"Yak anak-anak, buka buku PR Matematika Wajib kalian, kemudian kerjakan ulangan harian bab 2 nomor 1-10. Kerjakan pada selembar kertas polio bergaris dengan cara lengkapnya. Pak Yono tunggu 30 menit, lalu akan bapak tunjuk untuk maju ke depan." Seorang guru matematika tiba-tiba memasuki kelas XI MIPA 3 dengan langkah tegapnya. Lengkap dengan tas ransel berwarna hitam yang selalu ia kenakan setiap kali mengajar. Dan juga remote lcd pada genggaman tangannya.
Kehadiran Pak Yono seketika membuyarkan keramaian kelas XI MIPA 3. Para siswa yang tadinya sempat mengira bahwa hari ini Pak Yono tidak masuk sekolah karena urusan dinas sebagai humas sekolah, harus menelan pil pahit saat melihat kenyataan bahwa Pak Yono sedang berdiri di hadapan mereka sekarang. Mau tak mau, mereka harus kembali duduk ke bangku mereka masing-masing. Dan saat itu pula, Satria, ketua kelas XI MIPA 3 mendapatkan tatapan tajam dari para teman-temannya.
Mendapat perlakuan seperti itu, membuat Satria menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia merasa tidak enak dengan kawan-kawannya karena telah menyebarkan prasangka yang salah. Namun, yang ia lakukan hanyalah, mengacungkan kedua jarinya seraya berkata, "Hehe, maaf. Peace!". Tentunya, dengan nada bicara yang sangat perlahan.
"Satria, kamu kenapa masih berdiri di situ?" Pak Yono memandang keberadaan Satria seraya memegang kacamata yang ia kenakan. "Duduk, dan kerjakan sekarang!" ujar beliau seraya kembali membolak-balikan halaman koran yang ia baca sembari duduk di kursi guru pengajar.
"Siap, pak," jawab Satria sambil memasang tangan hormat pada Pak Yono.
Satria segera melangkah menuju tempat duduknya kembali. Kemudian bergerak mencari selembar kertas polio dan juga sebatang bolpen pada tas sekolah miliknya. "Kok gak ada?" kaget Satria. Ia heran dengan hilangnya 2 alat tersebut. Padahal tadi pagi, ia baru saja membeli kedua benda itu.
"Eh, Sat. Gue minjem folio sama bolpen lo ya." Reyhan seketika membuyarkan lamunan Satria.
"Lo minjem apa nyolong anjrit! Gue beli kertas folio 5 lembar, kenapa gak ada semua? Bolpen gue juga. Lo kemanain?" tanya Satria emosi.
Reyhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe, kertas folio nya gue bagiin ke temen-temen yang lain. Kalau bolpennya, gue pinjemin ke Bagas juga."
"Ya terus kenapa lo gak omong anj--"
"Ekhem. Satria, Reyhan--" Deheman Pak Yono seketika membuyarkan fokus murid-murid dalam mengerjakan soal yang diberikan. "Kenapa ramai terus?"
"Kamu juga Satria. Kamu itu ketua kelas. Harusnya bisa memberikan contoh yang baik."
"Iya pak saya tau. Tapi masalahnya--"
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...