Yuda menghentikan langkahnya tatkala mendengar namanya dipanggil oleh perempuan yang tadi menghampirinya di makam Hana. Yuda membalikkan tubuhnya untuk menghadap perempuan itu. Yuda menatap wajah perempuan itu, raut mukanya tampak terengah-engah karena berlari mengejar Yuda.
"Iya?" ujar Yuda menjawab panggilan perempuan itu.
"Kenapa, Bu?"
Perempuan itu menghentikan langkahnya kala ia mendengar jawaban dari mulut Yuda. Ia mengatur napasnya yang tersengal-sengal untuk beberapa saat. Sebelum pada akhirnya ia memalingkan wajahnya untuk menatap wajah Yuda. "Kenapa nama yang tertulis di makam ibu kamu mirip dengan nama saya? Bahkan nama ayah ibu kamu, mirip dengan nama ayah saya."
Yuda mengernyitkan keningnya kala mendengar pertanyaan ibu itu. "Maksudnya?" tanya Yuda tak paham. Sejujurnya, pernyataan ibu tersebut membuat Yuda sedikit terkejut. Namun, Yuda berhasil menyembunyikan ekspresi kekagetannya dibalik ekspresi ketenangan yang ia pancarkan saat ini.
"Tunggu sebentar--" Perempuan itu tampak menggantungkan ucapannya. Telapak tangannya tampak bergerak merogoh-rogoh isi tas yang ia kenakan. Perempuan itu mengeluarkan sebuah kartu nama dari dalam dompet yang ada di dalam tasnya. Lantas menyerahkan benda itu pada Yuda.
"Kamu bisa lihat di sini, siapa nama saya, dan kapan saya dilahirkan."
Yuda menerima kartu nama pemberian perempuan itu masih dengan kening yang mengerut kebingungan. Yuda segera memalingkan tatapannya dari perempuan yang berdiri di hadapannya, menuju kartu nama yang ia genggam. Netra Yuda bergerak mengeja tulisan yang tertera di kartu nama tersebut.
Nama: Hana Aldevara
Tempat Tanggal Lahir: Bogor, 20 Desember 1977
Domisi Tempat Tinggal: Jakarta Selatan
Profesi: Pemilik Hana's Bakery"A-apa?" Kedua bola mata Yuda membulat pepat usai membaca deretan kata yang ada pada kartu nama pemberian Hana. Raut wajah Yuda pun seketika berubah. Menunjukkan siratan ekspresi yang menunjukkan sebuah rasa keterkejutan. Tidak ada lagi wajah Yuda yang tenang dan menenangkan. Kini, hanya ada Yuda dengan raut muka tegang dan peluh yang menetes deras membasuhi pipi.
Yuda memalingkan wajahnya menatap Hana kembali. "Bagaimana bisa nama Anda mirip dengan nama ibu saya yang sudah meninggal lima belas tahun yang lalu?"
Hana menggelengkan kepalanya lesu. Tampak tak bisa menjawab pertanyaan dari Yuda. "Saya juga tidak tahu."
"Saya sendiri juga merasa terkejut melihat nama saya tertulis di batu nisan milik ibu kamu." Napas Hana sedikit tercekat kala mengucapkan kalimat panjang tersebut. Hana memalingkan wajahnya menatap Yuda. "Jika tidak karena mengunjungi makam suami dan anak pertama saya, saya juga tidak akan tahu mengenai — ada makam lain yang nama pemiliknya mirip dengan nama saya," lanjut Hana dengan intonasi rendah.
Informasi yang terlontar dari mulut Hana membuat ekspresi Yuda tiba-tiba berubah lagi. Lelaki itu memandang wajah Hana dengan sirat tatap yang tidak dapat diartikan. Namun, beberapa saat kemudian ia segera memalingkan wajahnya menatap deretan makam yang ada di sampingnya. Yuda menghela napas perlahan. "Boleh saya lihat makam mendiang suami dan anak ibu?" ujar Yuda pada Hana.
Hana menganggukkan kepalanya dengan cepat. Perempuan itu segera bergerak merengkuhkan tangannya untuk menggenggam tangan Yuda. Ditariknya tangan Yuda menuju tempat alamarhum suami dan anaknya dimakamkan.
Hana melepaskan genggaman tangannya pada Yuda kala dirinya dan Yuda sudah sampai pada makam yang ia tuju. Tangan Yuna bergerak menunjuk dua gunduk makam yang ada di depannya secara bergantian. "Yang kanan, adalah makam almarhum suami saya."
"Sementara yang kiri, adalah makam almarhum anak pertama saya."
Yuda mengikuti arah telunjuk Hana untuk membaca nama yang tertera di batu nisan tersebut secara bergantian.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...