Bonus chapter || - Prequel (4) -

668 46 0
                                    

Sorak sorai para siswa terdengar begitu riuh memenuhi lapangan SMP Insan Cendekia di siang hari yang terik ini. Para murid saling berdesakan untuk melihat nama mereka pada papan pengumuman kelulusan. Sudah menjadi tradisi sekolah tersebut apabila papan pengumuman selalu diletakkan di tengah lapangan pada saat hari kelulusan.

Tak terkecuali Angkasa Prayuda Nakula, atau acapkali dipanggil Yuda oleh teman-teman sekolahnya. Laki-laki itu menjijitkan kakinya untuk melihat namanya pada papan pengumuman. Ia mengeja nama dari baris terbawah daftar nama siswa, yang berarti mulai dari rangking terakhir. Hingga tatapan Yuda terhenti pada baris nomor dua teratas daftar tersebut.

Sebongkah senyuman merekah pada bibir Yuda tatkala menyadari ia mendapatkan nilai kedua tertinggi seangkatan. Ia pun segera beranjak menjauh dari kerumunan setelah mengetahui hasil kelulusannya. Berniat menyampaikan berita menggembirakan ini pada Halim nanti sesampainya di rumah.

"Gimana, Yud, bener 'kan kata gue? Anak pinter kayak lo itu pasti lulus," ujar Dirga, teman SMP Yuda yang tiba-tiba datang sambil menepuk pundak Yuda.

Yuda memalingkan tatapannya pada Dirga. "Lo bener. Tapi, gak ada salahnya juga 'kan gue mastiin?"

Dirga mengangguk, memahami ucapan Yuda. Hingga beberapa saat kemudian ekspresi Dirga berubah. "Lo ... Bakal ngasih tahu hasil kelulusan lo ke bokap?"

"Iya lah. Kenapa emangnya?" Yuda bertanya pada Dirga, seolah melupakan sesuatu.

"Bukannya lo udah diusir ya sama bokap lo tepat seminggu sebelum UN? Terus, gimana cara lo ngasih tahu hasil kelulusan ini ke dia?"

Bagai petir yang menyambar di siang bolong sepertinya merupakan ungkapan yang tepat untuk pertanyaan Dirga. Karena ucapan tersebut seketika menyadarkan Yuda tentang sebuah fakta bahwa ia dan Halim tak lagi tinggal bersama sejak beberapa minggu yang lalu. Selain mengejutkan Yuda, perkataan tersebut juga berhasil merubah pancaran sinar cerah dari wajah Yuda. Menjadi sedikit lebih redup dari tadi.

Yuda tersenyum masam. "Oh iya, gue lupa."

Menyadari perubahan ekspresi Yuda karena ucapannya, rasa mengganjal pun tiba-tiba muncul dalam benak hati Dirga. "Sorry, gue gak bermaksud."

"Gak papa. Omongan lo bener lagian."

Yuda menghela napas panjang. "Gue balik duluan."

Lalu Yuda segera berjalan menuju tepi lapangan, tempat dimana sepeda yang ia gunakan untuk sekolah diparkirkan. Yuda mengeluarkan kendaraan tersebut sebelum kemudian menaikinya. Selang beberapa saat, ia melambaikan tangan pada Dirga, tanda perpisahan mereka hari ini. Kemudian segera memacu armada roda dua tersebut keluar dari lingkup SMP Insan Cendekia.

Yuda memacu sepeda miliknya dengan raut wajah sendu. Pertanyaan sekaligus pernyataan yang dilontarkan oleh Dirga kini memenuhi relung kepala Yuda. Membuat laki-laki itu tampak tak fokus mengendarai sepeda. Saking tak fokusnya, Yuda bahkan tak menyadari ada sebuah motor yang melaju dengan pesat dari arah berlawanan.

"Awas!" Yuda seketika tersadar dari lamunannya. Ia langsung menghentikan laju sepeda dan menepikannya ketika mengetahui jarak antara dirinya dengan motor sport yang menjadi lawan kendaranya hanya tersisa beberapa meter.

Yuda menghembuskan napas lega. "Hampir aja."

Ia pun segera menuruni sepeda dan berjalan menghampiri pengendara motor tadi yang sedang terjatuh di tengah jalan.

Yuda mengulurkan tangannya untuk menolong pengendara motor tersebut. "Anda tidak apa-apa?" tanya Yuda pada sang pengendara motor tatkala laki-laki itu menyadari apabila mungkin usia pengendara tersebut jauh lebih tua darinya.

[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang