Rama menghampiri Sinta dan Alvaro, ia menyelip di antar mereka agar Rama berada di tengah. Alvaro mulai tidak heran dengan kelakuan Rama yang seperti ini. Sedangkan Sinta, ia memutar mata nya jengah melihat Rama yang terus mengganggunya.
“Rama, please deh. Sekali aja, jangan ganggu gue.” ucap Sinta yang sudah frustasi menghadapi sikap Rama yang kekanak-kanakan.
“Emm...” Rama pura-pura berpikir. “Bisa gak ya?” ucap Rama. “Gak bisa! Selagi lo gak deket sama orang ini.” Rama menatap Sinta tapi jari telunjuknya menunjuk orang yang ada di samping kiri.
“Jangan mulai deh,”
“Gak kok.” Rama tersenyum lebar.
Sinta mendengus kesal.
Merasa tidak ada urusannya dengan Sinta lagi, Alvaro pamit untuk pulang terlebih dahulu.
Rama tersenyum senang melihatnya. “Pergi sana, yang jauh sekalian.”
Sinta menatap Rama, aneh. Ia meninggalkan Rama sendirian di tengah koridor yang sudah mulai sepi.
“Eh, kok gue ditinggal sih. Sinta!” Rama mengejar Sinta yang sudah mulai jauh.
Rama menyamakan jalannya dengan Sinta. “Lo balik sama gue.” tanpa persetujuan, Rama lansung menarik tangan Sinta menuju tempat parkir.
Sesampainya di tempat parkir, Rama melepaskan tangan Sinta. Rama memakai helm di kepalanya. Tapi saat mata Rama melihat ke arah gerbang sekolah, Rama melihat seorang gadis yang menggunakan seragam sekolah lain.
Rama menajamkan penglihatannya, seperti familiar dengan gadis itu. Rama melepaskan kembali helm nya.
Sinta mengernyit saat melihat Rama melepaskan helm. “Lo mau ke mana?” tanya Sinta.
Rama menoleh. “Lo tunggu sini ya, bentar doang kok.” tanpa menunggu jawaban dari Sinta, Rama langsung pergi menghampiri gadis itu.
o0o
Rama menghampiri gadis itu di depan gerbang. Ia berjalan pelan menghampiri gadis itu yang sedang membelakanginya. “Vale,” panggil Rama kepada gadis itu.
Gadis itu berbalik, ia tersenyum kepada Rama. “Hai,”
Rama mendekati gadis itu. “Lo kapan balik ke sini?” tanya Rama, ia tersenyum senang ketika sahabat nya kembali ke kota ini. “Harusnya lo ngasih tau gue. Gue juga udah lama gak main sama lo kan. Lo apa kabar?”
Valerine Nathalia, nama gadis itu. Valerine tertawa pelan, mendengar sederet kalimat yang di ucapkan Rama.
“Biar kejutaan, lagian gue kan udah ada di sini.” ujar Valerine.
“Iya sih,” sahut Rama, ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “By the way, lo ke sini sama siapa?”
Valerine nampak seperti menengok kanan dan kirim nya. “Tadi sih di antar supir, tapi kayaknya udah pulang deh.” jawabnya.
Rama mengangguk mengerti. “Yaudah gue antar pulang aja yuk, sekalian jalan-jalan. Kan udah lama kita gak jalan-jalan berdua.”
Valerine terkekeh. “Gak berubah ternyata. Boleh, lagian gue mau liat ada yang berubah gak dari kota ini. Haha.”
“Tapi motor gue ada di dalem, lo mau ikut atau nunggu di sini?”
“Emang gue boleh masuk.”
“Ya bolehlah, ayok.”
o0o
Sinta memperhatikan Rama dan seorang gadis yang berjalan mendekat ke arah dirinya. Sinta melipatkan tangannya di depan dada, dan terus menatap mereka berdua.
“Sinta, kenalin ini sahabat gue, namanya Valerine.” ujar Rama saat telah sampai di depan Sinta.
