Chapter 12🐬

844 73 17
                                    

"Eh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh ... Eh ... Eh ... Lo lihat, deh!" Alexa menurunkan dirinya dari meja kelas yang sempat ia duduki. Lalu menunjukkan rekaman video berisi adegan Yuna terjatuh pada layar ponsel miliknya ke seluruh gerombolan siswi kelas itu. "Lihat, gue berhasil ngerekam Si Bocah Gatel itu pas jatuh di lapangan tadi!"

"Lucu banget gak sih dia?" Alexa tertawa ringan melihat tingkah laku Yuna pada video.

"Sini gue lihat--" Cecylia merebut handphone milik Alexa. Ia menatap layar ponsel tersebut. Mengamati dengan serius tingkah laku Yuna pada video itu. Mengulang-ulang video itu untuk melihat Yuna yang jatuh tersungkur tanah. Kedua bola mata Cecylia membulat besar tatkala menyadari Yuna tampak kesakitan disitu. Rasa antusiasmenya meningkat drastis akibat menyaksikan kejadian itu. Gelak tawa pun terlepas begitu saja dari mulutnya.

Ia tertawa lepas. Diarahkannya ponsel milik Alexa yang ia genggam pada gerombolan siswi lain kelas itu. "Lihat deh! Ngakak gak sih ngelihat Yuna jatuh kesakitan kayak gini?" ujar Cecyl seraya menunjukkan rekaman video itu pada teman-temannya.

Cecylia mengalihkan pandangannya untuk menatap Alexa. "Thanks, Lexxa. Gara-gara lo, gue jadi puas ngelihat bocah gatel itu kesakitan lagi!"
"Awalnya, sih, gue ngira kalau, gue nggak bakal ngelihat dia kesakitan lagi karena Sonya udah dikeluarin dari sini. Tapi, ternyata dugaan gue salah." Cecylia melontarkan sebuah senyuman miring pada Alexa. "Gue nggak nyangka kalau lo bertindak kasar sama Yuna."

Alexa tertawa ringan. "Lo nggak perlu minta maaf. Itu udah jadi tugas dan kewajiban gue untuk ngebuat Yuna tersiksa di sekolah ini."
"Lagipula ... Ini adalah konsekuensi yang harus ia tanggung. Karena dia berhasil ngebuat Bagas nolak cinta gue mentah-mentah." Alexa tersenyum miring. Pandangannya terpaku lurus ke depan. Tampaknya ia tengah memikirkan sebuah cara lain untuk menyakiti Yuna lagi di kemudian hari. Hingga tiba-tiba sebuah sesuatu terlintas dalam kepalanya. Membuat gadis bermata sipit itu segera memalingkan wajahnya menatap Cecylia. "Ngomong-ngomong soal Yuna ... Bocah gatel itu kemana sekarang?"

"Kok dia belum balik dari kantin, sih?" Ia menatap arloji yang melingkar pada pergelangan tangan. Lalu mengelus perlahan lehernya. "Lima menit lagi udah bel masuk. Sedangkan minuman pesenan kita belum datang-datang juga!"

"Oh iya!" Cecylia mendengus kasar. "Awas aja kalau dia ketemu sama gue nanti!" ucapnya tajam.

"Alexa, Cecylia." Panggilan itu membuat Alexa maupun Cecylia segera memalingkan wajahnya menghadap sang pemanggil. Melihat Yuna yang memanggil, mereka pun langsung berdiri tegap. Keinginan dan niat untuk memaki-maki Yuna saat itu juga muncul dengan cepat. "Lo kemana aja sih? Gak tau apa kalau kita udah nungguin minuman itu dari tadi?" Alexa menatap kedua tangan Yuna yang tampak kosong. "Kok lo gak bawa apa-apa?"

Ucapan Alexa berhasil membuat emosi Cecylia meningkat tajam. Bayangkan saja, mereka baru selesai berolahraga, haus, sehingga membutuhkan minum. Dan Yuna yang diharap membawakan minuman pesanan mereka justru datang terlambat ke kelas dengan tangan kosong. Hingga pada akhirnya pun Cecylia segera beranjak turun dari bangku yang ia duduki lalu berjalan menghampiri Yuna dengan langkah gusar. Ditatapnya Yuna dengan sorot mata nyalang. "Jangan berani main-main sama kita bitch!" Ia menarik kasar kerah kaos olahraga Yuna. "Cepetan kasih tau gue dan Lexxa dimana minuman pesenan gue dan temen-temen yang lain!"

[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang