#50

11K 733 212
                                    

Tepukan ringan di pundak Fira membuat lamunan gadis itu berhenti sampai di sana. Begitu ia berbalik, lengan dengan kemeja berwarna coklat tiba-tiba mendekapnya.

"Capek ya?" Elsa membuka suara.

Fira membalas dekapan Elsa "Banget."

"Yuk makan." ajak gadis kelahiran Yogyakarta itu.

"Iya." jawab Fira.

Mereka melepaskan pelukan. Elsa mengamping di balik pintu kamar Aisyah "Heh! Ayo ke kantin." ajaknya pada Manda dan Inang yang tengah terbaring di atas kasur masing-masing.

Fira masih berada di koridor asrama, sesekali ia melirik ke bawah. Ada beberapa santriwati yang tengah menjalankan aktivitas masing-masing. Seperti memasak seblak beramai-ramai atau biasa di sebut dengan mayoran, bermain bulu tangkis, bahkan ada juga yang tengah bergosip ria di sana.

"Ayok Fir." suara Elsa menyadarkannya. Tahu-tahu Manda dan Inang juga sudah siap untuk pergi ke kantin.

"Iya."

Keempatnya berjalan menuju kantin. Masakan Bu Ijah sudah terngiang-ngiang untuk mengisi perut kosong mereka.

Sebenarnya, tidak ada nafsu makan pada diri Fira. Tapi bagaimanapun juga, ia harus tetap terlihat baik-baik saja di depan semua orang, termasuk ketiga sahabatnya.

Fira dan Inang duduk di salah satu bangku kantin, sementara Manda dan Elsa tengah memesan makanan.

"Fira." panggil Galuh dengan nada riang. Lelaki itu langsung terduduk tanpa menunggu aba-aba.

Fira menaikkan satu alisnya "Ustadz, ngapain di sini?"

"Mau beli nasi goreng nya Bu Ijah." kata Galuh sembari mengambil kacang telur yang terbungkus di meja dengan harga seribuan.

Fira mengangkat ke dua bahunya "Oh."

"Gimana keadaanmu? Udah baikan?" tanya Galuh memastikan.

"Alhamdulillah, udah kok." jawab Fira.

"Alhamdulillah."

Inang menyapu pemandangan sekitar "Emm..tumben sendirian tadz?"

"Ntar Fahri nyusul." gumam Galuh membuat Fira melotot.

"Inang. Balik ke asrama yuk." ajak Fira dengan wajahnya yang sedikit cemas.

"T.. tapi...."

"Yuhuu. YaAllah lama banget antrinya, sampe nggak bisa napas nih." celoteh Elsa setelah menaruh nampan berisi empat porsi lontong pecel.

"Eh. Ada ustadz Galuh." sapa Manda yang baru saja datang.

"Iya nih. Saya mau pesen nasi goreng, tapi ramai banget." tukas Galuh, masih dengan kacang telur di dalam mulutnya.

Fira tampak cemas. Ia segera memakan lontong pecel yang baru saja di hidangkan. Dengan harapan, agar ia tidak berjumpa dengan Fahri.

"Assalamualaikum." salam seseorang yang tak lain adalah Fahri.

Ketakutan Fira kini tampak nyata. Sesuatu yang sedari tadi di harapkannya kini telah pupus. Lagi-lagi ia harus bertatap muka dengan lelaki yang di bencinya, lebih tepatnya lelaki yang akan di bencinya. Sebisa mungkin ia harus melupakan, menjauh, bahkan membenci Fahri jika ia ingin hidupnya tenang. Menjalani kehidupan normal seperti santri-santri lain pada umumnya, tanpa harus melibatkan perasaan dan permusuhan dengan seorang ustadz dan ustadzah di pesantren.

Fira membuka mulutnya. Gadis itu meringis cemas, hingga melihatkan deretan gigi bawahnya yang terlihat rapi.

Ia menarik napas pelan, mencoba terlihat biasa saja meskipun hatinya di rundung rasa ke tidak karuan.

USTADZKU IMAMKU (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang