Sinta menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia bersandar pada pintu, Sinta mengingat kejadian yang baru saja terjadi. Kejadian itu terjadi begitu cepat, hingga Sinta tidak dapat mengelaknya.
Sinta memegang bibirnya, tidak menyangka kejadian ini akan terjadi. Seandainya Sinta bisa memutar waktu, Sinta pastikan kejadian ini tidak akan terjadi.
Tapi, sayang seribu sayang. Nasi yang telah menjadi bubur tidak bisa kembali ke wujud asalnya.
Sinta juga tidak habis pikir dengan kelakuan Rama yang menciumnya di depan Om-nya sendiri. Entahlah, hari demi hari sifat dan tingkah laku Rama semakin berbeda dengan pertemuan pertama mereka.
“Kalo sampe bang Gaga cerita ke Ayah dan Ibu, atau sama nenek. Yang pertama gue salahin itu lo, Rama.” ucap Sinta seakan-akan Rama ada dimananya.
Sinta memang mengundang Ganendra dengan panggilan ‘bang Gaga’ sama seperti Adrian. Itu adalah permintaan dari Ganendra sendiri. Menurut Ganendra, umur dirinya dengan Sinta tidak terpaut jauh. Dan jika Sinta memanggilnya dengan panggilan Om, Ganendra merasa dirinya terlalu tua.
Sinta berjalan menuju ranjang dan menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. Sinta memejamkan matanya, mengistirahatkan badannya.
o0o
Di ruang tamu terjadi keheningan, mereka bertiga bahkan tidak mau mengeluarkan suaranya.
“Lo gak ada niat ngejelasin kejadian barusan gitu?” tanya Ganendra kepada Rama.
Rama diam, dia bahkan tidak menyangka kalau Ganendra adalah Om-nya Sinta. Seharusnya Rama cari tahu lebih awal, tapi dirinya merasa panas saat tahu Ganendra tinggal satu rumah dengan Sinta. Rama tidak bisa berpikir positif saat itu, otaknya pun menolak untuk berpikir jernih.
Rama menghela nafasnya pelan, Ganendra pasti berpikir bahwa Rama adalah cowok brengsek. Dia bakal dijauhkan dari Sinta.
“Gak mau dijelasin?” tanya Ganendra sekali lagi.
Beberapa menit menunggu jawaban, Rama sama sekali tidak memberi respon.
“Begini... Siapa nama lo tadi?”
“Rama, bang.” bukan Rama yang menjawab, melainkan Adrian.
“Ah, Rama. Begini Rama, gue tau lo cemburu sama gue. Tapi bukan kayak gini buat buktiin bahwa Sinta milik lo. Gue atau pun abang gue, udah menjaga Sinta dari kecil, gue berusaha buat jauhin Sinta dari laki-laki brengsek. Memang fisik Sinta tidak cantik seperti kebanyakan perempuan, tetapi yang namanya nafsu itu pasti akan berbuat apa saja demi tersalurkannya sebuah nafsu.”
Apa? Nafsu? Ganendra menuduh Rama gitu? Menuduh jika Rama mencium Sinta hanya karena nafsu?
“Tapi, gue ngelakuin itu bukan karena nafsu!” bantah Rama.
“Gue tau, jaman sekarang hal semacam itu udah biasa dikalangan remaja. Tapi jika ngelakuin hal semacam itu terus menerus, setan bakal ngerasa senang dan menggoda kalian buat melakukan hal yang lebih intim bahkan bisa sampe kelepasan. Dan kalo itu terjadi sama Sinta, gue gak bakal tinggal diam.” jelas Ganendra.
“Tapi gue gak bakal berbuat hal gila semacam itu!”
“Iya, lo bisa ngomong kayak gitu sekarang. Tapi kita gak tau apa yang akan terjadi kedepannya.”
“Kenapa seakan-akan disini cuma gue orang yang brengsek. Padahal di sini ada orang yang lebih brengsek dari gue.” ucap Rama menatap Adrian.
Adrian menatap balik. “Apa?” tanyanya.
“Gue gak pernah bilang kalo lo, brengsek. Dan soal Adrian sama sepupu lo itu, gue tau. Gue juga orang pertama yang tau soal ini. Asal lo tau, saat mendengar berita ini gue langsung pergi ke luar negeri cuma buat ngasih pelajaran ke Adrian. Gue gak bodo, buat ngebebasin Sinta ataupun Adrian. Sinta dan Adrian, itu dalam pengawasan gue. Apa yang mereka lakuin, gue selalu tau. Dan misalkan kejadian Adrian itu terjadi juga sama Sinta, gue gak akan segan buat hajar lo sampe lo koma.”
“Gue gak marah soal tadi, cuma gue harap hal kayak tadi gak bakal lo ulangin lagi. Hari udah semakin sore, mending lo balik aja, orang tua lo juga bakal nyariin lo.”
Ram mengangguk, dia mengambil kunci motor yang ada diatas meja. Rama berjalan menuju ke luar rumah, menuju motor Rama yang tadi diparkirkan.
“Rama!” panggil Ganendra.
Rama membalikkan badannya. Ganendra berjalan mendekati Rama.
“Oh, ya, lo jangan terus melihat dari satu sisi. Ada kalanya kita harus melihat dari sisi yang berbeda. Dan lo pasti akan tau kebenarannya. Bersikap dewasalah, supaya lo tau mana yang baik dan mana yang buruk.” Ganendra menepuk bahu Rama pelan. “Lo paham maksud gue kan?”
Rama mengangguk. Rama menyalakan motornya dan bersiap meninggalkan perkarangan rumah Sinta.
“Inget, jadi dewasa jangan kekanak-kanakan terus.”
Bersambung...
160820
231220
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ugly (END)
Teen FictionSinta Bella Puspita. Banyak orang yang mengenalnya karena kejelekkan wajahnya. Jerawat banyak bermuculan di sekitar wajahnya. Ia tidak terganggu dengan adanya jerawat di wajahnya. Cuek dan jutek. Kedua sifat tersebut merupakan sifatnya. Ia sangat cu...