Sudah beberapa hari ini, Sinta dan Rama tidak terlihat bersama. Keduanya menjauh, menghindari satu sama lain. Bahkan Rama, seakan melupakan hubungannya dengan Sinta.
Seperti sekarang ini, Rama berjalan dengan merangkul cewek dikedua sisinya. Rama kembali pada keplayboyannya.
Rama dengan tidak tahu malunya, menggoda salah satu cewek itu. Rama tidak mengurusi orang-orang yang menatapnya.
Rama memberhentikan jalannya saat matanya melihat Sinta. Rama mencegah jalan Sinta, dengan menghalang-halangi jalan Sinta.
Sinta melipat tangannya di depan dada dan menatap Rama datar. Apalagi yang akan dilakukan cowok ini.
“Hai, mantan.” Rama menengok ke cewek barunya. “Kenalin ini cewek gue. Cantik kan? Oh, pastinya, gak kayak lo.”
Sinta diam, malas berdebat dengan Rama. Biarlah Rama berbicara semau dia.
“Kenapa diam? Omongan gue terlalu menyakitkan ya?” Rama memasang wajah menyedihkannya, beberapa detik kemudian dia tersenyum miring. “Tapi itu kenyataannya. Iya, kan beb?” Rama meminta pendapat kepada kedua pacarnya. Kedua pacarnya mengangguk, membenarkan ucapan Rama itu.
Rama menatap Sinta. “Lebih baik kita pergi dari sini, yuk beb.” Rama melenggang pergi dari hadapan Sinta dengan kedua pacar barunya.
Sinta menatap punggung Rama. Fokus Sinta terahlihkan pada handphonenya yang berdering. Sinta melihat si penelpon dan mengangkatnya.
“Halo,”
“.....”
“Sekarang?”
o0o
Setelah istirahat tiba, Rama kembali ditemani dengan dua cewek. Kedua cewek itu berbeda dengan cewek yang tadi pagi berjalan dengan Rama.
Kali ini sifat playboy Rama semakin menjadi-jadi. Baru beberapa jam, Rama sudah mendapatkan empat pacar sekaligus. What the hell...
Apa yang ada di otak Rama sekarang?
Dulu, Rama sedikit menghargai perempuan. Tidak menduakannya, tetapi hubungannya akan selesai dalam sehari, dua, atau tiga haru dan langsung mencari yang baru. Itu lebih baik kan?
Kelakuan Rama membuat ketiga sahabatnya menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan kelakuan Rama. Ceweknya juga, mau-maunya dia di ajak pacaran sama Rama.
Sahabatnya menghampiri Rama dan mengusir kedua cewek itu, tetapi kedua cewek itu menolaknya. Hingga Rama menyuruhnya pergi, kedua cewek itu dengan terpaksa pergi meninggalkan Rama dan ketiga sahabatnya.
“Gue kira lo udah berubah.” sindir Raka.
Rama menatap Raka tidak suka. Rama tahu Raka sedang menyindirnya. Menurut Rama, Raka tidak ada hak untuk mengurusi hidupnya.
“Iya, gue kira juga Rama udah berubah. Tapi ternyata...” Reyhan menggantungkan ucapannya.
“Semakin menjadi-jadi. Tambah gak ngotak lagi.” Pandu melanjutkan ucapan Reyhan.
Rama menatap ketiga sahabatnya malas. Ini ketiga sahabatnya pada kenapa sih, biasanya juga tidak mengomentari apa yang Rama lakukan. Rama memutar bola matanya dan mengalihkan pandangannya.
“Gue hari ini belum liat Sinta. Tadi, gue liat dikelasnya gak ada.” ucap Pandu tiba-tiba membuat ketiga sahabatnya menoleh ke arah dirinya.
“Toilet kali, tadi pagi ada.” ucap Rama tidak peduli.
Pandu nampak berpikir sejenak. “Masa? Gue lewat dikelasnya waktu jam pelajaran, emang gak ada tadi juga gak ada.” jelasnya.
Rama diam, memikirkan kemana sekiranya tempat yang akan didatangi Sinta. Ah, tapi apa peduli Rama? Sinta kan bukan siapa-siapa sekarang. Rama menggeleng pelan, mengusir pemikiran tentang Sinta yang ada dikepalanya.
o0o
Rama berjalan sendirian menuju kelasnya setelah dari toilet, waktu istirahat telah selesai sejak beberapa menit yang lalu.
Rama memberhentikan langkahnya saat matanya melihat Adrian dan Amel didepan sana. Keduanya sedang berbicara serius. Rama bersembunyi dan menguping pembicaraan mereka.
“Ini gimana? Kita dari tadi udah keliling sekolah nyariin Sinta, tapi gak ada. Dihubungi gak bisa, lo gak ke rumah dia tadi pagi?” tanya Amel
“Gue ke rumahnya kok, tapi kata Ibu Sinta udah berangkat duluan. Tapi ini malah gak ada di sekolah. Gak mungkin kan Sinta bolos?”
“Sinta gak mungkin bolos! Sakit aja dia paksa buat berangkat sekolah.”
“Nah, makanya itu.” Adrian berpikir sejenak. Tidak lama, Adrian memetik jarinya seolah mendapatkan ide. “Gimana kalo kita tunggu besok aja, siapa tau Sinta ada urusan penting. Besok gue coba ke rumah Sinta, kalo Sinta tetep gak berangkat. Gimana?”
“Oke, deh, lagian ini jugaudah bel pasti udah ada guru dikelas.”
Mereka pergi menuju ke kelasnya.
Rama keluar dari tempat persembunyiannya. Lagi-lagi Rama memikirkan tentang Sinta. Rama menggeleng, mengusir pemikiran tentang Sinta.
Rama sendiri tidak tahu kenapa dia bisa peduli terhadap keberadaan Sinta. Tidak adanya Sinta bukan masalah bagi Rama. Mereka tidak terikat dalam suatu hubungan, terus kenapa Rama bisa sepeduli itu?
Bersambung...
030620
231220
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
JugendliteraturSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...