Chapter 21🐙

541 54 4
                                    

Sedikit pemberitahuan aja, InsyaaAllah mulai chapter ini, konflik yang ditulis sudah mulai berat yaaa, karena sudah mulai memasuki perjalanan menuju konflik utama (walaupun dari awal-awal udah aku selipin kode-kode mengenai konflik utama kalau kalian peka😂😂). Any why, happy reading! 🥰🥰

BRAKKK Reyhan mendobrak masuk pintu kamar pasien yang ada di Rumah Sakit Cendekia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


BRAKKK
Reyhan mendobrak masuk pintu kamar pasien yang ada di Rumah Sakit Cendekia. Merobohkan rangka kayu yang membingkai pintu tersebut. Lalu membuat akses masuk menuju dalam ruangan bernomor Kamboja IX itu terbuka lebar.

"Tante Zera, bagaimana kondisi Zergan sekarang?" Reyhan berjalan menuju ranjang pasien. Tempat tubuh Zergan tertidur kaku di atas sana dengan seluruh peralatan medis yang terpasang pada sekujur tubuh. Tak ada pergerakan. Tak ada jawaban yang terdengar dari bibir Zera. Hanya terdengar suara elektrokardiograf yang berdengung sebagai penghias kesunyian ruang itu.

Reyhan menatap lesu wajah pucat Zergan. Peluh deras membanjiri sekujur tubuh Reyhan. Jantungnya berdegup hebat. Sayup matanya sendu. Tak kuasa menyaksikan kondisi sahabat masa kecilnya yang tampak terbaring lemah di atas ranjang penyiksaan.

Reyhan merosotkan tubuhnya pada lantai. Jari jemari lelaki itu bergerak menggenggam tangan Zergan yang tampak kaku. Diletakkannya telapak tangan milik Zergan pada dada bidangnya. "Maafin gue, Zer."

"Maafin gue karena lepas tanggung jawab atas misi yang gue sendiri tugasin ke lo."

"Gue terlalu sibuk mengatur strategi untuk menemukan bokap kandung gue sampai gue lalai atas kesalamatan lo, Zer."

Reyhan mengelap air mata yang tampak akan jatuh. "Sorry, Zer."

Zera tersenyum sedu melihat pemandangan itu. Wanita separuh baya itu melangkahkan kakinya untuk menghampiri Reyhan. Zera mendudukan tubuhnya agar sejajar dengan Reyhan. Diusapnya punggung rapuh milik Reyhan seraya menatapnya getir. "Kamu tidak perlu merasa bersalah."

"Kamu tidak salah, Rey."

Reyhan menundukkan kepala tatkala pernyataan Zera menyapa lembut daun telinganya. Lelaki itu menggeleng. "Tidak Tante. Saya salah."

"Saya merasa bersalah karena telah menyuruh Zergan mencari informasi tentang keberadaan ayah kandung saya sehingga Zergan sampai bisa tertembak seperti ini."

"Saya minta maaf, Tante."

Zera menghela napas perlahan. Perempuan itu tersenyum tipis. Ia meletakkan kepala Reyhan pada pelukannya. "Kamu tidak salah, Rey."

"Tidak ada yang salah di sini kecuali sang penembak."

"Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah," Zera menepuk perlahan pundak Reyhan, seolah memberikan semangat, "kita cukup berdoa saja supaya Zergan segera sadar.

Reyhan mengangguk. "Iya, Tante."

Reyhan melepaskan pelukan itu. "Tante, izinkan saya menjaga Zergan sampai ia sadar," ucap laki-laki itu penuh mohon.

[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang