Chapter 55 || Akhir🐏

1K 56 7
                                    

Yuna menapakkan kakinya menuju tempat penukaran tiket online yang ada di bagian depan bioskop XXI Kelapa Gading. Ia mengeluarkan ponsel untuk meng-scan barcode karcis film yang telah Reyhan pesan. Yuna pun segera melangkah pergi saat telah mendapatkan tiket yang ia inginkan.

Yuna menyandarkan tubuhnya pada salah satu sisi dinding tempat tersebut. Gadis itu menundukkan kepalanya menatap arloji yang ia kenakan untuk menghitung beberapa menit waktu yang tersisa baginya sebelum film yang akan ia tonton terputar.

“Tinggal lima belas menit.” Yuna memalingkan tatapannya mengedar ke seluruh penjuru tempat tersebut. “Reyhan mana, sih?”

“Dia gak bakalan datang.”

Terdengar jawaban dari suara yang tak asing di telinga Yuna. Membuat gadis itu segera memalingkan tubuh menatap ke arah yang ia yakini sebagai sumber suara.

“Yuda?”

Yuda tersenyum tipis mendengar Yuna memanggil namanya. Pemuda itu segera berjalan menghampiri Yuna. Ia dapat menangkap raut kebingungan dari wajah cantik gadis tersebut.

Yuna menatap ke kanan dan ke kiri. Memastikan tidak ada banyak orang di sekelilingnya. Namun sayangnya, tidak. Hal tersebut membuat Yuna langsung menyeret tangan Yuda menuju luar bioskop.

“Mau ngapain kamu ke sini?” Raut kebingungan tadi, kini telah berganti menjadi raut kebencian. Tatapan nyalang tak pernah ia henti lontarkan pada Yuda.

“Gue ke sini atas permintaan Reyhan. Reyhan minta gue gantiin dia untuk nemenin lo nonton sekaligus ngasih kesempatan buat gue ngejelasin semuanya ke lo.”

Yuna berdecih kasar. “Cih.”

“Terus kamu pikir dengan kamu datang ke sini, aku mau ngedengerin penjelasan kamu?”

Yuna menggelengkan kepalanya. “Jangan mimpi aku bisa maafin kesalahan seorang cowok brengsek yang bahkan tega ngebunuh adiknya sendiri.”

Yuna memungkasi ucapan tersebut dengan penuh nada tajam. Menikam Yuda pada setiap kata yang terucap sebelum pada akhirnya meninggalkan Yuda terpaku di tempat.

“Yun!” Yuda segera berlari mengejar Yuna.

Yuda mendapati Yuna melangkah menuju lift yang terhubung langsung dengan lantai 2 mall tersebut. Saat ia telah tiba di depan lift, ia hendak berjalan masuk menyusul Yuna. Namun, Yuna berkali-kali menekan tombol turun hingga pada akhirnya pintu lift tersebut tertutup.

Shit.”

Yuda segera memutar langkahnya menuju eskalator lantai tersebut. Berdiri di atas tangga berjalan tersebut dengan tatapan bingung seraya berkali-kali merutuki laju eskalator yang ia pikir berjalan lebih lambat dari biasanya. Setibanya di lantai dua, Yuda lantas berlari menuju eskalator yang menghubungkan dengan lantai 1. Dan seterusnya hingga ia tiba di pintu keluar mall.

Yuda melempar pandangan ke kanan dan ke kiri seraya mengoyak rambut resah. Ia berharap Yuna masih ada di sekitar tempat itu. Namun, nihil. Ia bahkan tak menemukan bayang-bayang tubuh Yuna sama sekali.

Hingga pada akhirnya pandangan Yuda terhenti pada sekerumun orang yang ada di depan mall. Saup-saup pembicaraan mengenai ada seorang gadis yang tertabrak mobil membuuat sekujur tubuh Yuda seketik bergetar hebat. Tanpa ragu, Yuda menggerakkan tubuhnya untuk menerobos kerumunan tersebut.

Saat melihat siapa orang yang tengah menjadi pusat perhatian para warga, seketika rahang Yuda mengejang. Bibir bawahnya bergetar. Kedua alisnya tersentak secara bersamaan. Darah berdesir hebat. Tubuhnya merosot hilang keseimbangan.

Ia menggenggam erat telapak tangan gadis tersebut dengan tatapan nanar.
“Y-yuna.”

Dan setelah itu, kesadaran Yuda turut runtuh. Dadanya bak diterkam ribuan pisau. Pundak kokoh miliknya yang telah kuat menyangga ribuan beban selama ini, seolah tak dapat menahannya berdiri. Bulir-bulir air mata jatuh menetes. Sesak. Amat sesak rasanya.

Saat melihat tubuh Yuna yang tengah terkapar bersimpah darah, saat itu pula Yuda menyadari bahwa seluruh dunianya telah hancur.

Tak ada lagi Yuna – gadis imut nan ceria yang selalu melontarkan ucapan semangat padanya.

Tak ada lagi Yuna – gadis yang benar-benar membuatnya merasa dicintai.

Tak ada lagi Yuna – gadis yang telah berhasil membuatnya merasakan kasih sayang seorang ibu lagi setelah lama ditinggal Hanna menghilang.

Semua kini yang tersisa hanyalah bayang-bayang sesal.

Namun, puncak tertinggi dari semua rasa sakitnya adalah saat ia menyadari bahwa tak ada kebahagiaan yang abadi untuknya.

USAI.

🐏🐏🐏

Rabu, 20 Juli 2022
620 Kata

Terima kasih telah membaca cerita ini sampai selesai.

Terima kasih atas semua cinta yang kalian berikan kepada 'mereka' yang hidup dalam kisah ini baik secara langsung (melalui vote & komentar) maupun tidak langsung (melalui DM pribadi di wattpad maupun Instagram).

Dan terima kasih karena telah setia menanti hingga pada akhirnya bertemu kata 'usai'.

Mohon maaf bila akhir kisah ini belum cukup memenuhi ekspektasi kalian. Namun, aku tidak akan membiarkan kalian terbelenggu menebak ending cerita ini sehingga mungkin selepas ini akan ada beberapa bonus chapter berupa prequel.

See you at my next story!

Lintang —

[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang