Yuda menganggukkan kepalanya dengan paham usai mendengarkan cerita Yuna sampai tuntas. Ia memperhatikan mimik muka Yuna saat bercerita dengan serius. Terutama pada saat Yuna menceritakan tentang ketakutannya pada Pentagon. Tak lama kemudian lelaki itu menghembuskan napasnya dengan perlahan.
Yuda menatap dalam manik lekat milik Yuna. Sebuah siratan penuh risau terpampang jelas dari netra legam Yuda. "Kenapa lo gak bilang gue kalau lo gak ada yang jemput sih, Yun?"
"Kan tadi Yuda bilang ke Yuna, kalau Yuda hari ini ada urusan. Mangkanya Yuda gak bisa nganter Yuna pulang."
"Ya, tapi, 'kan, setidaknya lo ngabarin gue, Yun. Bilang kalau hari ini lo pulang telat karena ada kerut ekskul jurnalistik. Lagian, jam segitu juga udah selesai urusan gue. Lo ngebuat gue gagal jadi cowok karena gak bisa ngelindungin lo pada saat lo dalam bahaya tahu gak?"
"M-maaf," ujar Yuna bergetar saat mendengar nada kerisauan dari mulut Yuda yang berujung bentakan. Ekspresi ketakutan pada wajah Yuna semakin tercetak jelas saat gadis itu tampak menundukkan kepalanya.
Melihat Yuna yang menunduk, rasa bersalah yang muncul pada benak Yuda semakin membesar. Pada akhirnya Yuda menyadari bahwa tindakannya pada Yuna sedari tadi tidak tepat.
Pertama, ia telat datang menyelamatkan Yuna. Dan yang kedua, ia telah membentak Yuna.
Padahal Yuda tahu sendiri apabila Yuna sangat sensitif dan takut akan hal-hal bersuara keras dan kekerasan.
Menyadari kesalahannya tersebut, Yuda pun segera merengkuhkan tubuh Yuna ke dalam pelukannya.
Lelaki itu memeluk erat tubuh mungil milik Yuna. Ia menempelkan dagunya pada pundak Yuna. "I'm sorry, my princess."
"Sorry." Yuda mendalamkan pelukannya pada Yuna.
Mereka saling berdiam, menikmati pelukan itu untuk beberapa saat. Sebelum pada akhirnya Yuna melepaskan pelukan tersebut.
Gadis itu segera memalingkan wajahnya yang kini telah berubah menjadi merah tomat ke lain arah usai mendapat perlakuan manis dari Yuda. Kemudian menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Tingkah laku Yuna saat salting, membuat Yuda terkekeh ringan. Lelaki itu menggelengkan kepalanya karena tak habis pikir dengan tingkah laku Yuna yang menurutnya sangat menggemaskan.
"Lo kenapa, Yun?"
Yuna menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Gak, gak papa," ujar Yuna tetap dengan menutupi wajah dengan kedua tangan.
"Gak papa kok salting gitu?"
"Ih! Salting apaan sih! Aku tuh gak salting! Sok tahu banget!" Yuna cepat-cepat melepaskan tempelan kedua telapak tangan pada wajahnya kala mendengar pertanyaan Yuda.
Yuda tersenyum ringan. Lelaki itu mendekatkan wajahnya pada wajah Yuna. Kemudian ia menatap dalam ukiran indah yang tercipta pada wajah Yuna. "Sekalipun wajah lo merah karena salting. Lo tetap akan menjadi perempuan tercantik kedua yang pernah gue temuin di dunia ini. Setelah mamah."
Blushhhh
Pipi Yuna semakin memadam kala mendengar pujian bernada godaan yang dilontarkan oleh Yuda.
Segala ucapan yang dilontarkan oleh Yuda, bagaikan sihir yang selalu berhasil membuat jantung Yuna berdegup kencang dan ribuan kupu-kupu mendesak keluar dari dalam perut.
Jika saja tidak ada Yuda di sini, mungkin Yuna sudah berteriak kencang.
Sekencang-kencangnya agar seluruh dunia tahu betapa beruntungnya dia memiliki Yuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...