"Reyhan! Lihat apa yang aku bawa?"
Yuna tersenyum lebar memasuki kamar Reyhan dengan membawa semangkuk bubur. Gadis itu berjalan menghampiri Reyhan yang tengah bersandar pada headboard kasur. Lalu segera duduk pada kursi yang terdapat pada samping ranjang Reyhan.
Reyhan menatap sekilas bubur polos yang Yuna bawa. Laki-laki itu mengeryitkan dahinya. Sebelum pada akhirnya memalingkan tatapannya pada Yuna dengan ekspresi yang tak dapat diartikan.
"Bubur lagi?"
Yuna mengangguk. "Iya. Bubur ini aku yang buatin. Spesial buat kamu."
"Kamu makan, ya?" Yuna menyendokkan bubur yang ia bawa. "Sesendok aja."
Reyhan menggeleng cepat. Ia memalingkan wajahnya ke lain arah. Tampak enggan memandang bubur yang Yuna bawa. "Ogah."
"Enggak di rumah sakit, enggak di rumah, makan bubur tawar melulu."
"Bosen."
Yuna berdecak kesal. "Ck. Iya, aku tahu kamu pasti bosen. Tapi, ayolah cobain bubur buatan aku."
"Susah lo buatnya. Masa kamu gak mau makan bubur buatan aku, sih?"
Perlahan Yuna mengembuskan napasnya. "Padahal aku bikin bubur ini tuh, cuman mau bantu kesembuhan kamu. Tapi kamu malah bikin aku sedih dengan nggak mau makan bubur buatan aku," ujar Yuna dengan lesu. Sedikit merendahkan nada suaranya. Berharap Reyhan dapat berubah pikiran karena tingkahnya.
Dan benar saja. Tak sampai lima detik, Reyhan pun telah memalingkan wajahnya pada Yuna. Melayangkan tatapan iba padanya. Hingga sebuah senyuman tipis ia lontarkan, 'tuk menenangkan pikiran Yuna.
"Iya. Gue makan. Makasih, ya," ujar Reyhan seraya mengacak-acak perlahan rambut Yuna.
Reyhan hendak mengambil mangkuk bubur yang dipegang oleh Yuna. Namun, Yuna menahannya.
"Eits. Jangan makan sendiri."
Reyhan mengerutkan alisnya. "Terus?"
"Biar aku aja yang nyuapin kamu. Tangan kamu pasti lagi sakit." Yuna menjawab kebingungan Reyhan.
Yuna pun segera menyendokkan bubur lalu mengarahkannya pada mulut Reyhan. "Ayok buka mulutnya," ujar Yuna menyuapi Reyhan. Bak seorang ibu yang menyuapi anaknya.
Tingkah laku Yuna yang menggemaskan itu, membuat Reyhan tertawa ringan. Ia pun membuka mulutnya mengikuti interupsi Yuna, lalu menerima suapan bubur dari Yuna.
"Nyammm."
Yuna tertawa ringan mendengar ucapan Reyhan. Ia sangat senang. Sahabat lelaki tersayangnya itu, telah bisa bersendau gurau dengannya lagi. Lalu ia segera menyendokkan bubur buatannya kembali, lalu mengarahkannya pada mulut Reyhan.
"Ayok lagi."
"Nyammm."
Reyhan tersenyum tipis melihat tingkah laku Yuna. Hatinya berdesir hangat. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia ingin kebersamaannya dengan Yuna ini, dapat berlangsung lama. Lagi dan lagi, Yuna berhasil membuat Reyhan jatuh cinta dengan perilaku sederhananya.
"Eh, Rey, bentar-bentar."
Yuna tiba-tiba menghentikan suapannya. Membuat Reyhan memandang bingung ke arahnya.
"Kenapa?"
"Bentar. Ada itu —" Yuna mendekatkan tangannya pada wajah Reyhan. Ia menatap sebutir bubur yang menempel pada sudut bibir Reyhan. Lalu bergerak mengambil dan membuang kotoran tersebut.
Tak menyadari bahwa jaraknya dengan Reyhan hanya terkikis beberapa senti saja.
Reyhan menatap netra Yuna yang berada sangat dekat dengannya. Dari jarak sedekat ini, Reyhan dapat menyaksikan bagaimana manik legam milik Yuna menunjukkan pesonanya. Membuat Reyhan semakin takluk ke dalam rasa takjubnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Genç Kurgu[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...