Lantunan nada musik klasik terdengar begitu merdu. Tampak bergema menyapa perlahan telinga ketika memasuki restauran bintang lima yang terletak di jantung ibu kota malam ini. Seorang violinist yang tampak tengah memainkan senar-senar biola membentuk rangkaian melodis lagu klasik, terlihat sedang berdiri pada bagian terdepan ruangan tersebut. Ornamen patung tempo dulu yang berpijak mengelilingi ruangan, lighting yang disetting warm white, serta tempat yang tampak kosong karena sengaja di-booking full room. Semua ini telah dipersiapkan oleh Halim untuk acara pertemuan dengan keluarga kecilnya malam ini.
Hanna melangkahkan kakinya memasuki ruangan mewah nan megah tersebut dengan setelan dress berwarna merah merona, serta Reyhan yang senantiasa berdiri disampingnya dengan mengenakan jas berwarna hitam. Tersirat jelas ekspresi kekaguman pada wajah cantik milik Hanna pada pemandangan yang ia saksikan malam ini. Sepertinya Hanna tampak tak sabar bertemu dengan Halim dan Yuda malam ini.
Berbeda dengan Reyhan. Laki-laki itu justru terlihat memandang ke arah depan dengan tatapan kosong. Peluh mengucur begitu deras, membasahi seluruh permukaan tubuhnya. Kepalanya pusing, memikirkan kemungkinan ia bertemu dengan Yuda malam hari ini.
Hanna memalingkan tatapannya pada Reyhan. "Yuk," ajaknya pada Reyhan seraya melontarkan seutas senyuman tipis.
Reyhan membalas tatapan Hanna dengan seutas senyuman masam sebelum kemudian menganggukkan kepalanya.
Reyhan dan Hanna pun segera berjalan beriringan. Menghampiri Halim yang tampak duduk manis bersama Yuda di bangku pelanggan, yang ada di tengah ruang tersebut.
Hanna melontarkan senyuman lebarnya pada Halim begitu sampai pada bagian ruangan yang ia tuju. "Sudah menunggu lama?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Hanna berhasil memutus obrolan antara Halim dan Yuda. Halim memalingkan wajahnya untuk menatap Hanna. Pria itu tersenyum tipis. Kemudian beranjak berdiri untuk memberikan sambutan kecil pada Hanna dan Reyhan.
Halim menggeleng tipis. "Tidak." Lalu menggerakkan tangannya seperti menyuruh Reyhan dan Hanna mengisi dua bangku kosong yang ada di situ.
Hanna yang paham akan kode yang diberikan oleh Halim pun, menyentil punggung Reyhan. Seolah mengutus Reyhan duduk di samping Yuda.
Sentilan itu pun, berhasil membuyarkan kekacauan pikiran Reyhan karena melihat Yuda di tempat ini. Untuk menjaga nama baik Hanna, Reyhan pun segera melangkahkan kakinya menuju bangku kosong di samping Yuda, dan mengambil tempat di situ.
Melihat Reyhan yang cepat tanggap, Hanna pun tersenyum tipis. Tak menunggu lama, ia sudah duduk pada bangku di samping kursi Halim.
Halim, Hanna, Yuda, dan Reyhan tampak duduk melingkari meja bundar yang ada di tengah ruangan tersebut. Dengan posisi Halim-Yuda dan Hanna-Reyhan yang saling berhadapan di pojok-pojok meja. Keempat manusia itu saling melemparkan tatap bingung. Masih tampak canggung dengan situasi yang ada diantara mereka sekarang. Tak ada satupun yang berniat membuka pembicaraan.
Hingga deheman ringan dari mulut Yuda terdengar. "Ekhem."
Halim, Hanna, dan Reyhan memalingkan tatapannya pada Yuda. Berbeda dengan Yuda yang hanya menatap lurus Halim yang ada didepannya.
"Papah kenapa nggak pernah bilang kalau Yuda punya saudara?"
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Yuda membuat Halim seketika terdiam. Alih-alih membuka obrolan dengan basa-basi, Yuda justru mengawali pembicaraan dengan pertanyaan yang tak pernah ia sangka sebelumnya.
Tak hanya Halim yang berlaku demikian. Namun, Hanna dan juga Reyhan. Mereka saling terdiam. Tak berniat menjawab pertanyaan Yuda.
Mendapat perlakuan demikian, sontak seutas senyuman miring terukir pada rahang tegas milik Yuda. Ia menggelengkan kepalanya secara perlahan. "Bahkan Papah nggak bisa jawab pertanyaan Yuda."
Yuda beranjak berdiri dari kursi yang ia tempati. "Yuda ke toilet dulu," pamitnya lalu segera melangkahkan kakinya menjauhi ruangan tersebut.
Melihat kakaknya yang tampak acuh dan dingin di malam yang spesial ini, entah kenapa hati Reyhan tiba-tiba tergerak untuk menyusul Yuda. Ia ingin sekali menanyai berbagai hal yang berkecamuk dalam otaknya selama ini.
Reyhan beranjak dari kursinya. Kemudian menatap Halim dan Hanna secara bergantian. "Reyhan mau nyusul dia ke toilet dulu, Pah, Mah," pamitnya pada Halim dan Hanna seraya melangkah pergi mengejar Yuda.
🐝🐝🐝
Yuda menatap kosong kaca toilet yang ada dihadapannya. Ia tersenyum miris ke arah pantulan bayangannya. Pandangannya lurus. Tak berkedip sekalipun. Hingga tak lama kemudian terdengar kekehan miris dari mulut Yuda.
"Gini banget hidup gue."
"Ketika gue berusaha mencari arti kebahagiaan dengan gabung ke Inside Tiger, gue justru terjebak ke dalam situasi yang ngebuat gue semakin jauh dari kata 'Bahagia'."
"Darius ngirim gue ke SMA Cahaya Cendekia buat nyelidikin kelemahan Revenant Phoenix"."
Yuda menghela napas panjang. "Tapi, apakah gue sanggup nuntasin misi yang dia kasih setelah tahu kalau adik gue ternyata salah satu member Revenant Phoenix?"
Yuda menggelengkan kepala seraya menyalakan keran wastafel. "Kayaknya nggak," pungkasnya mengakhiri perdebatan batin yang memenuhi benak pikirannya.
"Nggak cuman lo aja yang kaget di sini."
Reyhan tiba-tiba memasuki toilet seraya berkata demikian. Membuat Yuda langsung mematikan keran wastafel.
Yuda membalikkan tubuhnya menatap Reyhan. Ia mengernyitkan keningnya. Tanda tak paham dengan ucapan Reyhan.
"Gue kaget, bahkan sangat kaget ketika menyadari bahwa kakak yang selama ini gue cari adalah lo."
Reyhan meletakkan telunjuknya tepat pada dada Yuda. Ia menatap tajam wajah Yuda. "Cowok yang berhasil ngerebut cewek yang gue cintai selama ini," ucapnya dalam hati.
Yuda menatap telunjuk Reyhan, kemudian mengalihkan tatapannya pada Reyhan yang tampak bergeming sedari tadi. Yuda mengangkat tinggi salah satu alisnya. "Kenapa?"
"Kenapa lo kaget kalau gue ternyata adalah kakak yang selama ini lo cari?"
Mendapat pertanyaan demikian, Reyhan pun segera melepaskan tempelan telunjuknya pada dada bidang Yuda. Reyhan mengalihkan pandangannya ke lain arah. Sesaat, sebelum menatap Yuda kembali.
"Karena gue gak sudi punya kakak pengecut yang kabur ditengah pembicaraan keluarga kayak lo," tutur Reyhan. Sedikit berbohong. Ia tak mau Yuda mengetahui perasaannya selama ini pada Yuna.
Reyhan menatap tajam wajah Yuda sesaat. Kemudian segera meninggalkan Yuda sendirian di tempat itu.
Yuda menatap kepergian Reyhan. Laki-laki itu menghembuskan napas perlahan. "Benci gue, Rey."
"Benci gue kalau itu bisa nebus rasa bersalah yang selama ini gue miliki ke lo."
🐝🐝🐝
Sabtu, 7 Mei 2022
940 kataUpdate spesial lebaran wkwkwk. ♥️
Thanks for reading Ayudna!
Don't forget to vote, comment, and share! 🐙❤️
See you on chapter 40 at tommorow!Instagram:
@rrlintang__
@aksara.lintang_
KAMU SEDANG MEMBACA
[SCC: 1] AYUDNA (Antara Yuda dan Yuna)
Teen Fiction[SERIES CAHAYA CENDEKIA: 1] TW // Family issues CW // Containing any harsh word So, please be wise on yourself! 🙏🏻 Angkasa Prayuda Nakula, atau biasa dipanggil Yuda. Seorang murid baru pindahan dari SMA Insan Cendekia. Pendiam, tajam, namun meni...