14. Masa Kritis

1.4K 207 51
                                    

"Kamu ...."

"Lama tidak berjumpa, ksatria berdarah merah, Sir Felix Roberto."

Lucas tersenyum tipis, sedangkan Felix meneguk ludah.

Sudah lama sekali tidak ada yang memanggil Felix seperti itu, selain teman satu kerjanya. Karena julukan itu Felix dapatkan ketika dia berhasil menuntaskan misi untuk memburu para mafia hanya dalam satu malam.

"Masih ingat aku, Sir?" tanya Lucas, berlagak sok sopan pada lelaki yang telah membesarkan Athanasia.

"Tentu," Felix tersenyum kaku. "Bagaimana mungkin saya bisa melupakan orang yang menyangkal dirinya hantu?"

Lucas mendengus sebal mendengar kata 'hantu' dari seseorang yang telah membuat tuan putrinya salah paham kemarin.

Semenjak tidak sengaja tahu kalau Athanasia menganggap Lucas itu 'hantu', Lucas tidak mungkin berdiam diri begitu saja. Klarifikasi itu sangat perlu! Apalagi setelah mencari orang yang telah membuat Athanasia berasumsi seperti itu.

Lucas akhirnya membuat sebuah scene dimana pertemuannya dengan Felix di kantornya terlihat 'tak sengaja', lalu pada akhirnya mengatakan kalau dia adalah penyihir--bukan manusia biasa tanpa sepengetahuan Athanasia.

Tentu saja dengan sedikit ancaman agar lelaki yang hanya berjarak satu meter dengannya ini langsung percaya begitu saja.

"Apakah Anda ingin menemui Nona, Tuan Lucas?" tanya Felix tanpa basa-basi.

"Ya, tapi .... tidak hanya sekedar menemui," jawab Lucas dengan pelan.

Sebenarnya Lucas bisa saja langsung masuk atau menggunakan mode invisiblenya agar tak perlu repot-repot berhadapan dengan Felix. Tapi kalau sudah tak sengaja bertemu, lebih baik memberitahunya saja kan agar tidak dikira yang aneh-aneh?

Ya, setelah dianggap hantu, Lucas tidak mau semakin dikira yang aneh-aneh lagi.

"Ah, maksud Anda?" Felix mengangkat sebelah alisnya, menatap bingung lelaki pemilik surai hitam ini.

"Aku akan berusaha menyembuhkan Athanasia. Bagaimana pun caranya."

Sekaligus memperbaiki aliran gelombang mananya, lanjutnya dalam hati.

"Eh? Anda bisa menyembuhkannya!?" Felix kembali terkejut. Dia bahkan memegang kedua bahu Lucas, menatapnya dengan penuh harap. "Benarkah itu?"

Lucas melirik tangan yang menyentuh bahunya. Semakin merasakan perasaan tulus yang ada di dalam diri Felix pada tuan putrinya.

"... Akan kucoba yang terbaik," jawab Lucas pada akhirnya.

"Tapi bagaimana caranya? Bahkan dokter tidak bisa memprediksi penyakitnya!" seru Felix panik.

"Bukankah aku sudah bilang kalau aku bukan manusia biasa?" tanya Lucas dengan bibir yang terangkat, mengukir sebuah senyuman sombong di bibirnya. "Aku ini penyihir, bisa melakukan banyak hal yang tidak bisa kalian lakukan."

"Ah ...."

Felix kembali terdiam. Tangannya melepas bahu Lucas, mengisyaratkan kalau dia boleh menemui nona mungilnya itu.

Lucas tersenyum tipis. Baru saja tangannya memegang gagang knop pintu, Lucas kembali menoleh pada lelaki di sampingnya itu.

"Oh, iya, Sir. Setelah aku berhasil menyembuhkan Athanasia, aku harus berbicara empat mata denganmu," ucap Lucas dengan kilatan membara di sepasang mata merahnya.

"Tentang Nona Athanasia?"

"Bukan Nona," Lucas tersenyum sendu, sebelum akhirnya memutar kenop pintu dan berucap, "tapi Tuan Putri Athanasia."

REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang