Media : Hivi! Tersenyum, Untuk Siapa?
PS : Jangan lupa putar media🎶
Suasana hening menyelimuti ruang kelas 11 IPS 1 pada pagi hari ini. Tak ada satu orang murid pun yang mengeluarkan suara. Semua siswa sibuk mencoret-coret jawaban pada kertas buram, tuk kemudian dipindahkan pada lembar jawab.Ya, pada saat ini tengah berlangsung ulangan harian ekonomi di kelas tersebut. Tampak semua murid mengerjakan deretan soal yang tertera pada papan tulis dengan seksama. Mereka tampak fokus, dan juga tenang. Tak ada satupun diantaranya yang saling mengumbar percakapan. Sehingga sepertinya, mustahil terjadi tindak curang saat itu. Atau mungkin ada, namun tidak ketahuan? Entahlah.
Pak Santoso, selaku guru pelajaran Ekonomi kelas 11 IPS, mengedarkan pandangannya pada seluruh penjuru ruang tersebut. Mata elangnya seolah selalu dapat menangkap basah, siapapun siswa yang mencontek. Namun, untuk kelas Yuna ini, beliau tak pernah mendapati tindak laku tersebut. Oleh karena itu sangat tak heran bukan bila kelas mereka mendapatkan predikat sebagai kelas unggulan pada jurusan IPS?
Pak Santoso menatap arloji yang melingkar pada pergelangan tangannya. Kemudian menghembuskan napasnya dengan kasar. Sesaat, lalu melontarkan pandangannya kembali pada para murid di kelas itu. "Waktu kurang lima menit."
"Ada yang sudah selesai?" tanyanya.
Mendengar pertanyaan yang terlontar dari Pak Santoso itu, membuat Yuna yang sedari tadi meletakkan dagu pada meja, cepat-cepat mengangkatnya kembali. Ia berniat ingin berdiri, lalu mengumpulkan lembar jawab yang telah selesai, untuk segera beristirahat. Namun pergerakannya tertahan oleh tangan Adit. Kawan satu bangkunya itu seolah menyuruh Yuna untuk diam dan menunggu yang lain.
Yuna menghembuskan napasnya pasrah. "Huft. Ya udah lah," ujar gadis itu lesu.
Namun sepertinya ucapan gadis tersebut dapat didengar oleh Pak Santoso. Terbukti, Pak Santoso kini telah berdiri pada samping tempat duduknya, seraya berkata, "Yuna, kamu sudah selesai?"
"E-eh belum pak," jawab Yuna gugup.
Tak percaya dengan ucapan Yuna, Pak Santoso pun segera mengambil lembar jawaban Yuna. Membenarkan letak kacamatanya, lalu mengamati jawaban yang tertera pada kertas itu dengan saksama.
Pak Santoso menatap wajah Yuna. "Kamu sudah selesai. Tapi kenapa berkata belum?"
"Saya ragu, Pak," jawab Yuna ragu sambil merengkuh kembali lembar jawabannya dari tangan Pak Santoso.
Pak Santoso menahan lembar jawaban milik Yuna. "Jawaban kamu saya ambil, karena kamu sudah selesai."
"Sekarang silakan beristirahat," interupsi beliau seraya menggerakkan dagunya ke arah pintu.
"Baik, Pak." Yuna menganggukkan kepalanya kemudian berdiri. "Saya permisi."
🦕🦕🦕
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...