Setelah kejadian beberapa hari lalu, Rama tidak pernah menjauhi Sinta malah ia semakin gencar mendekati Sinta dengan alasan Sinta masih ada tanggung jawab sebagai babunya. Walaupun begitu, Sinta tetap berusaha menghindari Rama. Seperti bekal Rama , yang Sinta taruh di meja Rama pada pagi hari.
Rama membuka kotak bekal dari Sinta. Rama mengernyitkan dahinya, bingung. Isi kotak bekal Rama hanyalah roti yang diolesi dengan selai coklat. Biasanya Sinta akan membuat nasi goreng atau apapun yang bahan utamanya adalah nasi.
Rama beranjak dari duduknya. Ia membawa kotak bekal itu dan akan mengembalikan kepada Sinta. Tapi, ada selembar kertas yang di lipat menjadi persegi, jatuh dari atas meja.
Rama mengambil kertas itu. Rama kembali duduk dibangkunya. Ia membuka kertas itu, didalamnya terdapat kalimat yang mungkin ingin di sampaikan penulis. Rama membaca surat itu.
Gue bangunnya kesiangan. Gue cuma bisa bikin itu, takut terlambat masuk sekolah. Kalo ga suka, jangan dimakan! Kasih aja ke sahabat lo atau orang lain, jangan dibuang.
Rama mengulum senyumnya. Entahlah, Rama hanya ingin tersenyum karena Sinta masih memikirkannya ketika Sinta sendiri dalam keadaan terburu-buru.
Raka, Reyhan, dan Pandu sudah berada dikelas beberapa waktu yang lalu. Mereka melihat Rama membaca surat itu dan tersenyum sendiri.
“Ngapain lo senyum-senyum?” tanya Pandu.
“Enggak.” Rama memasukkan kertas itu ke dalam saku seragamnya.
“Apa itu?”
“Anak cowok ga boleh kepo.” Rama berdiri dan membawa bekal itu. “Gue mau bolos, lo semua ikut ga?”
Ketiga sahabat Rama saling melemparkan tatapan. Seakan sedang berdiskusi.
“Oke, kita ikut lo.” ucap Pandu. Ia tidak sadar bahwa Rama sudah tidak ada dikelas.
Raka pergi mengikuti Rama yang sudah jauh.
“Bego! Rama itu udah pergi. Lo ngomong sama siapa?” setelah ngomong itu, Reyhan langsung menyusul Rama dan Raka.
“Lah iya, ya? Gue bego amat.”
Pandu menatap sekelilingnya yang sudah tidak ada para sahabatnya. Penghuni kelas menatap Pandu aneh, yang ngomong sendiri.
“Lo baru nyadar, kalo lo itu bego.” ujar Lila, sang bendahara kelas. Lila punya dendam tersendiri kepada Pandu, karena Pandu tidak mau bayar uang kas sejak beberapa bulan lalu eh tidak! Tapi sejak awal semester pertama.
Pandu mengabaikan ucapan Lila, ia mengejar Ketiga sahabatnya. “WOI, TUNGGUIN!!!”
o0o
“Ternyata lo pada disini?”
Rama, Raka dan Reyhan menatap Pandu malas. Pandu sudah melihat mereka ada di rooftop, kenapa harus di tanyakan lagi? Sedangkan Pandu sudah tahu jawabannya.
Mereka mengabaikan pertanyaan Pandu, semuanya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Raka yang sedang bermain game, dan Reyhan yang sedang tiduran di kursi panjang yang memang ada di rooftop.
Sedangkan Rama, ia membuka kotak bekalnya dan mengambil roti itu.
Pandu yang daritadi hanya menatap aktivitas yang dilakukan temannya merasa heran. “Bekal dari Sinta? Tumben bekalnya roti.”
“Kesiangan,”
“Kalo diperhatikan, lo semakin lengket aja sama Sinta.”
Reyhan bangun dari posisi berbaring menjadi duduk. Ia merasa tertarik dengan topik pembicaraan kali ini.
Rama mengunyah roti yang ada didalam mulutnya, lalu menelannya. “Enggak, mana ada. Gue sama Sinta cuma sebatas majikan sama babu. Itu aja.”
“Oh, ya?” ucap Reyhan dengan nada tidak percaya.
“Gimana kalo kita taruhan?” ucap Pandu tiba-tiba. Sontak semuanya menatap Panda, dengan bingung.
“Taruhan apa dulu, nih?” tanya Rama.
Pandu tampak berpikir sejenak. Pandu tersenyum misterius setelah mendapatkan ide. Pandu menatap Rama. “Kalo lo bisa macarin Sinta dalam waktu sebulan, gue kasih mobil kesayangan gue. Tapi, kalo lo ga bisa. Lo harus ngasih villa yang lo punya dan traktir kita selama satu bulan penuh.”
“Gimana? Ada yang mau ikutan? Raka? Reyhan?” tanya Pandu.
“Gue setuju,” ucap Rama.
“Gue juga, gue bakal ngasih cafe gue.” ucap Reyhan.
“Gue gak setuju.” semuanya melihat ke arah Raka yang masih bermain game. Walau ia bermain game, Raka tetap mendengarkan percakapan sahabatnya. Raka mematikan handphone nya. “Dia itu cewek, kalian ga seharusnya ngorbanin dia untuk taruhan konyol ini. Dia ga salah.”
“Gue ga peduli!” ucap Rama tegas.
Raka berusaha sabar. “Terserah kalian,”
“Gimana? Deal, nih?” tanya Pandu.
“Deal,”
Tanpa mereka sadari, dibalik pintu rooftop ada yang mendengarkan omongan mereka. Bahkan, orang itu merekam percakapan mereka. Orang itu menyeringai, dan pergi dari sana sebelum ada yang melihatnya.
Bersambung...
270220
231220

KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Fiksi RemajaSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...