian menceritakan kepada Sinta, agar Sinta mendengarkan dari Adrian sendiri bukan dari orang lain. Tapi, nasi sudah menjadi bubur. Jika Adrian bisa memutar waktu, Adrian pasti akan melakukan itu.
“Bukti? Lo minta bukti. Lo tau siapa korban nya? Dia, dia sepupu gue. Sepupu gue yang menjadi korban dari si brengsek itu.”
Adrian tidak percaya apa yang dikatakan Rama. Jika benar itu adalah kenyataan, berarti kembalinya Adrian tidak akan menjadi sia-sia.
Adrian menghampiri Rama saat Sinta telah pergi. Adrian bukannya tidak mau mengejar Sinta dan menjelaskan semuanya agar Sinta tidak merasa terlalu kecewa kepadanya. Namun, ada yang lebih penting dari itu. Hal yang harus dia selesaikan agar tidak terlarut dalam rasa bersalah.
“Kita butuh bicara.”
Rama menatapnya tajam, tetapi ia tetap mengangguk dan pergi ke belakang sekolah diikuti oleh Adrian.
“Dimana Alena?” tanya Adrian setibanya mereka dibelakang sekolah.
“Mau apa lo cari Alena? Lo kan udah buang Alena.” jawab Rama sinis.
“Gue gak sebejat itu.” bantah Adrian keras.
Rama tertawa keras, menertawakan Adrian. Padahal tidak ada yang lucu dari ucapan Adrian. “Gak sebejat itu?” Rama tersenyum sinis. “Kalo gitu lo gak mungkin diam saat tahu Alena hamil. Seakan-akan lo gak peduli tentang kehamilan Alena.”
“Lo salah paham!” Adrian terus membantahnya. “Gue cuma gak nyangka bakal jadi orang tua secepat ini, bukan berarti gue gak mau tanggung jawab. Gue bakal tanggung jawab, tapi Alena keburu pergi ninggalin gue sebelum gue ngomong itu. Lo tau pergaulan diluar sana sangat bebas, gue gak mungkin ngelakuin itu tapi gue dijebak. Jika bukan karena temen gue yang ngasih obat perangsang diminuman gue, gue juga gak bakal ngelakuin hal keji kayak gitu.” jelasnya.
Rama tidak menjawab, ia tahu kejadian itu. Sepupunya yang menceritakan kepadanya. Tetapi sejak Alena dinyatakan positif hamil, kejiwaan Alena mulai terganggu. Puncaknya pada kelahiran bayi itu yang berujung... Ah, sudahlah. Mengingat itu membuat Rama teringat kepada sepupunya.
“Sekarang dimana Alena?” pertanyaan Adrian menyadarkan Rama dari lamunannya.
Rama menoleh ke arah Adrian. “Gue bakal ngasih tau lo, asal lo gak bakal nyakitin Alena.”
Adrian mengangguk pasti. “Gue janji.” ucapnya tegas. “Sekarang dimana Alena?” Adrian mengulang pertanyaan.
“Alena.....”
o0o
Adrian berdiri di depan rumah sakit. Masih terngiang dibenaknya ucapan Rama.
“Alena... Dia mengalami gangguan jiwa. Sejak Alena dinyatakan hamil, jiwanya mulai terganggu. Dan sampe dimana kandungan Alena keguguran, Alena tidak bisa mengikhlaskan bayinya itu. Alena bahkan menganggap boneka adalah bayinya.”
Adrian tidak menyangka jika anaknya telah pergi sebelum dia melihatnya. Adrian menyalahkan dirinya sendiri, karena Adrian kurang cepat mengambil tindakan.
Adrian memasuki sebuah ruangan, setelah sebelumnya ia bertanya kepada suster yang lewat.
Adrian terpaku menatap gadis yang sedang menggendong boneka. Adrian menatapnya sendu, andai ia lebih tegas dalam mengambil tindakan. Pasti semua tidak akan terjadi.
Adrian berjalan pelan, mendekati gadis itu.
“Anak Mama kalo udah besar harus pinter jaga diri. Jangan kayak mama, hiks...”
Adrian diam saat mendengar isak tangis dari gadis itu. Kehamilan di usia muda apalagi tanpa ikatan pernikahan mampu membuat gangguan jiwa pada gadis itu.
