Tes, tes, tes—!
Cairan merah itu mengalir deras dari pergelangan tangannya, bersamaan dengan erangan rintihan yang semakin menjadi. Pisau berlumur darah itu tergeletak begitu saja, tertetesi oleh gemericik air dari keran yang semakin meluberi wastafel. Muka pucat dari pemilik surai keperakan itu menatap pantulan dirinya yang begitu kacau.
Ia ingin mati.
Mati. Mati. Mati—
"SIAAAAAL!" Lelaki itu menjerit frustasi. Luka dalam yang telah mewarnai pergelangan tangannya kian menutup perlahan. Diraihnya pisau itu kembali, menggores nadinya sedalam mungkin, berharap kalau darah dalam tubuhnya terkuras.
Tapi, semua sia-sia.
Lukanya kembali tertutup perlahan dengan sendirinya, meninggalkan bekas goresan ringan di pergelangan tangannya.
Dan ia kembali hidup. Begitu menyedihkan. Begitu mengerikan.
Hingga lelaki itu menangis tanpa suara. Hingga suara dalam kepalanya kembali menggema ketika ia menatap pantulan dirinya dalam cermin usang.
"Aw, aw, menyedihkan. Kamu ingat kalau tubuhmu ini sudah bukan milikmu seorang, kan?"
Gema suara seorang pria dalam benaknya membuat lelaki itu kembali mengerang. Pantulan dirinya kini terlihat berbeda, bergerak layaknya dirinya yang lain yang tengah mencemoohnya.
"Aku akan mati sebelum kamu muncul," desisnya perlahan. Cengkraman pada ujung wastafel kian mengerat. "Aku tidak akan membiarkanmu muncul menemui Athanasia."
"Wah, wah, padahal kamu sendiri yang dulu mengiyakan perjanjian kita. Aku sudah bisa mempertahankan tubuhmu hingga sejauh ini. Dan sekarang, kamu yang mau mengakhirinya? Ini sudah melewati perjanjian kita, loh."
"AKU TIDAK AKAN IKUT DALAM RENCANA BUSUKMU, BRENGSEK!"
"Ahahahaha. Memangnya siapa yang mau mengajakmu?" Tawa remeh itu menggema dalam benaknya, membuat sang lelaki kembali merintih perlahan. "Dari awal, kamu hanya wadahku. Aku hanya memanfaatkan kebodohanmu, keluguanmu, dan egomu yang terlampau besar, dasar anjing putih. Kamu memang benar-benar menyedihkan."
PRANK!
Kepalan tangan itu meninju cermin di depannya hingga pecah. Tanpa memedulikan rasa perih dan darah yang mengalir dari punggung tangannya, ia melotot dan melampiaskan gemuruh dalam dadanya.
"BERISIK! KALAU KAMU TIDAK MENIPUKU, AKU TIDAK MUNGKIN DI SINI, BRENGSEK!"
"Ahahaha, menipu? Kamu kan sudah bertemu dengan Tuan Putri kesayanganmu itu, bagaimana mungkin aku menipu?"
Pantulan diri itu seolah keluar dari cermin, menjelma menjadi sebuah selubung gelap yang mengerikan. Lelaki itu mundur selangkah, wajahnya semakin pucat pasi.
"Kamu saja yang terlalu bodoh untuk mengikat perjanjian denganku."
Selubung gelap itu membentuk sebuah tangan yang terulur padanya. Bulu kuduknya berdiri, ketakutannya memuncak seiring selubung gelap itu menyelimuti tubuhnya perlahan.
"Hentikan! Hentika—AAARGHHHH!"
Lelaki itu jatuh berlutut, jemarinya mencengkram surai peraknya erat-erat, menahan sakit kepala yang begitu hebat. Kesadarannya perlahan memudar, semakin menggelap, hingga hal terakhir yang ia sadari adalah seringaian jahat bayangan itu.
"Dan sekarang sudah waktunya perjanjian itu terbayarkan."
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomanceApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...