42. Amarah Lucas

632 64 15
                                    

"Kembalikan barang itu," ucap Lucas dengan dingin. Tangannya terulur, berusaha menekan ego untuk tidak membunuhnya saat ini juga. Namun sepasang iris rubynya tidak bisa menyembunyikan hasrat ingin membunuh itu.

"Memangnya buku apa ini?" tanya Ijekiel dengan tenang.

Lucas berdecih. Dari raut Ijekiel yang terlihat begitu tenang, jelas sekali kalau lelaki itu mengetahui sesuatu. Seseorang yang ditodong tiba-tiba tidak akan bisa bersikap setenang itu. Bahkan tak terlihat panik sedikit pun.

"Kembalikan atau akan kurebut secara paksa," ancam Lucas, tanpa memedulikan pertanyaan Ijekiel.

"Ahaha, sekarang kamu terlihat seperti preman, Lucas. Bukankah tidak sopan kalau tiba-tiba memaksa tanpa menjelaskan apapun?" sahut Ijekiel seraya berdiri dan memincingkan matanya. Ekspresinya sedikit berubah, memaksakan diri untuk tetap tersenyum.

"Untuk apa aku menjelaskan omong kosong pada orang yang telah bersekongkol menjadi pencuri?" balas Lucas dengan dingin. Tangan yang sedari tadi terulur kini terkepal erat. "Jangan pura-pura enggak tahu, Ijekiel Alpheus. Muka sok polosmu itu benar-benar membuatku muak."

"Kamu berbicara seolah aku tahu sihir atau semacamnya, ya? Padahal aku sama sekali bukan orang seperti itu. Jadi aku sama sekali tidak tahu. Bahkan Prof. Anas hanya menyuruhku untuk menjaganya," jawab Ijekiel sambil mengendikkan bahu.

"Menjaganya, katamu?" Lucas menggeram. Rahangnya mengeras. "Benda itu milik Tuan Putri seorang. Bahkan kamu seharusnya tidak pantas untuk memegangnya."

Ijekiel hanya tersenyum kemudian menepuk-nepuk novel tersebut ke tangannya. Seolah tengah menimbang-nimbang pilihan apa yang harus ia pilih.

"Peringatan terakhir, Ijekiel. Cepat berikan padaku."

"Baiklah ini, silahkan kamu ambil."

SREEEEK!

Baru saja Lucas ingin merebutnya, Ijekiel merobek buku tersebut menjadi dua bagian kemudian melemparnya ke sembarang arah. Sontak, kedua iris ruby Lucas melotot penuh amarah.

"BRENGSEK!"

BUGH!

Dalam sekali hempasan tangan, tubuh Ijekiel terpental keras membentur tembok. Lelaki itu merintih, merasakan tubuhnya yang seolah remuk. Dilihatnya sosok penyihir yang beberapa langkah di depannya tengah mengarahkan satu tangan kirinya.

"Bunuh aku, Tuan Penyihir," ucap Ijekiel dengan pelan. Bibirnya kembali mengulas sebuah senyuman menantang. "Dan biarkan Athanasia membencimu selamannya—"

CTAS! BOOM!

Satu tembakan sihir Lucas tepat membolongi tembok disamping kepala Ijekiel. Seketika Ijekiel bungkam dan terlihat tegang ketika menyadari asap panas yang masih membekas dari tembakan tersebut.

"Sekali lagi kamu bertindak macam-macam, aku benar-benar akan membolongi kepala licikmu itu, Ijekiel Alpheus."

Lucas segera mengambil serpihan sihir Athanasia dengan kesal. Meskipun perasaan amarah dan dendam itu masih bergemuruh di dalam dadanya, Lucas tidak ingin menambah masalah semakin panjang.

Diliriknya Ijekiel yang masih terpaku di posisinya. Ah, bocah bau kencur itu. Ia tidak ingin meladeni orang yang sengaja memprovokasinya. Apalagi Athanasia tengah kritis. Ia tidak ingin membuang-buang waktu semakin lama.

Ctas!

Lucas menjentikkan jemarinya, menggunakan sihir teleportasi dalam waktu sesingkat mungkin. Ia tidak lagi peduli untuk menyembunyikan sihirnya.

Toh, akhirnya ia juga tahu siapa dalang di balik semua ini.

"Anastasius brengsek!"

***

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang