#35

13.8K 812 115
                                    

Bruuukkk!!

Seketika Fira tersungkur jatuh karena tidak bisa menahan keseimbangan tubuh pada seseorang yang baru saja menabraknya pagi ini.

"Eh,maaf." Katanya dengan terburu-buru.

"Oh ya. Gapapa." Jawab Fira.

Fira mencoba berdiri,mencoba terlihat baik-baik saja. Ia bukan tipe-tipe cewek lebay yang hanya disenggol sedikit langsung meringis tak karuan.

Ia mendongak kearah seseorang yang baru saja menabraknya. Terkejut. Tatapan mereka bertemu sepersekian detik sebelum sama-sama membuang pandangan ke arah lain.

"Mau kemana Fir?" Tanya Fahri setelah menyadari gadis itu adalah Fira.

"Kepo." Ketus Fira.

"Kembali ke kelas. Sudah saatnya jam pelajaran." Pinta Fahri.

"Gak mau. Males liat muka ustadz." Jawab Fira seenaknya.

"Astagfirullah." Ucap Fahri.

Tanpa menjawab,Fira langsung meninggalkan lelaki itu. Ia merasa sial pagi ini. Niat membantu malah jadi buntung. Pagi ini ia diminta ustadzah Firda untuk membantunya menulis beberapa data disekolah,karena Fira adalah sekertaris kelas yang terkenal dengan kerapiannya saat menulis.

Akhir-akhir ini Fira sering izin untuk tidak ikut pelajaran dikelas,dengan alasan agar ia bisa melupakan Fahri.
Ia pun rela mengikuti bimbingan yang diberikan oleh guru-guru dalam bidang tertentu. Beruntung ia mempunyai bakat dalam bidang SASTRA,jadi ia putuskan untuk mengikuti seleksi bimbingan SastraClub dan Jurnalistik. Alhasil,ia lulus dalam seleksi itu.

Bagaimana tidak,jika ia tetap dikelas komitmennya untuk melupakan Fahri tidak akan bisa tercapai. Karena hampir setiap hari harus bertemu dan memperhatikan ustadz tampan itu.
Ia selalu menawarkan bantuan kepada ustadz atau ustadzah agar bisa keluar dari kelas saat jam pelajaran yang diajar oleh Fahri.

Fahri pun memaklumi adanya,ia tahu betul tujuan Fira keluar kelas semata-mata untuk menghindar darinya. Ia pun tak menegur Fira yang terus-terusan kabur saat jam pelajaran.

Fahri memang pandai,ia menjadi wisudawan terbaik di pesantrennya dulu. Hampir semua mata pelajaran dikuasainya. Ia mengajar dikelas Bahasa 2,tiga hari dalam seminggu.

Bisa dihitung,dalam seminggu mungkin Fira akan berada dikelas selama tiga hari saja,tiga hari yang lain saat jam pelajaran Fahri ia gunakan untuk mengikuti bimbingan atau sekedar membantu guru-guru yang sedang membutuhkan bantuan.

"Assalamualaikum." Salam Fira menghampiri Firda yang tengah duduk dimeja kerjanya.

"Waalaikumsalam. Eh ada apa Fir?" Tanya Firda.

"Saya jadi disuruh nulis gak ustadzah?" Tanya Fira to the point.

"Oalah. Gak usah Fir,udah saya kerjain semalam." Gumam Firda.

"Oh yaudah. Ustadzah gak perlu bantuan saya?" Fira menawarkan diri.

"Nggak. Udah kamu kembali ke kelas aja,nanti ketinggalan pelajaran lagi. Saya juga gak enak sama ustadz Fahri,gara-gara kamu sering bantuin saya kamu jadi sering keluar kelas." Elak Firda.

"Em yaudah saya permisi,Assalamualaikum." Pamit Fira kemudian pergi meninggalkan Firda.

Fira berdecak sebal,kali ini ia harus kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran. Hufftttt,sangat menyebalkan.

Baru saja keluar dari kantor guru,ia berpapasan dengan Nanda.
Awalnya Fira sudah pura-pura tidak melihat Nanda,tapi Nanda malah menghampirinya.

"Fira,mau kemana?" Tanya Nanda.

USTADZKU IMAMKU (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang