KRINGGGG
KRINGGGG
KRINGGGGBunyi jam weker terdengar begitu nyaring menghiasi keheningan kamar Yuna pagi ini. Sangat memekakkan kuping dan merusak gendang telinga siapapun yang mendengarnya.
Seharusnya, bunyi jam weker yang terdengar begitu keras tersebut dapat membangunkan Yuna dari tidurnya. Namun, sayangnya tidak. Entah sudah berapa kali jam weker itu berbunyi dan belum tampak pergerakan Yuna yang bersiap bangkit dari kasur.
"YUNA! BANGUN, NAK!" ujar Brigitta seraya melangkahkan kakinya memasuki kamar Yuna.
"YUNA, BANGUN, NAK!" teriak Briggita lagi. Sedikit mengeraskan suaranya agar putri tunggalnya itu dapat terbangun dari buaian alam mimpi.
"Eunghhh. Males, mah! Yuna capek!" jawab Yuna setengah sadar. Gadis itu menggeliat-nggeliatkan tubuhnya di atas kasur sebelum pada akhirnya mengeratkan pelukan kakinya pada guling.
Briggita menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku Yuna. Sudah besar tapi masih seperti anak kecil. Pikir Brigitta.
Brigitta melangkahkan kakinya untuk menghampiri Yuna. Perempuan berusia kepala empat itu mendudukan pinggulnya pada atas ranjang ukuran big size kamar Yuna. Ia menggerakkan tangannya untuk menggoyang-goyangkan tubuh Yuna. "Yuna, bangun, Nak."
"Malas, mah. Yuna bolos sekolah aja, ya, hari ini. Mamah buatin surat buat Yuna. Alasan sakit." Yuna mengusap-usap kedua pelupuk matanya dengan telapak tangan. "Yuna capek kemarin habis begadang ngerjain karya tulis ilmiah penelitian sosial yang harus dikumpulin besok."
Brigitta menggelengkan kepalanya dengan cepat begitu mendengar penuturan Yuna. "Gak. Nggak ada bolos-bolosan."
"Kamu itu udah kelas sebelas, Yun. Seharusnya makin rajin belajar biar dapat nilai bagus di raport. Ingat kan goals kamu buat dapat--"
"SNMPTN UI," sahut Yuna malas.
Yuna mengatur posisi tubuhnya agar tampak duduk pada atas kasur. "Iya-iya, Yuna sekolah, Mah."
"Nah, gitu, dong!" Brigitta tersenyum tipis menatap Yuna. "Kamu buruan siap-siap terus turun gih. Udah ada temen kamu di bawah."
Yuna mengerutkan dahinya mendengar penuturan Brigitta. "Temen aku? Maksud mamah sahabat aku? Pagi-pagi gini mereka udah datang?"
"Pagi-pagi katanya!" Brigitta menyentil pelan kening Yuna. Tampak agak kesal dengan ucapan Yuna.
"Ini udah jam enam, Yuna." Brigitta menunjuk jam weker di atas nakas samping ranjang. "Tuh!"
Yuna mengelus perlahan keningnya. "Aduh! Iya-iya, Mah. Maaf!" ujar gadis itu. Lalu lantas mengalihkan pandangannya menatap jarum jam weker yang dimaksud Brigitta.
"Oh, iya. Bukan sahabat kamu yang dibawah. Tapi, temen cowok kamu yang lain. Kalau gak salah namanya Yud-- Yud... Yud..."
"Yuda?!" tebak Yuna cepat.
"Nah, itu!"
"Itu yang jemput kamu."
Yuna membulatkan kedua matanya antusias saat mendengar penuturan Brigitta. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya menatap lurus pemandangan di depan jendela. Lalu beranjak menuruni ranjang untuk berlari menuju balkon kamar.
"YUDA!"
"YUDA TUNGGUIN YUNA, YA! 15 MENIT LAGI YUNA SIAP, KOK!" ujar Yuna sambil melontarkan senyuman lebar pada Yuda.
Yuda tersenyum tipis dari bawah sana. Tampak tak membalas ucapan Yuna. Namun, terlihat tak mengalihkan pandangannya pada Yuna sedetikpun.
🐬🐬🐬
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...