Chapter 4🦕

1.4K 164 127
                                    

PLAKK

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PLAKK

"SAYA KAN SUDAH BILANG, JANGAN ADA LAGI TINDAKAN BULLYING DI SEKOLAH INI! APALAGI HANYA GARA-GARA MEREBUTKAN SEORANG LAKI-LAKI."

Sebuah sidang kasus pembullyan Yuna kemarin, kini tengah berlangsung di dalam ruangan bimbingan konseling SMA Cahaya Cendekia. Suasana dingin mencekam menyelimuti keheningan tempat ini. Tampak tujuh murid yang duduk terdiam pada kursi, menatap takut pada seorang wanita sepuh yang memegang sebilah rotan pada tangan kanannya. Perempuan itu ialah Bu Ningsih. Guru Bimbingan Konseling SMA Cahaya Cendekia yang sudah mengabdi selama kurang lebih tiga puluh lima tahun.

Bu Ningsih berjalan menjauh dari tempat duduk deretan murid itu menuju meja kerjanya. Kemudian mengambil secangkir teh hangat yang telah disajikan oleh office boy untuk dirinya, dan menyesapinya perlahan-lahan.

Bu Ningsih menghembuskan napasnya perlahan. Kemudian membenarkan letak kacamatanya sekilas. Lalu memutarkan tubuhnya menghadap ketujuh orang siswa yang sedang duduk terpaku. Mengamati mereka satu persatu secara bergantian. Mulai dari Yuna, Reyhan, Satria, Bagas, Sonya, Cecylia, hingga Alexa. Bu Ningsih mengangkat telunjuknya pada Alexa. "Berdiri," ujarnya menginterupsi.

"Kenapa saya harus berdiri ya, Bu? Kan saya ti--"

"Saya bilang berdiri ya berdiri. Tidak usah banyak alasan," potong Bu Ningsih.

Tindakan Bu Ningsih tersebut membuat Alexa berdecak kesal. Mau tidak mau, Ia terpaksa melakukan apa yang disuruh guru tersebut. "Siap, sudah Bu."

"Bagus." Bu Ningsih menganggukkan kepalanya. Lalu mengalihkan pandangannya pada Cecylia dan juga Sonya secara bergantian. Beliau mengangkat dagunya perlahan pada mereka berdua. Menyuruhnya, melakukan hal yang sama seperti Alexa.

"Maksudnya apa ya, bu?" tanya Cecylia tak paham.

"Berdiri seperti Alexa," jawab Bu Ningsih.

"Ouhh, baik, Bu." Sonya menjawab interupsi Bu Ningsih dengan senyuman yang tak dapat diartikan. Sesaat, sebelum melaksanakan perintahnya.

Bu Ningsih mengangguk. Kemudian tersenyum membalas senyuman Sonya. "Ah, kalian bertiga memang anak yang pandai dan berbakti pada guru," ujar beliau sambil menatap ketiga siswi berambut blonde itu.

"Dan akan lebih berbakti lagi, apabila kalian berdiri hingga sekolah selesai." Bu Ningsih menengok jam tangan yang melingkar pada pergelangan tangannya. "Ini baru jam setengah tujuh pagi. Jam sekolah akan berakhir pada pukul tiga sore."

"Yaa, lumayan lah kalian berolahraga gratis selama delapan setengah jam," ujarnya santai.

"Maaf, bu? Delapan setengah jam? Apakah ibu tidak salah menghukum saya juga selama itu? Saya di sini tidak bersalah, bu. Bahkan, saya tidak ada di tempat kejadian pada saat Alexa dan Cecylia membully Yuna," ujar Sonya.

[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang