Sebuah mobil porsche hitam dengan plat nomor B 4703 ARA terparkir sempurna tepat di depan gedung H. Corps. Company. Ketika pintu mobil dibuka, tampak Reyhan yang tengah duduk manis di dalam kendaraan tersebut dengan setelan jas hitam mengkilat. Tampak senada dengan pakaian yang dikenakan oleh Ari, tangan kanan Arya yang turut menghadiri rapat umum direksi pemegang saham hari ini.
Reyhan membetulkan letak kacamata hitam yang tengah ia kenakan. Sedikit berkaca melalui spion dalam armada tersebut. Lantas keluar dari dalam mobil saat dirasa penampilannya sudah rapi.
Reyhan berdiri tepat di samping Ari. Penampilan Reyhan yang tampak nyentrik hari ini, berhasil membuat seluruh orang yang ada tempat itu menatap pukau ke arahnya. Pandangan mereka tak lepas dari Reyhan yang kini tengah berjalan memasuki gedung H. Corps. Bisikan demi bisikan kian terdengar. Hampir sebagian dari mereka tengah menerka-nerka, siapa orang yang datang bersama Ari hari ini. Pasalnya, Aldevara Corps tidak pernah mengirim perwakilan semuda ini pada rapat direksi pemegang saham H. Corps sebelumnya.
Reyhan bersama Ari melangkahkan kakinya menuju lift utama lantai satu kantor tersebut. Laki-laki itu merengkuhkan tangannya untuk menekan tombol lift. Berniat menekan tombol lima belas. Hingga senggolan tangan ringan dari Ari berhasil membuat Reyhan mengurungkan tindakannya.
Reyhan menatap wajah Ari. "Ada apa?"
Ari tak menjawab ucapan Reyhan. Ia hanya menggerakkan bola matanya menuju arah objek yang ia maksud. Dari gestur tubuhnya, tampak ia tengah menunjukkan seseorang yang tengah berjalan ke arah lift pada Reyhan.
Reyhan yang menyadari gelagat Ari pun, seketika memundurkan langkahnya. Ia memutarkan tubuh untuk menatap orang yang Ari maksud. Hingga Reyhan dapat menangkap bayang-bayang tubuh Halim yang tengah mengenakan topi bersama beberapa ajudan yang tengah berjalan menuju lift utama lantai ini.
Kedua bola mata Reyhan membulat pepat dari balik kacamata hitam yang tegah ia kenakan. Rasa gugup nan kejut, tercampur menjadi satu. Ia tak menyangkal, bahwa perasaannya tak karuan siang ini kala melihat orang yang telah dianggap mati oleh seluruh anggota keluarganya, ternyata masih hidup. Akan tetapi, ia berusaha menyembunyikan semua itu demi profesionalitas dan nama baik Aldevara Corps yang ia bawa.
Rombongan Halim kini tengah berdiri tepat di depan pintu lift utama lantai ini. Terlihat salah satu diantara mereka yang tengah memajukan langkah dan menekan tombol lima belas.
Sesaat setelah orang itu menekan tombol, pintu lift pun terbuka. Dan pada saat itu, Halim bersama empat orang ajudan, Reyhan bersama Ari, dan tiga orang lainnya melangkah memasuki lift.
Ari langsung berjalan menuju pojok terbelakang lift tersebut. Berbeda dengan Reyhan. Laki-laki itu kini masih tampak mengatur posisi yang pas untuk tubuhnya. Hingga ia berhasil menyelipkan dirinya untuk berdiri tepat di belakang tubuh Halim.
Reyhan menatap tubuh Halim yang hanya berjarak beberapa senti didepannya dengan perasaan bingung. Berkali-kali ia mengarahkan pandangannya dari bawah ke atas, menyusuri tubuh Halim, untuk memperkirakan cara apa yang harus ia lakukan untuk mengambil sejumput rambut Halim yang akan ia gunakan untuk sampel tes DNA nanti.
Lift yang Reyhan dan Halim tumpangi tiba-tiba berhenti. Baik Reyhan, Halim, maupun seluruh orang yang ada di tempat itu, dapat merasakan betul bagaimana lift yang mereka tumpangi berhenti secara mendadak dan membuat seluruh tubuh mereka bergetar keras.
Mengetahui hal tersebut, empat orang ajudan Halim pun langsung mengatur posisinya untuk mengelilingi tubuh Halim. Satu diantaranya tampak mengeluarkan ponsel dan menelpon petugas perbaikan. Mereka saling berjaga-jaga, mengenai segala kemungkinan terburuk yang akan menimpa Halim. Mengingat Halim merupakan salah satu orang penting nan berpengaruh di negara ini.
Seiring dengan macetnya lift, topi berwarna cokelat klasik yang digunakan oleh Halim pun turut jatuh. Getaran mesin lift yang terhantam keras, mungkin menjadi pemicu lepasnya topi Halim.
Reyhan yang menyadari hal tersebut pun, langsung menundukkan tubuhnya untuk mengambil topik milik Halim. Ia membalik topi milik Halim untuk menilik bagian dalamnya. Saat ia mendapati sehelai rambut yang menempel pada topi tersebut, Reyhan pun langsung menjumputnya. Ia tampak tak ingin menyia-nyiakan momentum ini untuk mencari kebenaran mengenai Halim nanti.
Reyhan segera memasukkan helaian rambut tersebut pada sapu tangan yang ia simpan pada dalam saku jas. Lalu ia segera mendekatkan tubuhnya pada Halim.
Reyhan menepuk perlahan lengan Halim. "Maaf, apakah ini topi Anda? Tadi terjatuh."
Halim memutarkan tubuhnya saat merasakan lengannya ditepuk. Ia menyimak ucapan Reyhan seraya memastikan apakah topi yang ia kenakan tadi masih ditempatnya atau tidak. Saat ia merasakan topi miliknya telah jatuh, saat itu pula ia melontarkan senyuman tipisnya pada Reyhan.
"Benar. Itu topi saya." Halim mengambil topi miliknya dari tangan Reyhan. "Terima kasih."
Reyhan membalas ucapan Halim dengan seutas senyuman tipis. Lalu ia segera memundurkan langkahnya kembali.
Dan sesaat setelah itu, lift pun segera berjalan seperti sedia kala. Serta tak usah menunggu lama, lift yang mereka tunggangi pun, sudah berada di lantai lima belas. Tempat mereka akan mengadakan rapat direksi pemegang saham hari ini.
🐙🐙🐙
Reyhan menyerahkan sehelai rambut milik Halim yang ia simpan dalam sapu tangan pada Zergan begitu mereka berdua telah sampai pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. "Rambut orang yang diduga sebagai bokap kandung gue."
Zergan menerima sapu tangan pemberian Reyhan. Ia membuka sekilas kain tersebut sebelum pada akhirnya menutupnya kembali. Kemudian ia memalingkan tatapannya pada Reyhan. "Well, mari kita uji sekarang," ucap laki-laki itu.
Lalu Zergan pun segera menggerakkan kakinya menuju laboratorium rumah sakit tersebut. Reyhan mengangguk. Kemudian ia segera berjalan menyusul Zergan.
Reyhan dan Zergan menatap laboratorium rumah sakit yang kini telah ada di depan mereka. Pandangan mereka terhenti menatap isi ruangan tersebut yang tampak dari luar melalui celah-celah kaca. Saling diam dalam beberapa saat. Sebelum pada akhirnya Reyhan menengokkan kepala dan mengangguk mantap pada Zergan.
Zergan membalas anggukkan kepala Reyhan dengan senyuman tipis. Lalu ia segera membuka pintu laboratorium tersebut dan membiarkan Reyhan masuk terlebih dahulu.
Usai Reyhan memasuki ruangan steril tersebut, Zergan pun segera mengambil tempat untuk berbicara dengan salah satu dokter yang ada di tempat itu. Mereka saling berlontar argumen dan pendapat mengenai tes yang akan dilakukan oleh Reyhan. Hingga pada saat kata sepakat terucap, dokter tersebut pun segera melangkahkan kakinya untuk menghampiri Reyhan yang tengah duduk di salah satu bangku tunggu.
Dokter itu tersenyum pada Reyhan. "Sudah siap?" tanyanya.
🐙🐙🐙
Minggu, 10 April 2022
1020 kataThanks for reading Ayudna!
Don't forget to vote, comment, and share! 🐙❤️
See you on chapter 37 next week!Instagram:
@rrlintang__
@aksara.lintang_
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...