Adrian sangat tahu itu. Apalagi ketika mahkota seorang gadis direnggut secara paksa, pasti akan ada luka tersendiri dari dalam diri seorang gadis. Seorang wanita akan sangat ketara jika ia telah kehilangan kegadisannya itu, masyarakat di sekitarnya akan menghina, mencemoh dan menunjukkan ketidak sukaannya secara terang-terangan. Karena itulah membuat seorang gadis kepikiran hingga kejiwaannya mulai terganggu.
Oleh sebab itu, kita sebagai perempuan harus pandai-pandai menjaga diri. Jangan sampai masuk ke dalam bisikkan setan.
Adrian semakin mendekati gadis itu. “Alena,” ucapnya lirih.
Alena menoleh dan menatapnya takut. Alena mendekap boneka itu erat. Dia berjalan mundur menjauhi Adrian.
Adrian terus berjalan mendekat. “Alena.”
“JANGAN! JANGAN AMBIL ANAKKU!” teriak Alena keras. Ia mendekap boneka itu semakin erat.
“Alena, maaf.”
“PERGI! JANGAN AMBIL ANAKKU! PERGI!!” Alena terus memukul bruntal Adrian, dengan salah satu tangannya yang tidak mendekap boneka.
Adrian sedih melihatnya. Sungguh, dia sedih. Gadis yang telah ada didalam hatinya sejak kejadian itu sekarang ada dihadapannya dalam keadaan yang... Ah, Adrian menyalahkan dirinya kembali. Saat teringat dia yang menyebabkan semua ini terjadi.
Adrian memeluk Alena sampai Alena tenang didalam pelukkannya. Adrian mencium puncak kepala Alena. “Maafin aku, maaf.”
o0o
Adrian mengetuk pintu rumah Sinta. Hari sudah malam, tapi Adrian harus menyelesaikan masalahnya dengan Sinta.
Pintu dibuka oleh Ibu. Ibu mempersilakan Adrian masuk.
“Sinta ada dimananya. Kamu masuk aja, sejak pulang sekolah dia jadi pendiam. Kamu lagi berantem sama Sinta ya?”
Adrian mengangguk. “Cuma salah paham kok, Bu.”
Ibu tersenyum mengerti, sejak dulu Sinta akan menjadi pendiam saat terjadi kesalah pahaman dengan Adrian. “Yaudah, masuk aja gih. Ibu tinggal dulu, ya.”
Adrian menatap kepergian Ibu. Adrian mengetuk pintu kamar Sinta. “Sinta, gue masuk, ya?”
Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Adrian membuka pintunya. Adrian melihat Sinta yang sedang tidur diatas ranjang, seluruh tubuhnya ditutupi selimut seperti anak kecil yang lagi marah. Adrian tahu, Sinta tidak tidur.
Adrian berjalan mendekat dan duduk ditepian ranjang. Adrian menundukkan kepalanya dan berkata, “Maafin gue yang gak jujur sama lo. Gue cuma gak mau lo kecewa karena gue ngingkarin janji itu. Gue udah buat Mommy kecewa, gue gak mau lo kecewa juga. Gue dijebak sama temen gue, gue gak bakal ngelakuin hal itu, tetapi kali ini beda kondisinya. Maafin gue.”
Dibalik selimut, Sinta mendengarkan ucapan Adrian. Sinta membuka selimutnya dan memeluk erat Adrian sebagai tanda bahwa ia telah memaafkan Adrian.
Adrian membalas pelukan Sinta. “Maaf, harusnya gue bisa nahan agar nggak ngelakuin itu. Maaf, karena udah buat lo kecewa.”
“Gue maafin. Semuanya udah terjadi. Kalo ada masalah harusnya lo cerita ke gue. Lo anggap gue apa, sampe lo main rahasia-rahasiaan.”
“Gue janji, gak bakal ada rahasia lagi di antara kita.”
♥♥♥
Kita sebagai perempuan harus pandai-pandai menjaga diri. Jangan sampai kita terpengaruh oleh hawa nafsu kita sendiri. Semoga kita dilindungi dan dijaga oleh Tuhan yang maha Esa dari godaan yang menjerumus ke dalam api neraka.
Bersambung...
240520
231220
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Teen FictionSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...