“Sinta.”
“Sinta, tungguin gue.”
“Sinta.”
Berkali-kali Rama manggil Sinta, tetapi Sinta tidak menoleh sedikit pun. Sinta mempercepat jalannya saat semua orang mulai melihat Rama dan Sinta.
Rama memegang tangan Sinta. “Berhenti dulu,”
Sinta melepas tangan Rama kasar. Ia risih, sangat risih. Semua orang menatap berdua seakan-akan Rama dan Sinta adalah sebuah pertunjukkan yang tidak boleh telat untuk ditonton.
“Apa lagi sih?”
Rama diam, merangkai kata dengan tepat untuk ia ucapkan. Rasanya mulut Rama tidak bisa digerakkan.
Sinta memutar bola matanya. Ia meninggalkan Rama ditengah koridor yang masih ramai dengan murid-murid.
o0o
Rama berjalan tergesa-gesa menuju kantin. Ia sendirian, sahabatnya sudah pergi ke kantin terlebih dahulu atas perintahnya. Tujuan awal Rama adalah kelas Sinta, tapi Sinta tidak ada dikelasnya. Rama berpendapat, Sinta berada dikantin bersama Amel. Sinta juga tidak memberikan Rama bekal, Rama akan menagih bekal yang seharusnya diberikan kepadanya.
Di kantin, sahabatnya melihat Rama yang memasuki kantin. Mereka saling lirik. Kemudian Pandu memanggil Rama. “Rama.”
Bukannya ke tempat sahabatnya, Rama malah melewati meja dimana sahabatnya duduk. Rama pergi ke meja dibelakang tempat yang diduduki sahabatnya.
“Lah?”
Rama mengacuhkan sahabatnya yang terus memanggil namanya. Ia menuju tempat, yang dimana Amel menempati meja itu.
“Lo tau dimana Sinta?” tanya Rama, tanpa berniat basa-basi terlebih dahulu. Menurutnya itu sangat membuang waktu.
Amel mendongak melihat siapa yang bertanya itu. Amel mengambil minumannya dan meminumnya. “Tadi sih katanya mau ke perpustakaan. Coba lo cari ke sana.”
Tanpa mengucapkan terima kasih, Rama langsung pergi dari kantin. Para sahabatnya hanya melongo melihat Rama, yang jauh-jauh datang dari kelas Sinta ke kantin hanya untuk bertanya keberadaan Sinta. Fyi, jarak kelas Sinta dengan kantin dapat dibilang cukup jauh.
o0o
“Ternyata lo di sini.”
Sinta melihat siapa yang berbicara dengan cukup keras di dalam perpustakaan yang sunyi ini. Sinta membaca novel lagi, saat ia sudah mengetahui siapa yang berbicara.
Rama kesal, ia duduk disamping Sinta. Sinta tetap tidak peduli.
“Sinta.”
Rama bosan, selama Rama belajar disekolah ini baru kali ini Rama memasuki perpustakaan.
“Sinta.”
Sinta tetap diam, saat Rama bermain dengan rambut Sinta yang dikuncir ekor kuda.
“Sinta, gue mau ngomong.”
Sinta masih tidak merespon.
“Besok weekend kan?”
Sinta tetap membaca novel yang ada ditangannya. Hal itu membuat Rama kesal. Rama mengambil novel itu dan menutupnya.
Sinta menatap tajam Rama. “Balikin novel gue.”
“Enggak mau,”
“Rama!” sentak Sinta. Semua orang yang ada diperpustakaan melihat ke arah mereka karena merasa terganggu. Sinta menengok kanan dan kirinya. Ia pun merebut novel yang ada ditangan Rama secara paksa dan berjalan meninggalkan perpustakaan.
Rama mengejar Sinta yang belum jauh dari perpustakaan. Rama mencekal tangan Sinta.
“Sin, berhenti dulu.”
“Ga usah megang bisa?”
Rama melepaskan cekalannya.
“Rian pengen ketemu sama lo. Besok dia mau ke pantai tapi sama lo. Besok bisa kan?”
Sinta berpikir sejenak, “Bisa.” lalu, Sinta segera meninggalkan Rama sendirian.
“Nanti gue ke rumah lo.” suara Rama menggelgar di koridor yang sepi.
Sinta yang belum jauh, menempelkan jari telunjuk dan Ibu jarinya—menyerupai huruf O—dan mengangkatnya agar Rama dapat melihatnya.
Rama tersenyum lebar. “Gue kenapa sih, ini bukan sifat gue banget.” gumam Rama.
Rama sadar, sangat sadar. Apa yang dilakukan Rama hari ini, sangatlah aneh seperti bukan sifat asli dirinya. Mungkin hari demi hari sifat Rama akan berubah. Sifat yang tidak ada dalam diri lama mungkin akan muncul seiring berjalannya waktu.
Bersambung...
220320
231220
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Teen FictionSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...