BLAAAAAR!
Dua bola sihir itu beradu kuat, berusaha saling melenyapkan hingga akhirnya menghasilkan ledakan yang amat keras. Kedua penyihir itu saling terpental satu sama lain, menghantam dinding di belakangnya hingga lubang besar tercipta. Asap pun mengepul, menghalangi pandangan satu sama lain.
Lucas mengerang sambil menyeka keningnya, menahan sakit kepala akibat benturan keras itu. Tidak pernah sebelumnya ia terpelanting keras sampai seperti ini hanya untuk mengurus cecunguk sampah seperti Aethernitas.
Yah, mau bagaimana lagi? Dari tadi Lucas mati-matian untuk tidak menggunakan seluruh kekuatannya dan menahan diri untuk membunuh penyihir di depannya ini.
Sementara kekuatan Aethernitas semakin meningkat, seiring dengan berjalannya ritual sihir kegelapan itu. Lucas masih bisa merasakan tujuh titik pola sihir yang seharusnya bekerja sebagai pelindung sekolah, kini telah menunjukkan sifat aslinya sebagai pola sihir kegelapan.
"Athanasia ... cepatlah ...," gumam Lucas pelan, bangkit untuk berdiri. "Aku sudah benar-benar tidak sabar untuk menghancurkan orang ini."
"Siapa yang kau maksud, hah?"
Sepersekian detik kemudian, sulur kegelapan mengikat Lucas dari bawah. Aethernitas pun muncul dari kepulan debu dengan tangan yang siap untuk menghunus tubuh Lucas. Dia menyeringai lebar, melihat Lucas yang tak lagi bisa melawan.
"AKU YANG AKAN MEMBUNUHMU!"
Tidak ada waktu untuk mengelak!
Lucas pun memejamkan matanya erat-erat, bersiap menahan rasa sakit yang akan menjalari tubuhnya lagi. Namun, alih-alih mendapatkan rasa sakit, ia justru merasakan nafas yang menderu hebat di depannya.
"Errngh ... si ... al ...."
Lucas pun membuka matanya, langsung terperangah begitu menyadari tubuh gadis di depannya ini yang bergeming, menahan dirinya sendiri. Tangan kanan yang sudah penuh dengan sihir serangan itu tertahan dengan cengkraman dari tangan kirinya. Wajah Athanasia tertekan, antara terkejut dan diliputi amarah.
"Bo—doh! A-pa—"
"Ke—luar dar—i tu—buhku!"
Lucas mengerjap beberapa saat, memahami apa yang tengah terjadi. Tubuh gadis di hadapannya itu pun perlahan mundur, terhuyung ke belakang, dan menggagalkan sihirnya sendiri. Gadis itu memegang kepalanya erat-erat, menjambak rambutnya sendiri seolah menahan rasa sakit. Ekspresinya pun benar-benar tertekan, seperti orang yang frustasi dan sakit kepala di saat yang bersamaan.
"Si-al, ke-na-pa ka-mu—!?"
"KE—LUAR!" Gadis itu menjerit, melototkan matanya entah pada siapa. Sambil memegangi kepalanya, dia kembali menjerit, "A-ku ti-dak a-kan mem—biarkan menga—mbil a—lih hi—dupku!"
Lucas dapat menyadari satu manik permata biru itu mulai kembali normal, tapi hanya satu. Sementara satunya lagi, masih tercampur dengan kilatan merah Aethernitas.
"Athanasia ...?"
Lucas terperangah. Sepasang manik ruby itu berkilat, menelisik pola sihir dari Athanasia yang mulai terpisah dari sebelumnya. Ia yakin, gadis itu sudah mulai memulihkan kesadaran dalam dirinya sendiri.
Memanfaatkan momen lengah ini, Lucas beralih pada tubuh Ijekiel yang masih tergeletak di pinggir ruangan. Lelaki itu mengerang pelan, sepertinya sudah kembali tersadar dari pingsannya.
"Lucas ...?"
Ijekiel mengerjap, menyadari Lucas dalam keadaan compang-camping tengah berdiri di sebelahnya. Kemudian ia pun bangun sambil memegangi kepalanya dan mengedarkan pandangan. Ia pun terhenyak sesaat melihat situasi yang benar-benar kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomanceApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...