Ting Tong ... Bel kediaman resmi Keluarga Besar Aldevara terdengar begitu nyaring di hari minggu pagi ini. Para maid yang tengah bekerja pun, sontak menghentikan aktivitasnya tatkala mendengar suara tersebut. Salah satu dari mereka segera berjalan menuju pintu ruang tamu untuk menyambut tamu yang datang. Pintu rumah dibuka, menampakkan sosok tubuh Yuda yang tengah berdiri didepannya.
"Maaf, Tuan siapa, ya? Dan ada kepentingan apa datang kemari? Apakah Tuan adalah teman Tuan Muda?" Maid tersebut bertanya seraya menatap tubuh Yuda.
"Saya datang kemari untuk memenuhi panggilan ibunda saya," jawab Yuda seraya menatap langit-langit ruangan yang ia pijak dengan tatapan mengingat-ingat. Ia seperti — pernah ke tempat ini sebelumnya.
Jawaban yang dilontarkan oleh Yuda membuat Maid tersebut mengerutkan keningnya. "Ibunda Tuan?"
Yuda mengangguk. "Ya, ibunda saya. Hanna Aldev--"
"Wahh, Kamu udah datang ternyata, Nak."
Ucapan Yuda terpotong oleh sambutan Hanna yang tiba-tiba muncul di ruang tamu untuk menunggu kehadiran Yuda. Hanna melangkahkan kakinya menuju Yuda dengan raut ekspresi penuh keceriaan. Ia menatap tubuh Yuda yang ada tepat di depannya. Kemudian Hanna merengkuhkan kedua tangannya untuk memeluk erat tubuh Yuda.
"Mamah udah nunggu kamu dari tadi, Nak," ucap Hanna seraya menepuk-nepuk pundak Yuda.
Yuda membalas pelukan Hanna. Laki-laki itu tersenyum tipis. "Yuda juga udah gak sabar mau ketemu sama Mamah."
Hanna tersenyum. Kemudian melepaskan pelukan mereka berdua. "Ayo, ikut mamah masuk ke dalam," ajak Hanna seraya menggapai telapak tangan Yuda.
Yuda mengangguk. Ia membalas tautan telapak tangan Hanna serta bergerak mengikuti langkah ibundanya tersebut.
"Tapi, Nyonya, dia siapa? Dan mengapa Nyonya mengizinkan dia memasuki rumah ini tanpa sepengetahuan Tuan besar?" Maid yang membukakan pintu untuk Yuda tadi menatap heran wajah Hanna dan Yuda secara bergantian.
Ucapan maid itu membuat Hanna menghentikan langkahnya. Wanita itu memutar tubuhnya untuk menatap maid. "Dia Angkasa. Angkasa Prayuda Nakula. Cucu pertama keluarga ini yang telah dianggap mati oleh semua orang termasuk Tuan Besar-mu itu," tutur Hanna dengan tegas.
Lalu Hanna segera menggeret Yuda memasuki bagian dalam mansion itu dengan meninggalkan maid yang masih menatap syok dirinya dan Yuda di tempatnya.
🐙🐙🐙
Hanna menatap wajah Yuda yang tampak kebingungan dengan segala hal yang ada di sekitarnya. Semua tampak asing bagi Yuda. Dinding kamar bernuansa cokelat. Lemari kayu penuh ukiran antik yang berjejer sekitar dua sampai tiga buah. Serta sebuah ranjang kecil yang ada di sampingnya sekarang. Dari ukurannya, Yuda dapat menebak apabila tempat tidur tersebut diperuntukkan untuk anak kecil berusia empat sampai lima tahun. Serta dari atmosfer ruang kamar yang pengap, Yuda dapat menyimpulkan apabila kamar ini sudah lama tidak digunakan.
Yuda menatap tubuh Hanna yang berdiri disampingnya. "Kenapa mamah bawa Yuda ke tempat ini?"
Hanna menghembuskan napasnya perlahan. "Mamah cuman mau menunjukkan kamar yang pernah menjadi tempat tidurmu ketika kamu masih kecil."
"Jadi, ini kamar Yuda dulu?"
"Iya."
Jawaban yang terlontar dari mulut Hanna membuat Yuda sedikit paham. Namun, ia tak menyangkal bahwa sekarang kepalanya masih pusing memikirkan segala hal dan kemungkinan yang terjadi antara dirinya dan Hanna dahulu. Tempat ini, masih tampak asing baginya. Tidak seperti ruang tamu tadi. Yuda merasa sudah pernah mengunjunginya. Entah kapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...