#28

15.6K 939 33
                                    

"Subhanallah Nak,cantik banget kamu." Ujar Ruqayyah pada Fira yang baru saja datang.

Fira tersenyum "Alhamdulillah bu." Balas Fira sembari mencium tangan Ruqayyah.

Fahri yang melihat kejadian itu pun mengukir senyum di bibirnya,sehingga melihatkan kedua lesung pipi nya.

Jujur. Fahri juga sependapat dengan ibunya,hari ini Fira terlihat sangat cantik dengan Army tunic,celana jeans hitam,sepatu sneakers putih,dan pashmina lilir basic berwarna mint,tak lupa dengan kamera DSLR yang mengalung dilehernya. Padahal ia hanya memoleskan sedikit bedak bayi di wajahnya,namun karena paras nya yang cantik,ia terlihat begitu manis hari ini.

Memang,di pesantren para santri diperbolehkan untuk membawa kamera,namun tidak untuk HP dan laptop.

"Subhanallah." lirih Fahri.

Fira tersipu malu.

"Kamu malu ya Nak?" Terka Ruqayyah lalu tertawa.

"Nggak lah Bu,ngapain malu?" Bantah Fira.

"Kalo gak malu,kenapa pipi nya merah kayak gitu?"

Fira kaget serta tidak percaya Ruqayyah memberitahu bahwa pipinya memerah. Ternyata benar,ia blushing dan perkataan Fahri berhasil membuatnya terbang.

"Ya gimana lagi ya..anak kota kalo lagi gak di pesantren pasti kece banget,ngelebihin ane malah. Apalagi tetangga ane yang satu ini." Ucap Galuh terkekeh.

Fira menatap Galuh heran "Tetangga?".

"Heh,saya ini juga dari Bekasi kali Fir." jeda sebentar "Kamu anaknya pak Irsyadul Ibad kan?" Lanjutnya.

Fira menyergitkan kening "Kok tahu?".

"Haduh Fir...siapa sih yang gak kenal pak Irsyad,direktur utama perusahaan Bimantara,emm ayah saya kerja di perusahaan papa mu."

Fira memutar bola matanya jengah "Maksudnya,tahu darimana kalo aku anaknya pak Irsyad?".

"Dari data-data santri lah,pas kemarin ana ikut Fahri nyari biodatamu diruang berkas."

Fahri menyenggol bahu Galuh keras dan menatapnya sinis.

Bukannya merasa bersalah, Galuh malah tertawa sejadi-jadinya.
"Aduh...ane keceplosan,kalo kemaren ane diajakin Fahri nyari biodatanya Fira." ucap Galuh dengan volume yang sengaja dikeraskan.

Fira yang mendengar itupun semakin mengembangkan senyumnya.
Tak ingin terlihat blushing seperti tadi,ia segera menstabilkan ekspresinya.

Berbeda dengan mereka yang tak henti-hentinya tertawa,gadis dengan gamis coklat tua itu hanya memasang senyum tipis untuk menutupi rasa sedihnya karena calon suaminya telah memuji gadis lain dihadapannya.
Beruntung Diana belum menampakkan batang hidungnya,jika Diana mendengar semuanya pasti omongannya yang pedas seperti cabai sudah bernyanyi sejak tadi.

Selang beberapa menit, Firman,Diana,dan Azhar muncul.

"Ayok berangkat sekarang!" seru Firman.

"Ini gimana yah?" tanya Fahri.

Alih-alih menjawab,Firman malah balik bertanya. "Gimana apanya?".

USTADZKU IMAMKU (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang