17. Pengakuan

1.5K 187 49
                                    

Lucas menghela nafas panjang sebelum akhirnya melangkah keluar bersama Felix di sebelahnya. Dibiarkannya Athanasia yang tengah beristirahat dengan Lilian. Beberapa menit setelah Athanasia kembali tak sadarkan diri, Lilian dan Felix buru-buru datang dengan beribu pertanyaan yang terlontarkan. 

Tapi akan merepotkan kalau Athanasia sampai ikut mendengarnya karena situasinya yang belum tepat. Makanya, dia hanya mengajak Felix dan membiarkan Lilian menjaga Athanasia. Lagipula Lucas juga ingat kalau ingin ngomong empat mata hanya dengan Felix. 

Tapi sedari tadi mereka melangkah tanpa arah dengan Lucas yang berjalan lebih dahulu daripada Felix. Atmosfernya pun terasa lebih berat. Felix yang tidak terlalu suka situasi seperti ini akhirnya membuka suara. 

"Tuan Lucas--"

"Ah, panggil aku Lucas saja." Lucas memotongnya. "Dan tidak perlu bicara formal denganku."

"Baiklah, Lucas. Jadi kita mau bicara dimana?" tanya Felix sambil memijit-mijit keningnya. 

"Restoran. Aku lapar," jawab Lucas dengan gamblang. Dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menghela nafas berat. "Aku butuh energi tambahan setelah berusaha menyembuhkan Athanasia tahu."

"Ah, begitu ya. Kukira kamu tidak perlu makan." 

"Hah? Omong kosong dari mana itu? Aku juga manusia, woi." Lucas melirik tidak suka. Memangnya dia robot yang tidak perlu makan? Bisa-bisanya berpikir seperti itu. 

Felix mengangguk-angguk paham dan terkekeh pelan. "Baiklah, maaf-maaf. Aku yang akan traktir."

Lucas menoleh dan tersenyum kecil. Ini dia yang dia tunggu. Gratisan. Akhirnya Felix peka juga kalau penyihir sepertinya butuh makanan gratis. Anggap saja bayaran karena sedang menyembuhkan Athanasia. 

"Baiklah, kita ke warung steak saja, ya?" tawar Felix seraya menunjuk sebuah bangunan yang berada di serong kanan rumah sakit. 

"Boleh."

Tanpa berlama-lama, keduanya langsung menghampiri warung steak yang sudah terkenal akan kemurahan dan keenakan steak tersebut. Kemudian mereka segera mengambil tempat di pojok ruangan, memilih tempat yang agak sepi agar percakapan mereka tidak didengar siapapun. 

"Jadi bagaimana keadaan Nona Athanasia tadi, Lucas? Mengapa dia jadi berteriak histeris seperti itu?" tanya Felix yang sudah tidak sabar untuk membahasnya. 

"Dia kesakitan karena memaksa untuk mengembalikan memorinya yang telah terkubur beberapa waktu lalu," jawab Lucas dengan berat. "Maaf, seharusnya aku tidak memaksanya. Aku tidak tahu kalau efeknya akan separah itu."

Felix terbelalak, tidak bisa menahan rasa terkejutnya. Dia meneguk ludah. "Apa maksudmu ... mengembalikan memorinya?" 

Lucas menghela nafas panjang. Dia sudah menduga reaksi Felix akan seperti itu. Tapi kenyataan yang sekarang, harus dia ungkapkan untuk menyelamatkan eksistensi Athanasia. Hal-hal yang menjadi suatu misterius besar, hal-hal yang tidak pernah dia ungkapkan sebelumnya akan terjadi di sini.

"Sebelumnya aku harus memasang sihir ini agar kamu tidak akan berani menceritakannya, kecuali pada istrimu ... dan Athanasia untuk berjaga-jaga," ucap Lucas seraya mengayunkan tangannya, mengirimkan seutas cahaya pada tubuh Felix. 

"A-apa!?" Felix menatap kedua tangannya dengan bingung. Tidak terjadi apa-apa pada dirinya, namun tubuhnya terasa lebih ringan. 

"Tidak apa. Aku hanya mengikatmu pada sihir ancaman kok," jelas Lucas sambil tersenyum tipis. "Kalau kamu melanggar perjanjiannya, tubuhmu jadi jaminannya, loh~!"

Felix jadi tegang seketika. Dia hanya bisa mengangguk-angguk kaku dan meneguk ludah. Bisa-bisanya dia diancam oleh orang yang memiliki perawakan lebih muda darinya?! Tapi demi Nona Athanasia, Felix rela saja sih. 

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang