"Kamu ...!"
Athanasia menahan nafas, menatap lelaki itu dengan sedikit terkejut. Lelaki bersurai hitam pendek dengan iris ruby yang berkilat kini berdiri tepat di pagar balkon kamarnya. Di bawah pancaran sinar rembulan, lelaki itu menyeringai tipis saat melihat wajah yang telah lama ia rindukan.
"Halo, Athanasia. Kita bertemu lagi." Dia terkekeh pelan dan merendahkan tubuhnya, mensejajarkan tubuhnya pada Athanasia. "Entah sudah berapa kali kita bertemu, apa sekarang kamu ingat namaku?"
"Lucas. Aku ingat, kok."
Bagaimana Athanasia bisa lupa si penyihir yang sering dia anggap sebagai hantu dulu? Ah, meski memori Athanasia memang sedikit payah, tapi dia masih ingat jelas siapa penyihir yang suka menghilang dan mengubah bentuknya itu.
Lucas tersenyum puas. "Ahaha, kamu sudah pintar rupanya~"
"Itu pujian atau sindiran?" sahut Athanasia sebal. Gadis itu pun tidak tersenyum, melainkan mengernyitkan keningnya. Kedua tangannya disilangkan di depan dada sebelum akhirnya menghela nafas berat. "Tapi sebelumnya, mau apa kamu ke sini? Turun! Bahaya!"
"Aah, sekarang kamu jadi galak, ya?"
Athanasia mendelik tajam. "Siapa yang galak?! Turun sekarang, Lucas!"
Alih-alih turun, Lucas justru duduk bersila di pagar balkon, menatap Athanasia yang jadi lebih pendek darinya. Ah, lihatlah wajah sebal Athanasia yang menggemaskan itu. Sudah lama sekali Lucas tidak menggodanya.
"Jangan galak-galak. Nanti keriput, loh," ucap Lucas dengan nada sok bijak.
"Soalnya kamu enggak sopan." Athanasia memangku kepalanya dengan punggung tangan di atas pagar balkon dan menoleh pada Lucas. "Muncul tiba-tiba di balkon kamar seorang perempuan itu tidak sopan, loh! Udah malam, tiba-tiba berdiri kayak hantu lagi."
Lucas terkekeh pelan. "Aku tahu."
"Kamu bisa jatuh! Nanti yang repot aku!"
"Aku juga tahu."
Athanasia mengernyit, menatap Lucas yang sedari tadi menjawab dengan riang. Sudah tahu tapi masih dilakukan? Cowok ini emang ga punya akhlak, ya? Athanasia jadi semakin heran.
"Kalo kamu jatuh, aku enggak mau nolongin ya!" sahut Athanasia cuek. Dia mengembungkan pipinya sebal.
"Siapa juga yang minta tolong?" Lucas membalikkan pertanyaannya dengan jahil. Dia menjulurkan lidahnya, meledek Athanasia yang kini semakin menatapnya sebal. "Kan yang dari tadi ribet nyuruh-nyuruh itu kamu. Bukan aku."
Perempatan siku muncul di dahi Athanasia. Gadis itu berdecak sebal dan membuang muka. "Ck. Yaudah, jatuh aja sana!"
"Tapi katanya nanti kamu yang repot?"
"Kan kamu yang enggak mau ditolongin!"
Lucas mendengus, pura-pura kesal. "Kamu enggak mau kan besok ada berita 'seorang lelaki jatuh dari kamar seorang siswi baru di lantai sepuluh'?"
"Aarrggghhh! Terserah kamu!" Athanasia nyerah, sudah malas meladeni orang yang hanya cari ribut di malam hari.
Lucas menahan senyum gelinya. Sudah lama sekali dia tidak melihat wajah Athanasia yang seperti ini. Wajah yang sebal karena terus diganggu oleh ledekannya. Kapan ya terakhir kali dia melihat wajah itu? Ah, dikehidupan yang sebelumnya.
Jeda sesaat pun menyelimuti keduanya. Semilir angin malam memainkan helaian rambut itu dengan mesra. Di bawah sinar rembulan, keduanya terdiam dan sama-sama memandang pemandangan akademi yang dihiasi kelap-kelip lampu neon.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomanceApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...