Fira berjalan menyusuri ruangan. Banyak riasan bunga yang tertata rapi di sana.
Semacam acara pernikahan. Ya, ini hari pernikahannya dengan Fahri.
Ia sama sekali tidak menyangka. Fahri lah yang menjadi jodohnya, pendamping hidupnya, dan jawaban atas semua doa-doa yang ia panjatkan di sepertiga malamnya.
Hati gadis itu terasa deg-degan, tangannya dingin, badannya terasa kaku. Bibirnya terbentuk melengkung sejak ia bangun tidur tadi pagi. Bahagia. Sangat bahagia. Hari ini ia akan resmi menjadi istri dari seorang ustadz yang sudah beberapa tahun dikaguminya.
Ijab qabul sudah selesai. Manda, Elsa, dan Inang menuntunnya keluar dari kamar, berjalan untuk menghampiri sang lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya. Karena saat akad dilaksanakan, Fira berdiam diri dan mendengarkan ijab qabul di dalam kamar.
Langkahnya semakin mendekat. Jantung Fira berdesir hebat saat ia melihat Fahri dari kejauhan.
Lelaki itu sangat tampan dengan baju pengantin, selaras dengan gaun yang dikenakan Fira.
Fahri terpukau melihat kecantikan wanita yang kini sudah sah menjadi istrinya.
Fira mengecup tangan sang suami, kemudian mereka duduk berdampingan, menyalami para tamu undangan yang hadir di hari bahagia Fira dan Fahri.
Teman, sahabat, keluarga, semuanya hadir di sana. Menyaksikan puncak kebahagiaan antara Fira dan Fahri.
Acara pernikahan sudah selesai. Fira merebahkan tubuhnya di atas kasur kamarnya. Matanya terpejam. Badannya terasa sangat lelah. Tiba-tiba seseorang memasuki pintu kamar tanpa seizinnya.
Fira membelalakkan mata saat mendapati Fahri di sana.
"Kenapa? Kaget?" tanya Fahri sembari tersenyum.
Fira menggeleng cepat.
Mereka melaksanakan jamaah shalat isya untuk pertama kalinya sebagai sepasang suami istri.
Fahri berjalan menuju pintu kamar, kemudian menguncinya rapat-rapat. Ia berjalan ke arah istrinya lalu duduk di sampingnya, jarak mereka sangat dekat. Pandangan mereka bertemu.
Perlahan, tangan Fahri membuka jilbab yang menutupi rambut Fira. Fahri mengelus rambut Fira, sesekali ia juga mencium wajah istrinya itu. Hingga akhirnya, mereka larut dalam pelukan.
"Alhamdulillah. Allah udah mengabulkan doa-doaku selama ini," ujar Fahri.
Fira menatap wajah suaminya, "Iya tadz, aku juga gak nyangka."
Fahri mengecup pipi Fira, "Hih. Kok masih panggil ustadz, sih? Kita kan udah jadi suami istri."
Pipi Fira memerah, "Iya, Sayang," ucapnya, tersipu malu.
Fahri mengembangkan senyuman, "Setelah bertahun-tahun kita melewati duka dan tangis. Allah maha baik, baik banget. Banyak-banyak bersyukur ya, sayang."
"Iya, Mas."
"Sudah siap, istriku?" tanya Fahri centil.
Fira salah tingkah, "Si.. siap apa, Mas?" jawabnya gugup.
Sedetik kemudian, keduanya melakukan sesuatu yang harus dilakukan sebagai pasangan suami istri.
Adzan shubuh sudah berkumandang. Setelah melakukan hal itu semalaman, Fira dan Fahri terbangun lalu mandi, dan melaksanakan shalat shubuh berjamaah di kamar.
Usai melaksanakan shalat, Fira mengecup tangan suaminya, mereka kemudian membaca Alquran bersama.
Mushaf sudah selesai dibaca. Fira memalingkan wajah saat Fahri menatapnya.
"Kenapa malu-malu gitu, sayang?" tanya Fahri, menggoda sang istri.
Fira menggeleng cepat. Pipinya memerah bak tomat yang sedang direbus.
Fahri mendekatkan wajahnya, mengecup kening Fira, "Kamu sudah menjadi istriku. Kita sudah sah. Tidak usah malu dengan hal yang kita lakukan semalam. Aku sayang kamu, istriku."
Fira bergidik ngeri dalam pelukan Fahri, "I... iya, Mas."
Fahri menyandarkan kepalanya di pangkuan sang istri. Tangan Fira mengelus puncak kepala suaminya dengan lembut. Ia tak henti-hentinya bersyukur karena Allah telah memberinya suami seperti Fahri.
Semua memori tentang Fahri mulai terputar di kepalanya. Mulai saat pertama kali ia mengenal Fahri, mengejar Fahri, bahkan tersakiti oleh lelaki itu membuat Fira senyum-senyum sendiri.
Fahri mendongak, "Kenapa sih, ayang? Kok senyum-senyum gitu?" tanyanya.
Fira menggeleng, "Nggak papa, sayang. Aku bersyukur punya kamu. Aku bahagia."
Fahri tersenyum, "Aku juga. Semoga kedepannya kita bisa jauh lebih baik, ya?"
"Iya. Mas, aku udah tepatin janjiku, kan? Yang waktu di pesantren dulu. Kan aku pernah janji sama kamu, kalau aku bakal cinta sama kamu selama-lamanya," Fira tertawa saat mengingat kejadian konyol itu, begitu juga Fahri.
KAMU SEDANG MEMBACA
USTADZKU IMAMKU (Sudah Terbit)
Teen FictionMendapatkan cinta seorang Ustadz itu tidaklah mudah. Apalagi cinta itu datang dari seorang santri yang nakal, teledor, dan malas seperti Fira. Haydan Athafahri Ramadhan. Seorang Ustadz muda nan tampan yang mengabdikan dirinya di sebuah pesantren yan...