Chapter 48🦛

339 36 4
                                    

Yuna menatap kosong tumpukan novel fiksi remaja yang ada dihadapannya. Berkali-kali ia mengambil dan mengganti buku tersebut lalu mencoba membacanya. Namun, belum ia temui novel yang cocok untuk ia baca hari ini.

Ia juga sudah mencoba untuk mengatur pikirannya agar fokus dengan apa yang ia lakukan saat ini. Namun, tidak bisa. Ucapan Yuda tadi siang masih terngiang-ngiang memenuhi kepalanya.

Yuna mengehela napas. "Bosen banget."

"Mau baca novel lagi, tapi, gak bisa fokus. Gimana mau fokus kalau pikiranku aja masih bingung nebak-nebak maksud ucapan Yuda tadi."

Drettt drettt drettt

Kebingungan Yuna seketika terhenti saat ponsel miliknya bergetar. Yuna pun langsung mengangkat kembali kepalanya tuk segera menjawab telepon tersebut.

"Halo, Rey. Kenapa kamu telepon aku?" ujar Yuna mengawali pembicaraan pada Reyhan, orang yang meneleponnya saat ini.

"Halo juga, Yun. Itu ... Gue sekarang ada di bawah. Niatnya mau ngajak lo main ke Markas Revenant Phoenix sekarang. Mumpung anak-anak yang lain lagi ngumpul. Tapi, kok kelihatannya rumah lo sepi, ya? Lo lagi keluar?"

"Eh, enggak-enggak. Aku ada di kamar kok sekarang. Lagi gabut, gak tahu mau ngapain."

"Aku ikut ke Markas Revenant Phoenix. Tunggu dulu di situ, ya. Aku mau siap-siap."

"Oke, Yun. Gue tunggu," pungkas Reyhan lalu mematikan sambungan telepon.

Setelah obrolan singkat mereka, Yuna pun segera berganti pakaian lalu bergegas turun menghampiri Reyhan.

Yuna tersenyum tipis pada Reyhan yang tengah duduk menantinya pada kursi teras. "Aku lama, ya?"

Reyhan menggeleng. "Enggak kok." Reyhan memberikan helm yang selalu ia bawa untuk menjemput Yuna. "Yuk?" Yuna mengangguk lalu segera naik ke atas motor Reyhan.

🦛🦛🦛

Yuna menatap heran pemandangan Markas Revenant Phoenix yang ada disekitarnya. Ia sedikit bingung, mengapa anggota Revenant Phoenix tengah mengadakan latihan bela diri pada hari ini padahal bukan jadwalnya. Reyhan sendiri pun bilang, kalau berkumpulnya anggota Revenant Phoenix di tempat ini hanya untuk melepas penat biasa. Namun, mengapa yang ia temui justru sebaliknya?

Yuna dapat melihat Adit, Ernest, Fazran yang tengah memimpin anggota Revenant Phoenix berlatih bela diri. Adit dengan ilmu jujitsu yang ia peroleh pada saat mengikuti ekskul di sekolah. Ernest yang mengajari cara penggunaan pisau untuk mematikan lawan. Serta Fazran yang ditemani oleh Bagas, tengah mengajari anggota lain untuk melakukan latihan kekuatan otot lainnya.

Reyhan yang sedari tadi berjalan di samping Yuna, sepertinya dapat menyadari raut kebingungan gadis tersebut. Terbukti Reyhan kini tengah melangkahkan kakinya menuju depan Yuna. Sengaja menutup-nutupi pandangan Yuna agar ia kesal dan berpaling menatapnya.

"Ck, apaan sih," decak Yuna seraya menatap sebal wajah Reyhan.

Reyhan tertawa ringan melihat tingkah laku Yuna. "Lo kenapa bingung gitu, Yun?"

"Ya, aku bingung aja.  Kenapa semua orang tampak aneh hari ini."

Ucapan Yuna membuat sudut-sudut alis Reyhan terangkat naik. "Maksudnya?"

Yuna mengembuskan napas panjang. Sebelum pada akhirnya menjawab ucapan Reyhan.

"Mulai dari tadi siang Yuda jemput aku lalu ngajak aku makan es krim di Kafe Semesta dan dia tiba-tiba minta maaf." Pandangan Yuna beralih menatap Reyhan. "Dan sekarang ... Kenapa anak-anak Revenant Phoenix latihan bela diri? Padahal hari ini kan gak ada jad—"

"Tunggu dulu." Reyhan memotong ucapan Yuna.

"Lo bilang Yuda minta maaf ke lo waktu kalian pergi ke Kafe Semesta?"

Yuna mengangguk. "Iya. Dia mohon-mohon buat maafin kelakuan buruk dia selama ini ke aku."

"Aku tuh bingung, kelakuan buruk apa? Perasaan sikap dia selama ini ke aku baik-baik aja. Aneh banget kan, Rey?" ujar Yuna seraya menatap cepat ke arah Reyhan.

"Rey? Halo?" Yuna menggoyang-goyangkan telapak tangannya tepat pada depan wajah Reyhan kala menyadari sahabatnya itu melamun. Membuat Reyhan seketika sadar dan tersenyum pada Yuna.

Reyhan mengangguk cepat. "Iya, aneh banget," ucapnya seolah menyetujui perkataan Yuna. Walau dalam hati, ia sudah dapat menebak bahwa ucapan Yuda pasti ada kaitannya dengan pertempuran Revenant Phoenix vs Inside Tiger nanti.

"Rey!" Panggilan itu seketika membuat Reyhan memutuskan tatapannya pada Yuna. Laki-laki itu segera memalingkan tubuhnya untuk menatap Satria, orang yang memanggilnya.

Reyhan berjalan menghampiri Satria. "Kenapa?"

Satria memandang keberadaan Yuna sekilas. Lalu beralih menajamkan tatapannya pada Reyhan. "Ikut gue sekarang," ujarnya seraya berjalan pergi menuju ruang kesehatan mini yang ada di tempat tersebut.

Reyhan menatap sekilas kepergian Satria. Ia memalingkan tubuhnya pada Yuna. "Gue ngomong sama Satria dulu. Lo tetep di sini, oke?" Yuna pun menganggukkan kepalanya, menyetujui permintaan Reyhan.

Reyhan melangkahkan kakinya menuju ruang kesehatan mini Revenant Phoenix. Ia dapat melihat Satria yang tengah bersandar pada dinding triplek ruangan kecil tersebut seraya menatap tajam ke arahnya.

"Kenapa?"

"Lo ngapain ngajak Yuna ke sini?" Satria memulai pembicaraan tanpa basa-basi.

"Gue cuman mau mastiin dia aman dalam jangkauan kita. Kita gak akan tahu kapan Yuda akan datang ke rumah Yuna. Mengingat Yuda adalah salah satu anggota Inside Tiger. Dan Yuna adalah cewek terdekat kita. Gue gak mau mereka jadiin Yuna alat untuk jatuhin Revenant Phoenix lagi."

"Oke. Tindakan lo tepat sesuai perkiraan gue."

"Tapi, lo sadar gak sih, Rey? Dengan ngajak Yuna ke tempat ini, lo sama aja dengan ngebiarin Yuna tahu apa yang terjadi antara Revenant Phoenix dengan Yuda?"

"Kita udah sepakat untuk menyembunyikan pertempuran ini dari Yuna karena kita gak mau Yuna tahu kalau Yuda selama ini deketin dia cuman untuk nyari tahu kelemahan Revenant Phoenix."

Satria menatap tajam wajah Reyhan. "Tapi, lo ngebiarin Yuna kebingungan di sini karena ngelihat banyak anak-anak Revenant Phoenix yang lagi latihan bela diri padahal bukan jadwalnya."

"Lo sadar gak sih, Rey?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Satria seketika membuat Reyhan menundukkan kepalanya. Satria benar, ia salah.

Seharusnya ia tidak gegabah mengambil keputusan sendiri tanpa persetujuan Satria.

Seharusnya ia tidak terlalu khawatir dengan keselamatan Yuna kali ini karena Yuda pasti tidak akan menyakitinya. Dan seharusnya, ia lebih memedulikan perasaan Yuna. Menyembunyikan kebenaran agar gadis itu tak sakit hati.

Namun, semuanya terlambat. Mereka telat. Ketakutan terbesar mereka akhirnya tiba. Yuna telah mendengar seluruh pembicaraan mereka dari balik pintu ruang kesehatan. Gadis itu tak sedetikpun berpaling dari tempatnya berdiri.

Menyimak hingga tuntas seluruh obrolan Satria dan Reyhan dengan perasaan sesak.

🦛🦛🦛

Selasa, 5 Juli 2022
970 kata

Thanks for read AYUDNA!
See you at the next chapter at tommorow! ❤️

[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang