Di dalam ruangan yang serba gelap itu, Lucas tersenyum puas ketika melihat tanggal yang telah ia lingkari di kalender sudah berada di depan mata. Sementara di sebelahnya, terdapat beberapa barang sihir yang telah ia kumpulkan selama ini.
Akhirnya, hari yang ditunggu tiba!
Tapi bagaimana cara dia bisa memberikan itu semua, ya? Apa sebaiknya dia langsung muncul dan memberikannya tanpa ba-bi-bu? Tapi bisa kena tampol ntar dia.
Atau menunggu momen yang lebih tepat lagi? Ah, kelamaan!
Lucas sudah banyak bersabar dari beberapa tahun yang lalu, apa dia harus bersabar lagi untuk mengembalikan kembali ingatan Athanasia?
Tsk. Sudahlah, bertemu saja dulu. Kebanyakan berpikir tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Pasti dia akan menemukan jawabannya saat melihat wajah Athanasia nanti.
.
.
.Athanasia melangkahkan kakinya menyusuri lorong koridor akademi yang begitu megah. Bersama dengan Lilian dan Felix yang mengantarnya, gadis itu tersenyum dengan pandangan yang tak terlepas dari sisi kanan dan kirinya.
Akademi Obelianta adalah salah satu akademi elite yang berada di wilayah timur Obelia. Berpadu dengan asrama megah yang berdiri di sebelah kanannya, gedung utama akademi pun tak kalah megah nan mewahnya. Entah terdiri dari berapa ratus pilar yang menyusun akademi hingga menjulang tinggi sampai delapan belas lantai dan dikelilingi oleh lahan hijau yang benar-benar luas layaknya istana di negeri dongeng.
Wow! Seumur hidup, Athanasia bahkan belum pernah menginjakkan kakinya ke lantai delapan belas!
Tapi karena akademi ini begitu elit, pasti di dalamnya akan ada berbagai jenis macam orang, dimulai dari si kaya, si pintar, si ambisius, dan bahkan mungkin akan ada beberapa orang yang rela mengorbankan berapa puluh juta uangnya untuk menuruti segelintir keinginannya.
Oleh karena itu, Felix tidak bosan untuk mengingatkan Athanasia untuk tetap berhati-hati dan tetap waspada dengan siapapun. Sedangkan yang dinasehati hanya 'iya-iya' saja tanpa menganggap serius ucapan Felix.
"Nona, saya benar-benar serius, loh." Felix menatapnya dengan cemas.
"Iya~ jangan khawatir Felix. Semua akan baik-baik saja." Athanasia mengangguk-angguk senang.
Felix menghela nafas berat. "Justru saya semakin tidak tenang kalau Nona menjawab seperti itu."
"Ah, Felix terlalu protektif! Seharusnya kamu mencontoh Ilia yang dari tadi setuju sama Athi! Iya, kan, Ilia?" tanya Athanasia pada Lilian yang hanya terkekeh pelan melihat reaksi dua orang itu.
"Tapi itu untuk kebaikan Nona juga. Yang Felix katakan benar, Nona."
Athanasia mengembungkan pipi sebal. "Oh, ayolah! Athi sudah besaaar! Apa kalian akan terus memanjakan Athi seperti ini?"
Felix kembali menghela nafas. Meski gadis itu sudah besar, tapi tanggung jawabnya kan masih terlimpahkan pada mereka. Lagipula sebesar apapun gadis itu, Athanasia masih menjadi nona mungil yang tak ada duanya di mata Felix.
"Felix itu khawatir karena dia tidak akan bisa jadi ksatria berdarah merah Anda lagi, Nona. Makanya, dia tidak bosan menasehati Anda, pfft." Lilian menutup bibirnya, menahan tawa karena melihat wajah Felix yang mulai merona.
"Hee?!" Athanasia mengerjap tak percaya. "Felix, sudah Athi bilang kan kalau Athi bukan anak kecil lagii!"
"Iya, Nona. Saya paham. Ilia asal ngomong dari tadi," kilah Felix sambil menatap Lilian dengan gelengan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
REINCERNATION [Who Made Me A Princess Fanfic] [✔️]
RomanceApa kalian percaya akan adanya kehidupan kembali? Demi menyelamatkan tuan putri dari putaran reinkernasi, Lucas rela menyelami ruang dan waktu, bahkan mengorbankan sihirnya hanya untuk menemukan gadis itu di abad ke-22. Kegagalan di masa silam tela...