Valerine nampak memperhatikan Sinta dari atas sampai bawah—seakan menilai—sebelum mengulurkan tangannya. “Valerine,”
Sinta hanya menatap uluran tangan itu, tanpa berniat membalasnya. Biarkan lah dia dikatakan sombong, tapi menurut Sinta aura yang dikeluarkan Valerine agak berbeda. Itu alasannya dan satu lagi, Sinta termasuk tipe orang yang tidak suka berbaur dengan orang asing.
Valerine menurunkan tangannya, saat dirasa Sinta tidak membalas uluran tangannya. Raut wajahnya menunjukkan sifatnya tanpa diketahui Rama, namun Sinta dapat melihatnya.
Rama menatap Sinta, tidak suka. “Sinta, Vale ngenalin diri baik-baik, lo malah kayak gitu.” ucap Rama dengan nada ketidak sukaan.
Valerine memegang lengan Rama dan mengelusnya. Ia tersenyum saat Rama menatap dirinya. “Udah, ga papa. Mungkin Sinta gak biasa deket sama orang asing, nanti juga kita bakal akrab kok.” Valerine terus menunjukkan senyumannya.
Rama menatap manik mata Valerine. “Lo memang orang baik, Vale.”
“Yaudah yuk, kita balik.” Rama menyalakan mesin motornya. Ia teringat sesuatu, lalu Rama menatap Sinta. “Lo balik aja sendiri ya, gue ada urusan sama Valerine.”
Rama menjalankan motornya tanpa mendengar jawaban dari Sinta.
Sinta tersenyum sinis. “Gue gak bodoh, Rama.” Sinta terkekeh, menertawakan dirinya yang hampir luluh dengan Rama. “Playboy macam lo, gak bakal pernah berubah. Dan Bodohnya, gue hampir luluh sama lo.”
♠♠♠
Saat didalam perjalanan menuju rumah Sinta setelah selesai menghabiskan malam dengan mendatangi pasar malam. Rama mengendarai motornya pelan, tanpa menoleh ia berucap. “Sin, kalo misalnya kita balikan. Lo mau ga?”
Sinta tidak dapat mendengarnya karena suara angin malam dan juga kendaraan yang berlalu lalang. “Ngomong apa?” Sinta menaikan nada bicaranya.
“Kita balikan, lo mau ga?” Rama juga ikut menaikan nada bicaranya.
“Gak, males.”
“Kenapa? Gue cinta sama lo. Hanya lo.”
“Mulut lo, gak bisa dipercaya.”
“Beneran, Sinta.”
Dan sampai di situ percakapan mereka. Rama juga tidak membuka suaranya karena sedang fokus mengendarai motor.
♠♠♠
“Halah bangsat! Sampai kapan pun juga, dia gak bakal berubah. Apa yang lo harapan dari Rama, Sinta? Sadar diri aja!”
Sinta berjalan menuju halte menunggu angkot yang lewat.
o0o
Tidak jauh dari sana, ketiga sahabat Rama melihat semua kejadian itu.
“Kalian liat kan, Rama itu terlalu percaya sama itu ular. Sebucin-bucinnya Rama, kalo saingan nya tuh ular, ya siapa aja pasti kalah.” ujar Pandu yang terlanjur kesal dengan Rama. Rama terlalu menganggap semua orang baik, tanpa tahu maksud di baliknya.
“Udahlah, kita liat aja. Kalo tuh ular buat masalah, kita harus bertindak.” ujar Reyhan.
“Iya,” sahut Raka menyetujui usulan Reyhan.
Bersambung...
Nambah beberapa orang lagi, sebelum akhirnya tamat, belum pasti bakal sampe chapter berapa jadi ikuti saja ceritanya.
Thanks for u, yang udah baca cerita ini. And sorry, jika cerita ini semakin buruk dan tidak sesuai apa yg kalian bayangkan.
150321

KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Teen FictionSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...