Chapter 24🐙

402 48 2
                                    

Cittttt

Terdengar bunyi gesekan antara ban motor yang ditunggangi oleh Yuda dan Yuna dengan aspal jalan yang mendecit begitu keras. Kendaraan roda dua berwarna hitam itu terparkir sempurna di depan pagar rumah Yuna. Tepat pada pukul sembilan malam, motor CBR 1000R milik Yuda berhasil menghantarkan Yuna pulang ke rumahnya dengan selamat.

Yuna menurunkan dirinya dari atas motor Yuda. Tangan Yuna bergerak melepas helm bogo yang ia kenakan untuk kemudian ia serahkan kembali pada Yuda. "Nihh helmnya," ujar Yuna seraya menyantolkan helm berwarna putih itu pada atas spion motor Yuda.

Yuna mengalihkan pandangannya pada Yuda. "Makasih, ya, Yud, untuk hari ini." Kemudian gadis itu tersenyum lebar. "Yuna senengggg banget bisa jalan-jalan sama Yuda!"

Yuda membalas senyum lebar Yuna dengan seutas lengkungan tipis pada rahang tegas miliknya. Tangan Yuda bergerak mengacak-acak tipis rambut Yuna. "Iyaa, Yun."

Perlakuan manis dari Yuda tak sengaja membuat pipi Yuna bersemu merah. Gadis itu pun segera memalingkan wajahnya ke lain arah, untuk menghindari kontak mata dengan Yuda. Namun, beberapa saat kemudian Yuna pun segera menatap wajah Yuda kembali. Yuna menghembuskan napasnya perlahan. "Yuna masuk dulu, ya, Yud."

Yuda mengangguk. "Iya. Buruan masuk, gak baik anak cewek masih di luar malam-malam gini."

Mendapat persetujuan dari Yuda, Yuna pun segera bergerak melangkah menjauhi Yuda menuju pagar rumah. Yuna merengkuhkan tangannya hendak membuka pagar rumah. Namun, entah kenapa tiba-tiba ia mengurungkan niatnya. Yuna justru membalikkan tubuhnya menghadap Yuda kembali. Tak lama kemudian, Yuna melambaikan tangannya pada Yuda. "Dada, Yud!"

Yuda tak menjawab dengan ucapan. Lelaki itu hanya tersenyum tipis, dan lantas menggerakkan tangannya untuk menyalakan kunci motor. Yuda menengokkan kepalanya menatap Yuna kala mesin motor yang ia naiki sudah nyala dengan sempurna. "Dulu--"

Krekkkk

Jederrrr

Belum sempat Yuda selesai bicara, sebuah suara gerbang yang dibanting tiba-tiba terdengar. Sontak, bunyi itu menganggetkan Yuda dan Yuna. Kedua insan itu segera merubah arah pandangnya pada gerbang rumah milik Yuna, yang menjadi sumber terdengarnya suara.

Kedua bola mata Yuna membulat sempurna ketika menyadari siapa oknum dibalik suara keras itu.

"Bagus banget, ya. Anak cewek jam segini baru pulang. Sama cowok lagi."

"Papah?" kejut Yuna.

🐙🐙🐙

Yuda melangkahkan kakinya dengan cepat menuju kamar Halim begitu mendapatkan sebuah kabar dari Bi Minah, ART rumahnya mengenai kondisi Halim. Peluh deras membasahi pelipis kepala Yuda sedari tadi kala ia mendapati berita bahwa tubuh Halim tiba-tiba ambruk saat Halim berusaha berjalan keluar dari kamar. Hal itu membuat Yuda yang masih terlibat pembicaraan serius dengan Yuna dan keluarganya pun, segera pulang untuk menemui Halim. Halim atau papahnya, adalah prioritas utama Yuda saat ini.

"Papah?" Yuda membelalakkan kedua matanya terkejut saat mendapati tubuh Halim yang terkapar di atas ranjang kamar. Lelaki itu pun segera berlari menghampiri Halim. Lantas mendudukan tubuhnya pada tepi kasur.

Yuda menatap nanar raut muka milik Halim yang sedang terlelap lemah. Wajah Halim pucat pasi. Warna merah muda pada bibir milik Halim pun terlihat memudar. Tak ada lagi Halim yang bersemangat dan berapi-api dalam menyampaikan gagasannya untuk kemajuan perusahaan. Kini, hanya ada Halim yang terbaring lemah dengan pikiran yang menjelajahi alam mimpi.

[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang