Chapter 13

6.7K 475 15
                                    

“Rama! Kenapa sampai sini sih?! Gue bilang turunin gue di halte.” omel Sinta, ketika Rama memberhentikan mobilnya diparkiran sekolah.

Rama bersikap santai, ia menatap Sinta. “Gue itu baik. Emang lo mau jalan kaki, dari halte ke sekolah itu jauh.”

“Tapi, nanti...”

“Tapi apa?”

Sinta memejamkan matanya sejenak, menahan kekesalannya. Sinta membuka matanya kembali, dan langsung keluar dari mobil Rama.

Sinta berjalan dengan cepat. Banyak yang menatapnya dengan tatapan merendahkan. Sinta sudah menduga, ini akan terjadi. Mungkin ada yang melihat Sinta keluar dari mobil Rama, lalu orang itu memfoto dan menyebarkannya.

Dikelas Sinta juga banyak yang menatapnya dengan tatapan merendahkan. Terutama bagi perempuan yang jelas tidak menyukai Sinta.

Brakk!

Suara pukulan meja yang kencang, menyunyikan kelas yang telah sunyi.

Safira menghampiri meja Sinta. Safira menatap Sinta marah dan pandangan merendahkan.

“Seret dia!”

Kayla dan Raissa menyeret Sinta, seperti yang diperintahkan oleh Safira. Mereka membawa Sinta ke rooftop sekolah. Kayla dan Raissa mendorong Sinta, sampai Sinta terjatuh.

Safira berdiri didepan Sinta. “Lo tau kesalahan lo? Lo masih ingat omongan gue waktu itu?” Safira menatap Sinta tajam. “Jawab!!”

Sinta berusaha berdiri dengan susah payah. “Gue ingat kok.”

“Kalo ingat, kenapa lo masih deketin Rama? Kenapa lo malah berangkat bareng Rama? Hah?! Harusnya lo sadar, kalo lo itu jelek dan lo ga pantes sama Rama.”

“Gue juga ga mau berangkat sama Rama. Adiknya Rama yang meminta gue buat berangkat bersama.”

“Alasan!” cibir Safira.

“Lagian lo tau gue jelek. Terus, kenapa marah sama gue cuma gara-gara gue deket sama Rama. Rama ga bakal suka sama gue! Rama juga deket sama cewek yang lebih cantik dari lo. Kenapa lo marah cuma ke gue? Rama itu playboy. Lo aja yang murahan, mau aja gitu sama cowok kayak Rama.”

Plakk!

Safira menampar Sinta, ia menunjuk Sinta. “Lo!”

Sinta memegang pipinya. Perih, pipinya terasa perih. Sinta tersenyum, “Terus kalo bukan murahan, namanya apa? Jalang? Atau pelacur?”

Safira kembali melayangkan tangannya untuk menampar Sinta. Ia sangat geram dengan apa yang diucapkan Sinta.

Sinta memejamkan matanya, beberapa detik telah berlalu nampaknya tidak terjadi sesuatu. Sinta memberanikan diri untuk membuka matanya. Sinta menatap orang yang ada didepannya, orang itu yang menahan tangan Safira agar tidak menampar Sinta. Orang itu... Ia adalah Rama.

“Rama?” ucap Sinta pelan.

Rama melepaskan tangan Safira. “Iya, ini gue.” Rama berucap tanpa melihat Sinta. Rama sedang menghadap Safira yang terus menatapnya dengan tatapan seperti tidak percaya.

“Kenapa lo belain dia? Di sini, gue itu pacar lo. Seharusnya lo belain dia bukan pelakor ini.” tunjuk Safira kepada Sinta.

“Terserah lo mau bilang apa? Gue ga peduli. Oh, dan satu lagi. Gue mau putus dari lo, gue udah bosen sama lo.”

Safira menatap Rama tidak terima. “Ini semua pasti gara-gara pelajaran ini kan.” Safira menunjuk ke arah Sinta. Ia menatap tajam Sinta.

Rama menepis tangan Safira yang menunjuk Sinta. “Lo jangan salahin orang, lo tau sendiri gue seperti apa.” Rama mencekal pergelangan tangan Sinta. “Mulai sekarang, jangan pernah lo ganggu Sinta lagi.”

Rama membawa pergi Sinta dari rooftop sekolah, meninggalkan Safira yang mulai berkaca-kaca. Seiring dengan langkah kaki Rama dan Sinta, isak tangis Safira mulai terdengar.

Kayla dan Raissa menenangkan Safira yang sedang menangis.

“Udahlah, Saf, masih banyak cowok diluar sana.”

“Bener apa yang diucapkan Raissa.”

“Tapi gue tetep ga terima! Gue merasa dipermalukan.” Safira menghapus air matanya dan tersenyum misterius.

Kayla dan Raissa menatap Safira bingung, entah apa lagi yang akan diperbuat oleh Safira.

o0o

Sinta melepaskan tangannya dari cekalan tangan Rama. Ia menatap mata Rama, yang menatapnya juga.

“Lebih baik lo jauhin gue.”

“Kenapa?”

“Gue ga mau kejadian seperti tadi terulang lagi. Gue ga mau! Cukup hari ini aja. Gue ga mau yang lain ikut membully gue. Lebih baik mereka omongin gue secara langsung daripada menggunakan kekerasan kayak pacar lo itu. Mulai hari ini, lo harus jauhin gue.” jelas Sinta. Saat Sinta akan melangkah, tangan nya ditahan oleh Rama.

“Gue ga bakal jauhin lo. Karena lo itu babu gue.”

Sinta melepaskan tangan Rama dari tangannya. “Ah, ya, masalah itu ya? Lebih baik lo lupain aja.” ucap Sinta, santai.

“Lupain? Dengan gampangnya lo bilang, lupain?”

“Udahlah, Rama. Mulai sekarang lo jauhin gue. Gue harap, lo dapat memahami perkataan gue. Gue pergi.” Sinta pergi dari hadapan Rama.

“Gue ga bakal jauhin lo. Karena lo itu babu gue dan sampai kapan pun akan selalu seperti itu.” gumam Rama, menatap punggung Sinta yang mulai menjauh.

Apa lagi yang bakal dilakuin Rama? Rencana apa yang bakal Rama lakuin? Entahlah, kisah ini masih panjang.

Bersambung....

190220
231220

The Ugly (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang