"Yuda!" panggil Yuna pada Yuda.
Gadis itu bergerak melangkahkan kakinya untuk menghampiri Yuda yang tampak berjalan menuju kantin. Tampak mengabaikan tatapan risih dari orang-orang yang tengah memandanginya. Seolah tak mempedulikan pikiran murid lain mengenai tingkah lakunya hari ini yang masih berani menyapa Yuda, walaupun ia sudah ditolak mentah-mentah oleh Yuda kemarin.
Yuna mensejajarkan tubuhnya untuk berjalan beriringan dengan Yuda. "Yuda mau beli apa?" tanya Yuna menatap wajah Yuda.
Yuda menghentikan langkahnya sejenak. Ia memutarkan tubuhnya untuk memandang penjuru lain kantin sekolah. Siratan ekspresinya seolah menunjukkan ia tengah mengamati sesuatu. Lelaki itu menghembuskan napasnya perlahan tatkala menyadari dua pasang mata tengah mengawasi pergerakannya dengan Yuna.
Yuda memalingkan tubuhnya untuk menatap wajah Yuna. "Bukan urusan lo," ucap Yuda. Lalu ia pun segera berjalan meninggalkan Yuna di tempat.
Tingkah laku Yuda yang tampak mengabaikannya, membuat seutas kerutan penasaran terukir pada kening Yuna. Gadis itu menatap penasaran kepergian Yuda. "Yuda kenapa, ya? Kok kelihatannya dia sengaja banget ngehindarin aku."
"Padahal kemarin dia di chat care banget, lhoo. Kok sekarang berubah lagi, sih," ujar Yuna berdecak kesal.
Yuna menatap kepergian Yuda kembali. "Aku harus dapatin perhatian dari Yuda lagi," batin Yuna mengangguk yakin.
Yuna segera memalingkan wajahnya untuk menatap lurus tubuh Yuda yang tampak berdiri mengantree makanan beberapa meter di depannya. Gadis itu pun segera bergerak melangkahkan kakinya untuk menyusul Yuda.
"Yuda!" panggilnya lagi pada Yuda.
Berharap kali ini mendapat balasan.
Namun, nihil. Tak ada balasan yang terdengar dari mulut Yuda.
"Kok Yuda masih tetap diem aja, ya? Padahal jarak kita deket lhooo," batin Yuna keheranan.
Gadis itu menempelkan telunjuknya pada ujung dagu. Ia memutarkan kedua bola matanya berkali-kali. Seolah tampak sedang menimang-nimang dan memikirkan sesuatu.
"Masa aku pakai plan B biar dapatin perhatian Yuda, sih?" batin Yuna bertanya pada dirinya sendiri.
Yuna memutarkan tubuhnya untuk menatap seluruh penjuru kantin SMA Cahaya Cendekia. Gadis itu tampak mengedarkan pandangannya untuk mengamati masing-masing bangku kantin secara detil.
"Mana rame banget lagi."
Yuna menghembuskan napasnya perlahan. "Tapi, ya udah lah gapapa. Demi Yuda," ujarnya mengangguk yakin.
Yuna memalingkan kembali pandangannya untuk menatap Yuda. Ditatapnya sisi belakang tubuh Yuda dengan sorot wajah sedikit ragu.
"Ayok, Yuna pasti bisa. Satu ... Dua .... Ti--"
"Yuda!"
Yuna mengeraskan suaranya untuk memanggil Yuda.
Terhitung sudah tiga kali gadis itu memanggil nama yang sama. Hanya saja kali ini dengan intonasi yang berbeda.
Yuna menatap ragu seluruh penjuru kantin. Tampak sangat takut ketika menyadari semua murid tengah menatap intens dirinya saat ini. Ia menggenggam erat-erat ujung rok sekolah yang ia kenakan. Berharap degup rasa gemetar yang mengalir deras dalam aliran tubuhnya dapat tersalurkan.
Yuna memejamkan matanya menatap lurus tubuh Yuda.
"Yuna itu suka sama Yuda! Masa Yuda nggak peka sih?" ucap Yuna cepat.
Deretan kalimat pernyataan yang dilontarkan oleh Yuna membuat seluruh orang yang ada di tempat itu tercengang. Sorot kagum nan kejut mereka lontarkan pada Yuna yang tengah berdiri di tengah-tengah kantin. Riuh tepuk tangan dan sorak sorai ejekan terdengar begitu ricuh. Ramai menggema. Menghiasi keramaian kantin SMA Cahaya Cendekia siang hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...