Tiga hari berlalu, setelah kepergian Firman semuanya belum merasa baik-baik saja, terutama Fahri yang mengklaim dirinya sebagai anak durhaka atas kematian sang ayah.
Fahri duduk di samping jendela kamarnya. Ia melamun. Sudah tiga hari lamanya, semenjak kepergian Firman, melamun di samping jendela sudah menjadi rutinitasnya di pagi hari.
"Nak, ayo turun sarapan!" Ujar Ruqayyah menghampiri Fahri.
Fahri tak menjawab, ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Lelaki itu benar-benar menjadi sadboy saat ini.
"Tadi Nanda telpon ibu, katanya dia balik ke Magelang bareng sama kamu aja." Ucap Ruqayyah.
Fahri menoleh cepat. Ia baru sadar, ternyata hari ini adalah hari para santri untuk kembali ke pesantren setelah libur panjang.
"Dia suruh balik duluan aja, Bu. Fahri balik nya masih lama. Pengen di rumah nemenin ibu." Jawab Fahri masih dengan nada lesu.
"Ya tapi jangan lama-lama. Nanti setelah tujuh harinya ayah pergi, kamu langsung balik ke Magelang." Ruqayyah menasihati.
"Nggak, Bu. Nggak pas itu juga, pokoknya Fahri baliknya ntar-ntar aja, mau nenangin diri dulu." Elak Fahri.
Ruqayyah menepuk pundak puteranya "Kamu punya kewajiban ngajar, kamu punya tanggung jawab di sana. Masalah tenangin diri itu bisa di lewatin seiring berjalannya waktu."
Fahri menarik tangan Ruqayyah dan menatapnya "Tapi Fahri mau nemenin ibu."
"Nggak perlu, Nak. Tanggung jawab kamu lebih penting. Di sini juga ada kakak kamu, adek kamu."
"Yaudah, Bu. Empat hari lagi Fahri balik ke Magelang." Ucapnya pasrah.
🎇🎇🎇
Di dalam kamar Fira, saat ini sudah berubah menjadi pasar. Mereka bertiga, Fira, Manda, dan Elsa sedang packing-packing atau beres-beres karena nanti siang mereka akan kembali ke pesantren.
"YaAllah, semoga ada keajaiban biar liburannya di tambah." Rengek Elsa sembari memasukkan bajunya ke dalam koper.
"Dihh halu nih anak." Sahut Fira.
"Biarin lah. Perkataan kan doa, siapa tahu aja ntar ada tambahan liburan. Huaaaa aku nggak mau masuk pesantren." Rengek Elsa menjadi-jadi.
"Kurang setahun lagi kan kita lulus." Sarkas Fira.
"Iya Fir Iya. Tapi kamu nggak ngerasain jadi aku, aku tuh pengen cepet-cepet keluar dari pesantren, di pesantren tuh pokoknya nggak enak huaaaa dari dulu kan aku nggak betah di pesantren, kenapa sih harus di masukin pesantren ihhh sebel." Omel Elsa.
"Apaan sih. Siapa bilang aku nggak ngerasain, kita semua ngerasain lah. Tapi aku fine-fine aja tuh. Lu nya aja yang lebay." Balas Fira dengan menatap Elsa tajam.
"Tapi kan aku...."
"Assalamualaikum." Salam dari seseorang yang berhasil memotong perkataan Elsa.
"Waalaikumsalam." Teriak ketiganya.
"Siapa sih ganggu aja, orang lagi debat sama Fira juga." Omel Elsa kesal.
Karena tidak ada orang di rumah, Fira pun turun ke lantai satu dan membukakan pintu.
"Eh Khafas, ada apa?" Tanya Fira setelah mengetahui itu Khafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
USTADZKU IMAMKU (Sudah Terbit)
Teen FictionMendapatkan cinta seorang Ustadz itu tidaklah mudah. Apalagi cinta itu datang dari seorang santri yang nakal, teledor, dan malas seperti Fira. Haydan Athafahri Ramadhan. Seorang Ustadz muda nan tampan yang mengabdikan dirinya di sebuah pesantren yan...