#48

9.2K 694 158
                                    

"Ri, ente udah balik?" Teriak Galuh saat mendapati Fahri berdiri di depan rumahnya, hendak membuka pintu.

Fahri menoleh ke arah suara "Udah, Luh. Nte apa kabar?" Tanyanya.

Galuh berjalan menghampiri Fahri, lalu menjabat tangannya "Alhamdulillah baik. Semuanya aman kan?"

Alih-alih menjawab, Fahri malah balik bertanya "Apanya yang aman?"

"Hehe nggak-nggak. Udah ayo masuk, ana bantuin beres-beres." ajak Galuh.

Di dalam rumah, Galuh membantu Fahri membereskan barang-barang yang baru saja dikeluarkan dari koper.

"Dari kemarin di cariin sama murid kesayangan tuh. Ente sih nggak balik-balik." tukas Galuh
sembari memasukkan satu persatu baju Fahri ke dalam lemari.

Fahri yang sedang mengelap kaca pun menghentikan aktivitasnya "Siapa, Luh?" tanyanya.

"Pura-pura nggak tau apa gimana dah? Siapa lagi kalo bukan si Fira." jelas Galuh.

"Oh." jawab Fahri singkat.

Galuh menaik turunkan telapak tangannya di depan wajah Fahri.

"Apaan sih?" tanya Fahri bingung.

"Kok nggak respect gitu? Biasanya kalo denger tentang Fira seneng banget tuh." ujar Galuh.

"Nggak tau." elak Fahri.

"Udah nggak cinta ya, Ri?" tanya Galuh memastikan.

"Nggak tau. Udah nggak usah dibahas." tegas Fahri.

Galuh terdiam, merasa bingung dengan perasaan Fahri yang acuh tak acuh.

"Tuh, yang di kardus tolong beresin juga ya! Ana mau ke rumah pak kiai. Sekalian ngecek jadwal pelajaran tahun ini." perintah Fahri seenak jidat.

Galuh melotot "Apa-apaan emang ana pembantu apa." berontak Galuh.

Fahri memakai peci nya kemudian tersenyum miring "Kan emang. Semangat broo!" ujarnya lalu pergi meninggalkan Galuh.

Fahri melangkahkan kakinya perlahan. Kali ini ia akan pergi ke rumah Kiai Ibrahim, selaku pengasuh pondok pesantren Nurul Qiyam. Ia menyapu pemandangan pesantren. Suasana sejuk di lereng Merapi yang sudah lama tidak ia rasakan.

🦋🦋🦋

Di kelas XII BAHASA 2, kini tengah berlangsung jam pelajaran Sastra Inggris yang diampu oleh bu Endang Semiati.

Bu Endang menuliskan materi di papan tulis untuk di salin kembali oleh para murid.

"Lho, ini spidolnya kok meninggoy ya." ujar perempuan berdarah jawa itu.

"Meninggoy gimana ya, Bu?" tanya salah seorang siswi.

"Iya, ini spidolnya meninggal." jawabnya.

"HAHAHAHAHA.." para murid tertawa terbahak-bahak.

"Kalian tuh ya, walaupun di pesantren nggak boleh kudet!"

"IYAAA BUKKK." jawab semua murid serentak.

"Ketua kelasnya siapa ya?" tanya Endang.

Fira mengangkat tangannya "Saya, Bu."

Ya, Afanin Alfira Farahdilla. Selain menjadi ketua kamar, sekarang ia juga menjadi ketua kelas, dan ketua OSIS putri di sekolah. Gadis itu sudah dewasa, masalah bertubi-tubi yang menghampirinya kini telah mendewasakan pikirannya. Ia dipilih sebagai ketua kelas dan ketua organisasi karena jalan pikirnya yang dewasa, dan mindset nya dinilai sangat menarik di kalangan para siswi.

USTADZKU IMAMKU (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang