Chapter 10🦕

921 97 32
                                    

Yuda mengambrukkan tubuhnya di atas ranjang big size kamar apartemennya. Tangan sebelah kiri lelaki itu mencoba merengkuh remote AC yang ia letakkan di meja samping kasur. Kemudian menyalakan pendingin ruangan tersebut dan menyetelnya pada suhu paling rendah.

Yuda menghirup napas perlahan-lahan kemudian menghembuskannya dengan lega. "Akhirnya selesai juga rutinitas gue hari ini."

Yuda menatap kosong langit-langit kamar apartemen miliknya. Hembusan angin yang berasal dari Air Conditioner di ruang tersebut, menyapa lembut tiap inci pori-pori kulit Yuda. Menimbulkan kesan ngilu-ngilu sejuk pada relung jiwa yang terdalam. Hingga akhirnya netra lelaki berwajah tampan itu tertutup dengan sempurna.

Flashback On

"Satu."
"Dua."
"Tiga."

Bocah laki-laki kecil itu melepaskan tempelan tangannya pada batang pohon cemara. "Udah dapet tempat persembunyiannya belum?"

"Udah!" sahut adik bocah itu.

"Oke. Kak Angkasa cari kamu sekarang ya!" ujar Angkasa dengan semangat. Bocah itu memandang seluruh penjuru tempat itu untuk mencari adik kecilnya yang ia ajak bermain petak umpet. Fokus pencariannya terhenti pada satu titik. Pohon Cemara diujung selatan kebun itu. Ia dapat melihat tangan adiknya dari tempatnya berdiri sekarang. Angkasa tersenyum tipis. Ia segera melangkahkan kakinya menuju pohon itu untuk menangkap adiknya.

Sementara di sudut lain, tampak adik Angkasa yang sedang bersembunyi dibalik batang pohon Cemara. Ia melirik Angkasa sekilas, kemudian menghembuskan napas lega. Bocah laki-laki itu mengelus dadanya perlahan. "Semoga Kak Angkasa enggak ngelihat aku ada di sini sekarang."

Angkasa berjalan mengendap-endap mendekati tubuh adiknya. "Satu ... Dua ... Tiga ..."

"DUARRR!"

"HUWA!!"

Angkasa tertawa puas melihat ekspresi adeknya yang menampakkan sebuah keterkejutan. Ia mengacak-acak rambut adik kecilnya itu. "Ternyata kamu disini."

Adik Angkasa mendirikan tubuhnya sejajar menghadap Angkasa. Bocah itu melipat kedua tangannya didepan dada seraya menatap kesal wajah Angkasa. "Kakak curang! Pokoknya Kak Angkasa harus jaga lagi!"

Angkasa tertawa ringan. "Iya, nanti Kak Angkasa yang jaga kalau kita main petak umpet lagi." Angkasa melirik sekilas rumah tua di seberang kebun kemudian menatap adiknya lagi. "Sekarang kita ngunjungin Nenek dulu, ya?"

Adik Angkasa mengangguk patuh. "Iya, Kak."

Flashback Off

Yuda menggeliatkan tubuhnya tak tentu arah pada atas ranjang. Potongan memori itu kembali datang dan menghantui mimpinya. Yuda menggelengkan kepalanya dengan cepat. "TIDAKKKK!"

"ARGHHHHH!" Yuda seperti merasakan sebuah benda tumpul menghantam kepalanya setiap mencoba mengingat kejadian itu kembali. Rasanya amat nyeri tak terobati.

Yuda menggenggam erat kepalanya dengan kedua tangannya. Lalu menundukkan wajahnya untuk beberapa saat. "Kenapa mimpi yang gue alami terasa begitu nyata?"

Yuda menatap panik seluruh penjuru ruang itu. "Siapa sebenernya dua anak itu? Kenapa mereka selalu datang dan menghantui gue setiap saat?"

Drettt Drettt Drettt

Getar nada panggilan membuyarkan Yuda dari kepanikannya. Tangan lelaki itu beralih mengambil ponselnya yang berdering di atas nakas. Ia mengamati kontak penelepon. Dio, teman sekolah di sma nya yang lama.

[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang