#43

12.7K 732 73
                                    

Pagi-pagi sekali Fira sudah siap dengan setelan olahraganya. Sudah lama ia tidak melakukan olahraga pagi. Kali ini ia bersama Manda. Elsa? Biasanya gadis itu akan selalu ikut ke manapun mereka pergi, tapi berhubung semalam Elsa begadang Fira dan Manda tidak membangunkannya.

Fira berlari kecil mengelilingi komplek perumahannya, Manda mengekor di belakang. Gadis itu berhenti lalu merentangkan kedua tangannya di udara. Udara pagi ini cukup mendukung untuk berolahraga. Apalagi jika mengingat kejadian semalam, gadis itu butuh udara segar untuk melupakan masalahnya.

"Fira tungguin napa." Teriak Manda dari kejauhan, posisinya sudah jauh dari Fira.

"Cepetan! Lama banget." kesalnya.

Setelah langkahnya seimbang, mereka melanjutkan aktivitasnya.

Fira menyeka keringat di wajah untuk ke sekian kalinya. Tenaganya terkuras karena menyusuri jalan yang cukup jauh. Ocehan Manda pun berulang kali menggelegar di telinga, tapi Fira mengabaikannya. Meladeni ocehan Manda hanya akan semakin menguras tenaganya.

Fira tersenyum lega. Dia akan menghabiskan banyak minum sebentar lagi, karena sudah ada toko minuman dan makanan ringan di depan matanya. Tapi ketika tak sengaja melihat wanita paruh baya sedang menjemur pakaian Fira menghentikan langkahnya.

Fira mengecilkan matanya, mencoba mengamati wanita itu.

Dia Bu Marni, masih sekomplek dengannya. Dulu, Bu Marni sering berkunjung ke rumahnya, sekedar untuk bertemu dengan Yuni.

Fira perlahan mendekatkan dirinya. Wanita paruh baya itu seketika membulatkan mata melihat seorang gadis di hadapannya. Dia mengamati Fira dari atas sampai bawah.

"Ka-kamu Fira kan?"

"Iya, Bu. Saya Fira."

"Sekarang sudah besar ya. Kok gak pernah kelihatan, kemana aja?"

"Setelah lulus SMP, saya lanjut di pesantren, Bu."

Wanita itu meletakkan pakaian basahnya di ember, lalu mendekati Fira "Kamu tambah cantik aja." Dia mencolek dagu Fira. "Mau ya jadi menantu ibuk."

Fira tersipu malu. "Hehe, namanya juga cewek, Bu."

"Mami! Adit pergi ya!" Teriak seseorang yang baru saja keluar dari rumah.

Fira menoleh ke arah suara. Aditya Putra. Lelaki itu teman SMP nya dulu.

Wajahnya sama sekali tidak berubah, kulitnya tidak terlalu putih tapi lelaki itu sangat manis. Dulu, Adit pernah mengungkapkan perasaannya pada Fira secara terang-terangan. Namun, ditolak mentah-mentah oleh gadis itu.

Mata mereka saling bertatapan. Ada raut kaget di wajah masing-masing.

Lelaki itu mulai mendekat ke arah Fira.

"Fir-Fira..?" Dia mengamati.

"Hai." Sapa Fira.

"Apa kabar? Udah lama banget nggak ketemu. Kemana aja sih?"

"Alhamdulillah baik. Kamu gimana? Aku di pesantren dit." Balas Fira.

"Boleh minta kontak kamu nggak? Buat nanti kita kabar-kabaran."

"Em..anu..aku gak punya, di Instagram aja ya." Dustanya.

Sebenarnya Fira enggan memberikan nomer WhatsApp nya pada orang asing. Hanya orang-orang tertentu saja yang mempunyai nomer WhatsApp nya.

"Yaudah. Em, kamu habis joging?" Tanya Adit.

"Iya. Yaudah aku pamit dulu, mau pulang." Pamit Fira.

USTADZKU IMAMKU (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang